🍓 2.1

295 42 11
                                    

Beomgyu mengambil sebuah kaleng minuman bersoda dan membawa benda itu ke kasir. Sesekali mengecek ponselnya untuk menunggu kabar lebih lanjut dari Hueningkai.

Dia benar-benar tidak tenang setelah Hueningkai meneleponnya tadi. Ya siapa yang bisa tenang kalau temanmu menelepon dan meminta pertolonganmu?!

Karena sama sekali tidak fokus, akhirnya Beomgyu memutuskan untuk bolos sekolah saja. Lagipula tidak ada yang akan memberimu hukuman di sekolah itu. Prinsipnya bukan bertahan di dunia pendidikan, tapi bertahan dari kumpulan psikopat dan preman di sana.

Tak!

"Totalnya *****,"

Beomgyu mendongakkan kepalanya dan matanya membulat, "Shin Ryujin!"

Perempuan itu tidak menggubris sapaan Beomgyu dan tetap fokus di pekerjaannya.

"Toko ini sudah tidak menyediakan tas plastik. Jadi silakan menggunakan kantong belanja pribadi. Terimakasih,"

"Hei! Ryujin! Apa-apaan? Kau pura-pura lupa padaku?" tanya Beomgyu.

Ryujin melirik sekilas ke arah Beomgyu, "Maaf tuan, di belakangmu masih ada orang yang hendak membayar. Jika kau tidak keberatan, tolong segera menyingkir,"

Beomgyu menoleh ke belakang dan mendengus kesal ketika memang ada beberapa orang yang sedang mengantri. Lelaki itu mengambil kaleng sodanya dan berjalan pergi, keluar dari sana.

Ryujin melihat kepergian Beomgyu dari ujung matanya, diam-diam merasa sedikit lega karena lelaki itu sudah pergi. Dia benar-benar masih kecewa padanya.

"Terimakasih sudah berbelanja di sini. Semoga harimu menyenangkan..."

Perempuan itu menghela nafasnya pelan setelah pengunjung terakhir selesai ia layani. Dan karena minimarket sudah sepi, mungkin dia harus mengepel—

Cklek!

"Oh selamat dat—"

"Ryujin, ayo kita bicara..."

Ryujin mendecak kesal dan berjalan melewati Beomgyu untuk mengambil alat pel di gudang belakang. Tidak ada gunanya bicara dengan lelaki ini.

Tapi tentu saja dia harus ingat kalau yang sedang mengajaknya bicara kali ini adalah Choi Beomgyu.

Sret!

Ryujin membulatkan matanya ketika Beomgyu menarik paksa tongkat pel di tangannya. Sekarang keduanya tengah saling menatap dengan tatapan tajam.

"Kembalikan," perintah Ryujin.

"Tidak sampai kau ingin bicara denganku,"

"Apa yang perlu dibicarakan? Kurasa tidak ada—"

"Atau aku akan mematahkan tongkat pel ini,"

Perempuan itu menampilkan ekspresi tidak terima, "Kau gila?! Lagipula aku sama sekali tidak tahu kenapa kau mau mengajakku bicara, bodoh!"

"Kau menjauhiku sejak kita bertemu waktu itu. Kita harus membicarakannya baik-baik! Bukan seperti—"

"Cari tahulah sendiri kesalahanmu! Baru aku akan bicara denganmu!"

"Itu tidak efektif. Sekarang aku benar-benar serius. Kita bicara atau aku akan mematahkan tongkat pel ini,"

Ryujin mendecih remeh, "Aku tidak mau—"

KRAK!

Untuk kesekian kalinya, kedua mata Ryujin membulat. Beomgyu benar-benar mematahkan tongkat pel itu menjadi dua dengan mudah.

Gila! Seharusnya dia ingat kalau Beomgyu juga seorang assassin sepertinya.

"Aku tidak pernah main-main dengan kalimatku,"

Tak! Tak!

Lelaki itu menjatuhkan tongkat yang sudah terbagi menjadi dua itu dan mengusap-usapkan kedua telapak tangannya.

"Sekarang, bisa kita bicara?"

Ryujin mengambil patahan tongkat itu dengan kasar dan menatap Beomgyu kesal, "Terserah! Aku hanya akan menjawab dengan ya atau tidak,"

"Tapi—"

"Atau kita tidak akan pernah bicara lagi," ancam Ryujin yang membuat Beomgyu langsung mengangguk setuju.

"Baiklah, pertama. Apa kau marah padaku?"

"Ya,"

"Apabila seandainya aku meminta maaf dengan tulus, apakah kau akan memaafkanku?"

"Tidak,"

"Apa kesalahanku itu berkaitan dengan kalimat yang pernah kuucapkan?"

"Ya,"

Beomgyu tersenyum miring, "Baiklah aku sudah tahu dimana letak kesalahanku,"

Ryujin mengangkat sebelah alisnya. Mulutnya sudah terbuka, hendak mengucapkan sesuatu. Tapi kembali bungkam ketika ingat bahwa dia masih kesal dengan lelaki ini.

"Ayo, ikut denganku. Kita berusaha bersama-sama," kata Beomgyu sambil mengulurkan tangannya.

Ryujin menatap tangan itu dengan bingung dan mendongakkan kepalanya untuk kembali melihat wajah Beomgyu yang kini tengah tersenyum tipis kepadanya.

"Jika kau memegang tanganku, akan kuanggap bahwa kita bersama-sama akan berusaha untuk keluar dari sisi gelap ini. Entah apapun resikonya, kita akan tetap berjuang!"

Sret!

"Beom—"

"Terlambat. Kau sudah memegang tanganku. Tidak ada penolakan. Kita akan keluar dari sisi gelap ini bersama," kata Beomgyu puas.

"T-tapi kau yang menarik tanganku, bodoh! Aku tidak mau!"

"Tetap saja kau sudah memegang tanganku. Kalau begitu kita deal—"

"APA-APAAN?!"

"—kita akan berjuang bersama tanpa peduli apapun resikonya. Kita ini assassin dan kita tidak takut akan apapun. Uyeyey~"

Ryujin mati-matian menahan tawanya ketika melihat Beomgyu mulai menari-nari konyol di depannya.

"K-kau gila!"

"Dan mulai sekarang kau juga akan gila bersamaku! Kita adalah tim!"

"Apasih?! Kau cringe!"

"Terserah~ Yang penting aku sudah membuatmu ikut bersamaku. Oke aku akan pulang sekarang. Sampai ketemu lagi, partner!"

Ryujin menatap kepergian Beomgyu dari hadapannya. Mendengus geli ketika melihat lelaki itu tersandung salah satu lemari jajanan dan nyaris terjatuh.

Tapi diam-diam, sebuah senyuman tipis muncul di wajahnya.

"Partner ya..."































[TBC]

A/n:
Nggak tau mau ngomong apa :'D eumm apa kabar wkwk

Thx for ur support, jaga kesehatan, and be happy always ^_^

I'm Left Alone | TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang