🍓 2.O

254 45 6
                                    

Beomgyu berjalan lesu menuju ke sekolahnya. Sesekali bertanya-tanya pada diri sendiri, kenapa dia sama sekali tidak berniat untuk pindah sekolah saja.

Tapi sepertinya ia tidak akan pernah mendapat jawaban atas pertanyaan itu.

Ngomong-ngomong, hari ini sedikit berbeda dari biasanya. Teman-temannya tidak ada!

Biasanya, sekitar 30 menit sebelum masuk sekolah, Beomgyu sudah bisa mendengar suara berisik dari keempat temannya yang lain dari kejauhan.

Dan nantinya mereka akan berjalan bersama menuju ke sekolah.

Tapi hari ini tidak.

Mungkin salah satu alasan kenapa dia merasa lesu hari ini adalah karena dia sama sekali tidak mempunyai teman untuk berjalan bersama ke sekolah.

Ayolah, apakah teman-temannya itu kompak berniat untuk bolos hari ini? Jadi dia hanya sendirian saja? Ah tidak seru—

Drrtt... Drrtt...

"Oh?"

Beomgyu merasakan getaran dari ponselnya yang berada di saku. Dia meraih benda itu dan menempelkannya pada telinga.

"Halo?"

"B-Beomgyu..."

Beomgyu segera menjauhkan ponselnya dari telinga dan melihat siapa yang memanggilnya. Dia mengernyitkan dahinya bingung dan kembali menempelkan benda itu pada telinganya.

"Kai? Ada apa? Dimana kau? Ayo masuk sekolah!" omel Beomgyu.

"T-tolong..."

Deg!

Mendengar permintaan tolong dari Hueningkai, seakan membuat jantung Beomgyu berhenti berdetak selama beberapa saat.

"A-apa—KAU DIMANA?! AKU AKAN SEGERA KE SA—"

"Jangan! Jangan sekarang! Lebih baik kau segera pergi ke sekolah sekarang. Aku akan menghubungimu lagi nanti. A-aku masih bisa menjaga diri untuk saat ini—"

"H-hei! Katakan dulu apa yang terjadi! Kau ada dimana?"

"A-aku juga tidak tahu kenapa. Tapi T-Taehyun...dia benar-benar menyeramkan,"

Yeonjun yang duduk di salah satu sisi sofa, sesekali melirik ke arah Soobin yang duduk di sisi sofa yang lainnya.

Keduanya duduk berjauhan dengan suasana canggung yang menyelimuti.

"...Y-Yeonjun," panggil Soobin pelan.

"Hm,"

Dari ujung matanya, Yeonjun bisa melihat bahwa Soobin memainkan tangannya yang tampak sedikit gemetar. Entah lelaki itu ketakutan atau apa.

"M-maaf—"

"Sudahlah, aku sudah sering mengalami hal ini,"

Soobin menatap ke langit-langit apartemen mereka, "Tapi aku tidak mau kau terluka lebih jauh,"

Yeonjun sedikit meringis ketika tiba-tiba merasakan nyeri di pipi dan perut bagian kanannya.

Soobin yang mendengar ringisan itu, segera menoleh cepat dan bergeser mendekati Yeonjun. Wajahnya tampak panik sambil mengecek perut kanan sepupunya itu.

"K-kau baik-baik saja? Yeonjun! Katakan mana yang sakit!"

Yeonjun mendengus pelan, "Tenang saja. Hanya sedikit nyeri barusan. Ck! Lain kali aku benar-benar harus menggertak Junkyu. Rupanya dia sudah berani untuk menyerangku sekarang,"

"Maaf Yeonjun..." lirih Soobin.

"Hei, tidak perlu minta maaf. Ini bukan kesalahanmu oke? Ini kesalahanmu Junkyu! Kau dengar itu?! Kita harus bicara lain kali!" bentak Yeonjun di akhir kalimat.

Yeonjun menghela nafasnya pelan dan menatap Soobin yang menunduk, "Aku juga minta maaf... Karena Junkyu, kau harus tercipta seperti ini,"

"T-tidak apa-apa. Setidaknya kau tidak harus terus-terusan terluka,"

"Dan Soobin, aku minta tolong padamu. Aku mengenali bagian dirimu dengan cukup baik. Aku tahu kau benar-benar merasa bersalah ini. Tapi ingat satu hal..."

Yeonjun melirik sekilas ke arah perban yang melilit di badannya dan kemudian menatap Soobin yang tengah menahan tangisnya sekarang.

"...Jangan pernah mengorbankan dirimu untuk menahan sisi Junkyu keluar. Aku tidak ingin kalian berdua terluka juga. Oke?"
































[TBC]

A/n:
HELLO~ APA KABAR KALIAN :D

Maaf baru update yak :(

Kalian paham nggak sama situasinya Junkyu-Soobin? Kalau nggak paham langsung komen aja, biar nanti author jawab oke?

Tapi kalau nggak ada yang tanya di komen, ya author anggep kalian udah paham :V

Thx for ur support, jaga kesehatan, and be happy always ^o^

I'm Left Alone | TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang