Pembalasan Neyvi

3 1 0
                                    


Bel istirahat ke dua sudah berbunyi, Neyvi menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan malas. Permainan gitar Evan yang biasanya membuatnya menderu kebelakang kelas tanpa di undang dan ikutan menyanyi, kali ini tak di pedulikannya.

Ia mencoret-coret buku puisi miliknya yang memang selalu dibawanya ke sekolah. Neyvi terkenal jago menulis puisi dan memainkan kata-kata hingga jadi begitu indah. Tak heran kawan-kawannya sering bergantian meminjam buku puisinya dan menyadurnya untuk mereka sendiri.

Saat sedang mencari ide untuk puisinya ini, tak sengaja matanya melihat sosok Feriyan yang sedang melintas di depan kelasnya. Tatapan Feriyan langsung memburu ke arahnya sambil tersenyum seperti biasa. Neyvi mengacuhkannya dan kembali menulis.

Melalui ekor matanya, ia dapat melihat sikap ragu-ragu Feriyan yang ingin masuk ke kelas Neyvi dan menghampirinya. Tapi Neyvi pura-pura tak melihat dan terus saja asyik dengan buku dan penanya. Sekilas ia melihat Feriyan berlalu.
Biar saja, hari ini ia sedang tidak mau berbicara dengan cowok itu, entah esok atau esoknya lagi, jika kemarahan di hatinya sudah mereda.

Tiba-tiba saja ia mendengar suara seseorang duduk disampingnya, ia menoleh dan ternyata Hilmi.

"Gak ke kantin, Ney?" Tanyanya ramah.

"Engga. Tadi udah pas istirahat pertama." Jawabnya.

"Temenin gue beli minum sama cemilan yuk. Gue yang traktir deh," ajak Hilmi dengan wajah yang tersenyum lebar.

Neyvi baru saja ingin menolak tapi tiba-tiba terbersit rasa ingin melihat reaksi Feriyan jika melihatnya berjalan bersama Hilmi. Feriyan tahu jika Hilmi naksir Neyvi dari cerita Vina.

Akhirnya mereka berdua meninggalkan kelas menuju kantin dengan diiringi cuitan lucu teman-teman sekelas mereka dan sindiran menggoda Evan melalui denting-denting dari gitar buluknya.

"It's my first love,
what i'm dreaming of,
when i go to bed.
When i lay my head up on my pillow, don't know what to do.
My first love ..."

Dan suara sumbang Evan semakin sayup terdengar saat mereka sudah menjauh dari kelas. Melewati kelas IPA 2, ada Feriyan yang tengah ngobrol di depan kelasnya dengan beberapa teman.

Ia menatap Neyvi dan Hilmi tajam. Tampak sekali ada kecemburuan dimatanya. Neyvi pura-pura bersikap biasa saja, dan Hilmi terlihat bangga bisa berjalan bersama sang pujaan hati yang ia tahu merupakan incaran Feriyan.

Sepanjang jalan menuju kantin yang berada di ujung ruang kelas IPA, beberapa gadis melirik ke arah Hilmi dan Neyvi. Tapi Neyvi yakin mereka lebih fokus menatap Hilmi, cowok yang meskipun tidak terlalu tampan, tapi selalu berpenampilan keren dan modis. Trend Center nya cowok kelas dua IPA.

Neyvi meledek Hilmi, "Gue jadi takut jalan di samping lo, Hil. Liat tuh mata cewek-cewek kayak gak rela gitu."

Hilmi tersenyum dan berkata "Ngaco lo ah. Lagian di sekolah ini yang gue taksir cuma satu, tapi kayaknya cewek yang gue taksir gak peka sama perasaan gue."

"Ah masaaaaa ? Masa bodo maksud gue. Hahaha," Neyvi tertawa renyah, tapi kemudian langsung menghentikan tawanya saat sudah berada di depan pintu kantin. Mengabaikan Hilmi yang tersenyum miris disampingnya.
"Sampai kapan lo bisa peka dengan perasaan gue, Ney ?" batin Hilmi.

Di jam istirahat ke dua ini kantin tak terlalu ramai, hanya ada beberapa siswa yang mungkin saat istirahat pertama belum sempat ke kantin, sedang menyantap makanan mereka. Dan juga ada beberapa cowok seangkatan mereka yang sedang nongkrong dan ngobrol santai disana.

"Wiihhh... Hilmi udah dapet gebetan," ledek Farel sambil melirik ke arah Neyvi.

Deni pun ikutan nimbrung "Yaaahh si Hilmi, gue yang ngincer, lo yang dapet," katanya lucu, diikuti koor tawa dari semua penghuni kantin.

Disambut Samuel "Waktu baru naksir sama dia lo curhatnya ke gue, udah jadian diem-diem aja." Hilmi mati kutu dan hanya bisa terkekeh.

Neyvi cuek dan menuju ke samping etalase tempat snack digantung berjejer. Ia mengambil salah satu snack kesukaannya, demikian pula Hilmi, kemudian mereka memesan minuman untuk dibawa ke dalam kelas. Setelah Hilmi membayar jajanan, mereka pun melangkah keluar dari kantin.

Seperti saat meninggalkan kelas, kali ini pun mereka mendapat ledekan rese' dari cowok-cowok kurang kerjaan itu. Yopi malah ber suit-suit sumbang yang membuat tawa gerombolan itu semakin jadi. Hilmi senyum-senyum penuh arti, tapi Neyvi tak menanggapi.

Dan saat mereka kembali melewati kelas IPA 2, Feriyan tengah membelakangi mereka. Entah bagaimana perasaannya ketika melihat mereka kembali bersama setelah dari kantin. Neyvi yakin ia melihat mereka berlalu karena Lesmana sempat menegur Hilmi sekilas.

"Rasain," rutuk Neyvi geram.




###

To be continue
Jangan lupa vote dan komen ya!

Menghapus Sisa KenanganWhere stories live. Discover now