Permulaan

7.3K 361 37
                                    

Assalamualaikum semua..
Cerita ini merupakan kelanjutan dari Bisikan Mereka. Bagi yang belum pernah membaca, silahkan untuk membacanya terlebih dahulu agar mengerti jalan alur cerita Bisikan Maut ini. Bagiku, sebuah karya itu bisa dinyatakan menarik jika sudah sampai di part kelima. Karena sebuah karya perlu berkembang untuk menjadi yang lebih baik. Jangan remehkan bagian di awal. Karena kupu-kupu berasal dari ulat yang menjijikkan dan akhirnya berubah menjadi sesuatu yang sangat indah untuk dilihat.

Happy reading 👀

Dimana ada kehidupan, di situlah nyalimu selalu diujikan.

-askhanzafiar-

"Wake up Dira! Sudah pukul berapa ini sayang?"tanya mamah sembari mengelus kepalaku.

Aku masih memperagakan gaya mengulet tanpa mau membuka mata sedikit pun.

"Sudah mamah bilang. Kuliah saja. Jangan sambil bekerja. Mamah masih mampu membiayai kuliahmu dan kak Kenan. Lagi pula beberapa bulan lagi dia akan mendapatkan gelar sarjana. Dia akan segera mencari pekerjaan. C'mon! Kamu ini perempuan sayang."ujar mamah sambil tetap mengusap kepalaku.

Perlahan aku mulai duduk dengan mata yang masih setengah sadar.

"Ayolah mah. Dira ingin mandiri. Dira tidak ingin terus-menerus menyusahkan mamah."ucapku yang kemudian memaksakan mata untuk terbuka.

"Tapi Dira--"

"Mah, Dira sudah besar. Dira berhak memilih apa yang Dira inginkan. Apa ada yang salah?"tanyaku dengan muka agak masam.

Terdengar helaan nafas agak kasar. Maafkan Dira, mah.

"Terserah kamu, Dira."ujar mamah yang mulai berjalan hendak meninggalkan kamarku.

"Mandi dan jangan lupa sholat subuh."perintah mamah dengan senyum yang masih tertahan.

"Astaghfirullah sholat!"ujarku yang langsung berlari ke arah kamar mandi dengan sigap untuk mengambil wudhu.

Ya, beginilah aku saat beberapa bulan setelah memasuki dunia perkuliahan. Aku agak cenderung membangkang dan memilih untuk melakukan hal yang di luar dugaan. Aku lebih memilih kuliah sembari bekerja. Bagiku pekerjaanku tak terlalu berat. Hanya sekedar menjadi pramusaji di restoran ternama sekitaran lokasi kampus. Awalnya mamah menolak perbuatan yang baginya nekat ini. Tetapi aku tetap bersikukuh melancarkan aksiku.

Hei, tahukah kalian apa yang berbeda denganku di umur ke-19 ini? Kalau bertambah cantik sih sudah pasti jelas!

Maafkan aku yang terlalu pede ini.

Kini, aku dan Elsa memutuskan untuk menggunakan hijab. Entah hidayah dalam bentuk seperti apa yang membuka pintu hatiku. Tetapi aku sangat bersyukur, karena kini tamengku bertambah satu. Ya, tameng untuk melindungi dari Mereka yang senantiasa menggangguku.

Soal Mereka, sebetulnya aku tak ingin banyak bicara. Tetapi apa boleh buat. Sampai saat ini, mereka masih menghantui pikiranku dan juga segala aktivitasku. Tak banyak yang dapat ku harapkan agar mereka segera pergi. Aku juga tak mengerti mengapa mereka usil menggangguku. Pernah waktu itu, aku bertanya pada tuyul yang selalu berada di rumahku. (Jika kalian ingat episode di mana mamahku baru saja mengalami mati suri).

"Tuyul, kenapa sih setan-setan itu selalu menggangguku?"tanyaku padanya.

Ia mulai memberhentikan aktivitasnya bermain gundu. Ia melirik ke arahku seraya mengingat-ingat.

"Oh, sangat mudah menjawab pertanyaanmu itu."ujarnya yang membuat alisku berkerut.

"Maksudmu?"tanyaku.

Bisikan Maut ✓Where stories live. Discover now