Suara Mamah

1.5K 277 57
                                    

Sulitkah untuk vote sebelum membaca? Saat kalian tidak menyalakan data pun, vote tersebut akan masuk, kok.

Oleh karena itu, sebelum scroll ke bawah, tekan gambar bintang terlebih dahulu, ya! I love you so much, My Readerswey 💚. Aku tanpa kalian tidak akan ada apa-apanya 😭.

Oh iya!
Jangan lupa follow akunku agar terus mendapatkan pemberitahuan lanjut dari cerita-ceritaku terutama cerita BM Ini! ✨

Warning!!!

Mengandung sedikit unsur kekerasan. Harap bijak dalam membacanya.

Remember! Don't read this alone. Especially at night. Okay, happy reading!

⬆️

"Permisi."

Semua yang ada di dalam rumah terlihat menoleh ke arah pintu.

"Ini ada yang mau menemui Dira," ucap Paul yang sepertinya habis dari bawah.

⤵️

"Assalamu'alaikum," salam seseorang sembari tersenyum dan masuk ke dalam kamar.

"Kak Ikhyar?" Mataku sedikit terbelalak saat mengetahui siapa yang datang.

"Iya, saya Ikhyar. Syukron bila kamu masih bisa mengingat saya," ucapnya sembari tersenyum dan bersalaman dengan Mamah, tetapi tentu saja bersalaman secara tidak langsung karena ia merupakan ikhwan yang benar-benar sholeh.

"Katanya kamu sedang sakit, betul?" tanya Kak Ikhyar.

"Duduk saja, nak," suruh Mamah sambil memberikan kursi.

"Terima kasih, Bu."

Kedatangan Kak Ikhyar berhasil membuat semua yang berada di dalam kamar terdiam. Antara canggung, bingung, dan penasaran dengan alasan apa yang membuatnya datang kemari.

"Oh iya, tetangga baru Dira itu bernama Aldi, betul tidak?" tanya Kak Ikhyar ke arah anak-anak yang lain.

Kami semua terperanjat dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Kak Ikhyar.

"Iya. Kenapa memang, Kak?" tanya Muhzeo dengan penasaran.

Kak Ikhyar terlihat tersenyum.

"Dia itu saudara jauh saya," ujar Kak Ikhyar.

Semua terkejut. Bukankah mereka berdua ini memiliki sifat yang sangat jauh berbeda?

"Kalau Dira merasa ditempeli, maka itu benar adanya. Dia menyuruh makhluk halus untuk menjagamu untuknya." Aku melotot seketika. Kurang ajar sekali dia.

"Dia itu seorang anak yatim. Jadi, wajar saja bila dia kekurangan kasih sayang. Setelah umurnya beranjak lima belas tahun, ia mulai melakukan apapun yang diinginkannya."

"Sebelumnya, maaf karena saya, Aldi bisa mengenalmu. Aldi waktu itu tengah melihat foto-foto angkatan saya dan juga angkatanmu. Dari situ Aldi terus menanyaimu dan menanyakan tempat tinggalmu. Semenjak itu dia sangat terobsesi denganmu, tetapi percayalah, saya tidak memberitahukan sedikit pun tentang kamu kepadanya. Dia yang mencari dan mengorek informasi itu sendiri," jelas Kak Ikhyar sembari tersenyum dan merasa tidak enak hati.

"Apakah mamahnya tidak mengetahui perihal kelakuan anaknya itu?" tanya Hilmi yang mulai ikut nimbrung.

Semua yang ada kini fokus menoleh ke arah Kak Ikhyar.

"Terima kasih, Bu," ucap Kak Ikhyar saat Mamah memberikan secangkir teh hangat kepadanya.

Kak Ikhyar tersenyum ke arah kami semua. "Tante Larissa itu merupakan seorang muslimah yang sangat menjunjung tinggi Akhlakul Karimah. Beliau sangat pandai dalam menanamkan positive thinking pada pikirannya. Entah sudah berapa kali saya ingatkan kepadanya. Namun, dia hanya tersenyum dan menanggapi seadanya. Dia tidak mau berprasangka buruk kepada siapapun sebelum ada buktinya. Karena dia harus terus bekerja, Aldi pun akhirnya luput dari pengawasannya dan menjadi Aldi yang seperti sekarang," ungkap Kak Ikhyar sembari membenarkan letak pecinya.

Bisikan Maut ✓Where stories live. Discover now