Harum👀

2.3K 306 0
                                    

Warning!!!
Jangan lupa vote sebelum membaca. Kalau ingin dihargai orang lain, maka hargailah karya orang lain terlebih dahulu. Selamat membaca 🌻

"

Itu mukamu kenapa deh? Cemberut gitu?"tanya Elsa ketika aku berjalan gontai ke arahnya.

Aku menghembuskan nafas dengan cukup keras.

"Aku telat masuk kelas karena tadi gak sengaja nabrak orang."ujarku sambil duduk di sebelahnya.

"Wah.. cogan ya? Cakep gak?"tanya Elsa dengan mata berbinar.

"Ingat Paul!"ujarku sambil menggelengkan kepala.

"Hehe iya bercanda. Orangnya gimana?"tanya Elsa pemasaran.

"Yang aku tabrak perempuan. Wajahnya itu sangat cantik. Overdosis mungkin kecantikannya. Tapi dia ramah dan baik. Nah, pas habis nabrak, kakaknya datang ngajak pergi. Kakaknya juga tampan. Tapi anehnya muka mereka berdua itu beda."ujarku.

Elsa tampak antusias mendengarkannya.

"Beda gimana?"tanya Elsa.

"Ya gak tau. Pokoknya beda banget."ujarku.

"Oh iya, jadi gak jenguk Harum?"tanya Elsa sambil mengemasi barang-barang yang sempat ia keluarkan.

"Jadi dong. Yuk!"ajakku

👀

"Yakin ini rumahnya?"tanyaku sambil melihat sekeliling.

Tipe rumah yang terbilang cukup sederhana untuk Harum yang selalu memakan makanan mewah sewaktu duduk di bangku taman kanak-kanak.

Halamannya dipenuhi bunga-bunga yang tampak segar. Tetapi anehnya ada patung bercorak Hindu yang menghiasi pagar rumah ini. Setahuku Harum adalah seorang muslim.

"Iya. Keluarganya itu sebenarnya royal. Terapi entah kenapa rumah yang dipilih sederhana. Makin takjub deh."ujar Elsa.

Tok.. tok.. tok..

Elsa mengetuk pintu perlahan.

"Permisi.. Assalamualaikum."salam Elsa.

Kami menunggu selama lima menit. Tak ada jawaban sedikit pun dari dalam.

Tok.. tok.. tok..

"Assalamualaikum.."salam Elsa kembali.

Ceklek..

"Waalaikumussalam--"

"Wuaaaaaa!!!"aku membuang muka ketika melihat seseorang yang membuka pintu.

Aku menutup wajahku.

"Loh, kenapa? Kok kayak ketakutan gitu?"tanya seorang ibu-ibu sambil mendekatiku.

Aku masih memejamkan mata dan tak berani menoleh ke arah ibu itu. Ah, mengapa harus melihat Mereka di saat hari menjelang sore ini.

"Ah, maaf Bu. Temen saya ini suka parno kalau ketemu orang baru. Jadi ya dimaklumi ya Bu."ujar Elsa sambil tersenyum ramah.

Aku tau Elsa sedang berbohong agar ibu itu tidak curiga melihat tingkah anehku. Bagaimana bisa aku tidak terkejut, di atas pundak ibu itu terdapat sosok makhluk berambut panjang dengan ludah yang menjulur kemana-mana.

"Oalah.. kalau boleh tau ada perlu apa ya?"tanya ibu itu sembari tersenyum ramah.

"Ini Bu. Saya dan Dira, teman TK-nya Harum. Kita kesini mau jenguk Harum. Boleh Bu?"tanya Elsa dengan ramah.

Bisikan Maut ✓Where stories live. Discover now