Diam

1 1 0
                                    


Ini hari pertama sekolah setelah libur kenaikan kelas. Saat mamanya mengambil raport waktu itu, Neyvi sengaja tidak ikut datang, padahal ia sudah berjanji pada teman-teman sekelasnya bahwa ia akan ikut berkumpul di rumah Nilam hari itu.

Kelas mereka sepakat mengumpulkan iuran untuk acara kumpul-kumpul mereka setelah pembagian raport. Tadinya Neyvi semangat untuk datang, namun karena kekecewaannya terhadap Feriyan, ia mengurungkan niatnya untuk ikut mamanya ke sekolah dan juga batal ke rumah Nilam. Ia malas saja jika harus bertemu Feriyan di sekolah. 

Hari ini ia sengaja datang lebih awal dan langsung masuk kelas untuk menghindari Feriyan. Ternyata sudah banyak teman sekelasnya yang datang.

Sepertinya mereka semangat sekali untuk mengetahui kelas baru mereka yang berada di sisi bangunan yang berbeda dengan kelas mereka yang lama.

Neyvi langsung saja meletakkan tasnya di meja terdepan dekat pintu
yang tampaknya masih kosong. Kemudian ia langsung bergabung dengan teman-temannya di bagian belakang kelas dan menyimak lagu-lagu yang mereka nyanyikan diiringi denting gitar Arya. Hilmi langsung tersenyum menyambutnya.

Tak lama datang Cindy yang langsung bertanya apakah meja terdepan disampingnya belum ada yang menduduki. Neyvi mengangguk.

Sudah lima belas menit berlalu hingga akhirnya bel berbunyi dan pengumuman dari pengeras suara yang memerintahkan semua siswa berkumpul di lapangan.

Neyvi keluar kelas dan langkahnya langsung dibarengi oleh Hilmi yang mengajaknya ngobrol tentang liburan kemarin, yang rupanya diikuti oleh tatapan mata Feriyan. Namun Neyvi tak mengindahkannya, ia pura-pura fokus dengan obrolannya bersama Hilmi.

Usai upacara dan pengumuman serta arahan dari Kepala Sekolah, yang selalu tentang peraturan dan tata tertib sekolah, terutama ditujukan bagi siswa siswi baru, barisan pun dibubarkan.

Neyvi melangkah meninggalkan lapangan menuju kantin yang sekarang jadi terasa agak jauh karena sudah pindah kelas. Ia berjalan bersama Cindy yang asyik bercerita tentang liburannya ke kampung halaman neneknya di daerah Cianjur, dan katanya berkenalan dengan seorang cowok ganteng. Hadeuh, pagi-pagi sudah disodorkan topik yang sangat ingin ia hindari.

"Sama-sama yuk ke kantinnya," tiba-tiba saja Hilmi sudah merendengi langkahnya.

Neyvi tersenyum dan mengangguk.

"Ney, gue mau ke kantin depan aja ya," pamit Cindy seraya meninggalkannya bersama Hilmi tanpa menunggu jawaban darinya.

Neyvi geleng-geleng kepala. Perasaan tadi Cindy ya yang ngajakin dia ke kantin, udah setengah jalan malah ngacir.

Cindy, gadis cantik berambut sebahu, juga termasuk cewek famous di kelas karena kepintarannya. Dan dia itu mandiri. Kalau mau ke kantin atau ke koperasi, dia langsung saja melesat sendiri, tak mau bergantung atau minta ditemani. Ribet katanya, malah buang waktu.

Tadi pas kebetulan aja mereka baris bersebelahan jadi setelahnya dia langsung ngajak ke kantin bareng untuk beli minuman. Tapi lihat lah, tahu-tahu berubah pikiran. Neyvi tersenyum melihat kelakuan kawannya itu.

Jadilah Neyvi hanya berdua dengan Hilmi. Matanya celingak celinguk mencari keberadaan Vina tapi gadis itu tak terlihat. Hana sudah pasti langsung ke kelasnya karena ia memang selalu membawa bekal ke sekolah. Dan Vanty hari ini izin tidak masuk sekolah karena sedang kurang sehat, tadi ia melihat surat dokternya di meja guru.

Sesampainya di kantin, Neyvi memilih beberapa buah makanan ringan. Padahal ia belum sempat sarapan di rumah, tetapi rasanya malas untuk duduk di kantin dan membeli sarapan. Ia memesan lemon tea dingin, demikian juga Hilmi. Saat Neyvi merogoh kocek akan membayar, ternyata Hilmi sudah gerak cepat membayar berikut jajanan Neyvi.

"Eh, kok dibayarin mulu sih. Gantian lah gue yang bayar," tukas Neyvi.

"Ya gapapa, mumpung lagi ada duit lebih," katanya sambil terkekeh.
Hilmi berinisiatif membawakan minuman Neyvi.

Pas keluar kantin, sudah ada beberapa cowok yang asyik ngobrol santai dan bersenda gurau di kursi panjang depan kantin. Ada Feriyan juga disana, yang menatapnya tajam. Neyvi langsung membuang muka.

"Ehm..ehm...ada yang lagi kejatuhan bulan," canda Shawqi

"Cie...cie Hilmi. Pagi-pagi udah mepet aja.
"Uhuuuyyy....jadian nih yeee," sambar Lukman

Dan banyak lagi candaan mereka ke Hilmi, masing-masing merasa tak sah kalau tidak sumbang suara. Hanya Feriyan yang tidak menyahut. Raut wajahnya datar ditujukan ke arah Neyvi, dan pandangan menusuk ke arah Hilmi.

Hilmi yang dipandang demikian malah santai dan terkesan membusungkan dada. Tentu Hilmi tahu tentang kedekatan dirinya dan Feriyan.

Dan mungkin Hilmi melihat gelagat tak baik di awal pagi saat mereka berpapasan dengan Feriyan sebelum upacara tadi, dan menurutnya ini adalah kesempatan baik untuk menyalip jalan Feriyan.







###

To be continue
Jangan lupa vote dan komen ya!

Menghapus Sisa KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang