19

409 29 1
                                    

Semua kembali pada tempatnya dengan indetitas asli. Chayoung yang menemani Younjung mengujungi Yuna, sedangkan para lelaki ini sedang menikmati malam di belakang rumah milik Vincenzo. Benar, rumah yang pernah dibicarakan untuk tempat Yuna di rawat.

Vincenzo, pak Nam dan Yeongho duduk di kursi panjang dan membakar ubi. Sebenarnya saja ini bukan ide Vincenzo tapi Chayoung membuat ide makan malam dengan ubi. Tidak ada yang menolak, makan Ubi pun jadi.

"Apa mafia juga makan ubi bakar disana? Maksudku di Italia?" tanya remaja muda itu.

"Tidak, tapi kadang sesuai selera." jawab Vincenzo sembari menyenderkan badannya pada kursi, melihat bintang-bintang diatas sana yang begitu terang. Tampak seperti sedang tersenyum padanya.

"Kalau begitu aku jadi mafia saja!" seru Yeongho begitu semangat.

"Kamu berubah impian mu begitu cepat! Bukannya kemarin ingin jadi konten kreator terkenal?" sahur Pak Nam.

"Kurasa itu sudah sangat umum."

Vincenzo tak menggubris percakapan impian Yeongho. Ia terpana dengan bintang disana. Ah jika dipikir kapan terakhir kali ia melihat bintang tersenyum padanya? Tidak, ia tidak ingat sama sekali.

"Kuliah yang bener Yeongho." suara Chayoung terdengar, mengalihkan pandangan Vincenzo ke arah pintu belakang.

Ia tersenyum kecil melihat Chayoung memakai baju pilihannya. Ketika mereka di butik untuk mengurus baju, Vincenzo membelikan baju santai yang begitu cantik untuk Chayoung dan baju itu sedang dipakai oleh Chayoung.

Kenapa jantungnya berdegup sangat kencang?

"Baru saja semester dua, udah seperti ini. Dasar." Younjung menepuk pundak Yeongho lalu ikut duduk disamping Yeongho, kursi kayu jati. Sedangkan Chayoung memeriksa ubi dan tepatnya, ubinya matang.

Ia mengambilnya dan meletakkannya di tengah meja taman. Aroma bakarnya menyeruak mengalihkan semua pandangan para penghuni.

"Hati-hati ini masih panas." kata Chayoung ketika mereka ingin mengambil ubi tersebut.

Chayoung mengambil ubi terakhir dan duduk disamping Vincenzo. Membuka bungkus bakarnya dan meniupnya agar panasnya cepat menghilang. Sepertinya nikmat dan panas ubinya membuatnya hangat.

"Enak!" seru pak Nam.

Benar rasanya enak, lembut dan hangat meskipun Chayoung harus menahan panas. Maklum faktor lapar tidak bisa membuatnya untuk menahan.

"Apa yang terjadi hari ini, apa harus merubah rencana?" tanya Younjung. "Kecelakaan tangan ku adalah benar insiden tak terduga. Pertemuan dengan anak kepala sekolah itu juga. Jake."

"Tapi insiden itu membuat kita cepat selesai," kata Vincenzo.

"kita tidak perlu hadir di acara taman itu apalagi Younjung tidak boleh terlalu lama diarea itu." lanjutnya.

"Ide bagus, kita bisa memperkikis waktu mungkin malam besok sudah selesai?"

"Malam ini."

"Tapi aku Terima kasih sudah menolongku. Jika bukan karna Jake terus menahanku seperti pandangan cinta pertama, aku pasti tidak luka yang menyedihkan seperti ini tapi tidak apa, ini seperti terpukul haha...." diakhiri dengan ungkapan kekesalannya, Younjung menunduk.

"Shim Jake, dia tampan tapi masih tampan diriku." kata Yeongho. "Jika dewasa nanti, aku setampan apa ya?"

"Setampan diriku." sahut Vincenzo.

"Memang tampan, tapi ku ingin lebih tampan dari Vincenzo-nim."

"jadi dirimu saja, setampan apapun, pikiran mu yang dilihat."

VINCENZO II : The Last Tower [-]Where stories live. Discover now