03.1

660 59 4
                                    

"Buon pomeriggio anche a te, Signorina Hong."

Suaranya tidak terdengar asing, rasanya pernah mendengar tapi kenapa hatinya lansung begitu berdegup kencang, padahal dia sering menerima telfon asing. 

"kamu lupa dengan suaraku?" 

Kedua kalinya pria itu berbicara padanya lewat telfon, Chayoung akhirnya tahu siapa yang sedang berbicara. Tentu, ini adalah suara tuan Cassano yang sudah lama ia rindukan sekali. 

"astaga, maaf..maaf...." balas Chayoung lansung meruntuki dirinya sendiri dalam diam. 

"ah...sepertinya kamu banyak urusan, aku hubungi nanti lagi saja--" belum selesai tuan Cassano berbicara, pengacara Hong memotong pembicaraan pujaan hatinya. "jangan-jangan! a-aku sedang tidak sibuk, lagipula sudah jam istirahat, semua yang ada di kantor juga lagi pergi." kata Chayoung masih sempat meruntuki dirinya usai perbicara.

Disebrang pulau disana, Vincenzo hanya tertawa dalam diam. Beruntung, Luca sedang tidak bersamanya lagi, laki laki gagah tangan kanan kepercayaannya itu baru saja pergi karna perutnya yang mules. Jelas karna terlambat makan.

"begitu? bagaimana kabarmu nona? aku berharap kamu baik-baik saja, selalu." 

Terukir senyuman tulus di bibir Chayoung, sedikit tersipu. "tentu, aku selalu baik-baik saja. Bagaimana denganmu tuan Cassano? oh ya sebentar lagi bukannya akan ada acara peringatan diplomatik?" tanya Chayoung.

"aku berada di Italia untuk mengurus semuanya agar aku cepat bertemu denganmu." 

Mereka berdua tersenyum malu kala tersipu termasuk Vincenzo yang mengatakan itu. Dia tidak tau jika dia akan segila ini pada seorang wanita.

"jangan terburu-buru, jaga kesehatanmu selalu."

"tentu nona, omong-omong aku baru saja dengar berita tentang Babel."

"ternyata kamu juga tau.....cepat sekali berita ini tersebar...."

"aku khawatir, mereka akan cari masalah dengan firma hukum mu."

"tenang saja, Jipuragi tidak sendirian, badan intelijen selalu berada disamping Jipuragi. Memang, awalnya aku khawatir jika sesuatu terjadi tapi sekarang tidak, jadi jangan khawatir oke?" Bibir Vincenzo kembali tertarik keatas, merasa tenang kala pujaan hatinya dalam keadaan baik baik saja dan tangguh.

"baguslah, jika terjadi sesuatu atau butuh bantuan," Vincenzo menjeda kalimatnya yang cukup mustahil jika dilakukan. "hubungi aku dengan nomer ini, meskipun kita berjauhan bukan berati aku tidak bisa menjagamu. Aku ingin kamu tetap terjaga dan selalu dalam keadaan baik-baik saja." lanjutnya perlahan muncul rasa bersalah dari dalam dirinya. 

"Aku tau ini sedikit mustahil tapi biarkan aku tetap menjagamu dari kejauhan, aku percaya suatu hari nanti kita akan bertemu nona Hong."

Hong Chayoung menghela nafasnya, ia merasa dadanya sesak ingin menangis tapi ia merasa ia menjadi orang yang melakonis sekali. Tapi air mata tetaplah air mata yang tidak bisa ditahan tuk jatuh terlebih lagi air mata yang tulus. 

"aku percaya padamu, aku akan menghubungimu jika aku membutuhkan mu dan merindukanmu....." balas Chayoung menyeka air matanya. 

BRAK

"KAMCHAGIYA!"  latahnya,  lansung melihat pintu kantor Jipuragi yang dibuka kasar oleh tuan An Gi Seok, anggota tim Intelijen yang sudah tidak lagi menyamar sebagai pekerja di restoran makanan Italia. Pria muda itu tampak memakai jas hitam kerjanya dengan lagaknya yang tergesa-gesa.

"Giseok-nim?" panggil Chayoung.

Vincenzo tentu mendengar panggilan itu lewat telfon mereka yang masih tersambung, "ada Giseok? nanti aku hubungi lagi pakai nomer ini, sampai jumpa Sweetie." salam Vincenzo pada Chayoung. "sampai jumpa juga, darling." bisik Chayoung dan lansung mematikan sambungan telfonnya. 

VINCENZO II : The Last Tower [-]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang