Siapa Arkan? (giveaway)

830 151 6
                                    

Kami langsung ngibrit ke luar dari mobil saat sesosok anak kecil yang diceritakan Elsa itu tiba-tiba berada di dalam mobil. Entahlah, jantung kami berdua rasanya ingin copot seketika. Mungkin dari jauh wajahnya tak terlalu tampak seram, tetapi saat dari dekat, wajahnya seperti habis terbeset batang dedaunan yang tajam, badannya basah kuyup, dan kepalanya mengalirkan darah yang berbau agak busuk. Siapa yang tak takut ketika melihat wujud anak kecil seperti itu?

Aku masih berusaha mengatur napas. Bang Andri yang kebetulan lewat pun langsung menghampiri kami. "Eh, kenapa? Kok kayak ketakutan gitu?" tanya Bang Andri sembari memperlihatkan wajah bingungnya.

"Eng ... A–nu, ada– Aduh!" Refleks aku langsung menginjak kaki Elsa hingga ia mengaduh kesakitan. Sengaja aku melakukan itu agar ia tak menceritakan soal itu.

"Enggak ada apa-apa, kok, Bang. Cuma ngeliat tikus besar saja tadi di dalam mobil," ujarku sembari tersenyum ngeri dan berusaha untuk tidak menceritakan kejadian sebenarnya.

"Serius gapapa? Wong muka kalian seperti habis lihat setan." Bang Andri berusaha memastikan kebenarannya.

"I–iya bener. Eh, benar kalau kita habis lihat tikus." Elsa mengiyakan. Sepertinya dia sudah paham maksudku menginjak kakinya tadi.

"Ya sudah kalau begitu. Aku pulang dulu. Udah pamit, sih, sama yang lain. Kalian hati-hati, ya. Jangan berdua-duaan aja. Nanti ketemu hantu anak kecil, baru tau rasa kalian!"

Deg ....

Ucapan Bang Andri yang terdengar sedikit bercanda itu langsung membuat kami kaku dan merasa lebih takut. Kenapa bisa bercandaannya itu sesuai dengan yang kami lihat tadi? Apa Bang Andri pernah melihat sosok itu?

"Kok kalian melamun?" Bang Andri membuyarkan lamunan kami berdua.

"Eh, enggak, Bang. Kalau gitu kita mau balik ke tempat basecamp dulu, ya, Assalamualaikum, Bang!" Aku langsung menggandeng Elsa untuk berlari secepatnya.

"Waalaikumussalam. Hati-hati, loh!"

Aku dan Elsa langsung berlari kencang menuju ke tempat Muhzeo dan yang lainnya berkumpul.

"Gila, baru pertama kali secara eksklusif aku lihat setan sejelas-jelasnya wujud. Astaghfirullahal'adzim."

"Hus! Udah enggak usah dibahas. Jangan sampai ada yang tau. Semua yang di sini belum tentu percaya sama hal itu. Takutnya malah jadi bahan olok-olokan," ujarku sembari buru-buru mendekat ke arah yang lain yang sedang berkumpul.

"Eh, kalian kenapa? Kayak habis dikejar setan aja?" tanya Mas Wisnu sembari memberikan tatapan wajah bingung.

"Eh, enggak apa-apa. Tadi lagi lomba lari saja. Biar kurus katanya," ucap Elsa sembari menyengir lebar.

"Kalian berdua sudah sangat kurus, 'kan? Kenapa masih mau kurus lagi?" tanya Mas Wisnu sambil sedikit tertawa.

"Ya, maklum, Mas. Namanya juga perempuan enggak mau terlihat gendut sedikit pun," sahut Muhzeo. Sepertinya ia sudah paham akan situasi yang kami alami.

"Iya juga, ya, istrinya Panji juga gitu. Ya, enggak, Pan?"

"Eh, Mas Panji udah nikah, toh?" tanyaku agak kaget karena wajahnya yang masih sangat terlihat muda.

"Hahaha, iya. Saya sudah beristri. Keliatan masih muda, 'kan?" Mas Panji terlihat terkekeh.

"Banget, Mas! Saya pikir sepantar Bang Andri."

"Umur saya lima tahun di atas Andri, loh, Dir." Mas Panji terlihat semakin pede.

"Wih, mantap! Selain Mas Panji, di sini sudah ada yang nikah juga?" tanya Elsa.

Bisikan Maut ✓Where stories live. Discover now