Topokki Again

639 119 12
                                    

Sebelum ke ceritanya, aku mau menengadahkan tangan seraya mendoakan kepada para pembaca, pemberi vote dan komentar, agar selalu dilapangkan rezekinya, diberikan kesehatan selalu, dijauhkan dari wabah yang tengah hadir di tengah-tengah kita ini, dan selalu dipermudahkan di setiap urusannya. Aamiin Ya Allah Ya Rabbal 'Alaamiin.

Dan selamat membaca!

🦉👀🦉

Aku tersenyum kala pagi ini terasa lebih fresh dari sebelumnya. Gangguan Mas Wulan sudah tak nampak lagi karena semalam rumahnya langsung diadakan pengajian besar-besaran. Dengan langkah setengah gontai, aku berkaca sembari menepuk pipi yang semakin tirus karena kurang makan. Sepertinya badanku juga lebih mengecil. Ah, seperti lidi saja aku melihatnya.

Ceklek ....

"Kamu kuliah?" Pertanyaan dari Kak Kenan berhasil membuatku menoleh karena kedatangannya juga yang sangat tiba-tiba.

"Mungkin jam 9-an nanti sekalian bantu casting. Ada apa?"

"Doi nunggu di luar."

"Loh, kok?" Aku mengerutkan kening sembari membuka tirai kamar dan benar ada dirinya di depan pagar. Tanganku terulur pada sebuah benda pipih dan fokus melihat pesan di WhatsApp.

Muhzeo.

Aku jemput.

"Dih, semenyebalkan itu orangnya!"

Aku langsung memakai kerudung dan tersenyum ke arah Kak Kenan, "Terima kasih sudah diberitahu, Pak! Silakan bapak lanjutkan bersih-bersih kebunnya, ya!" Aku tertawa meledek sembari menjulurkan lidah ke arahnya.

"Dih, anda pikir saya tukang kebun!"

Aku hanya bisa lari menjauh dan menghampiri Muhzeo yang tengah bertengger di motornya.

"Pak, mohon maaf, saya kuliah masih lama. Anda silakan duluan saja," ujarku sembari tersenyum manis.

Muhzeo menaruh helmnya dan menoleh ke arahku. "Jam berapa? Enggak lupa bantu casting, 'kan? Tinggal beberapa hari lagi, tuh!"

Aku tersenyum simpul. "Enggak lupa, kok! Cuma kelasku masih jam 1 nanti. Enggak efektif banget kalau aku jalan jam segini. Lagi pula bantu-bantu jam 9, 'kan? Udah tenang aja!" Aku menepuk pundaknya yang terbalut jaket tebal.

"Ya udah kalau gitu aku jalan, ya!" Muhzeo tersenyum ke arahku sembari memakai helmnya kembali.

"Assalamu'alaikum!"

"Waalaikumussalam."

Motornya mulai melaju menjauhiku. Senyumku mengembang dan langsung melambaikan tangan ke arahnya.

Saat aku hendak menoleh ke belakang ....

"Allahu Akbar!"

Aku menjauhi ketika melihat sesosok arwah meringkuk dari arah belakangku.

"Wuaa! Kaget, ya?" Sosok itu tertawa lepas dengan tangan yang memegang perutnya.

"Zach!"

"Hahaha, maaf Dira!"

"Kamu dari mana saja? Kenapa baru nampak?" Aku memberengutkan wajah sembari mensejajarkan tinggi kami berdua.

"Aku ada tugas lain, Dira. Aku mulai panik."

Aku mengerutkan kening. "Ada apa? Panik kenapa?"

Zach mulai menunduk sembari menolehkan kepalanya ke arah Tuan Malaka. "Kami sudah berhasil mengetahui keberadaan tulang kami. Tempat penguburannya akan dijadikan pertambangan. Karena memang kami ingat sekali kalau kami mati terbunuh dan dikubur di dekat tempat pertambangan. Kalau tulang kami ditemukan oleh orang, maka kami akan kembali ke alam kami. Kami takut tidak bisa menjalankan perintah dengan baik. Masih ada beberapa waktu lagi kami harus menjagamu, Dira. Oleh karena itu kami terus mencari informasi."

Bisikan Maut ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang