24 part 1

159 11 0
                                    

Chayoung melihat sekelilingnya dengan seksama. Lingkungan panti asuhan tempat dimana So Piljo diasuh, begitu cerah dan sangat sejuk. Memang lokasinya tidak dekat dengan kota dan jauh dipinggir Seoul, sangat memberikan kesan yang nyaman bagi para penghuni maupun pengunjung. Tidak heran banyak orang yang berlalu lalang ke daerah ini untuk berjalan-jalan atau sekedar mengunjungi tempat indah ini.

Dengan segenap harapan yang ia pegang begitu juga dengan keyakinannya, Chayoung yang bermodal datang seorang diri tanpa Vincenzo, Yoonjung maupun Pak Nam nekat mendatangi daerah tempat So Piljo diasuh untuk mendapatkan kejelasan soal hidup So PIljo.

Melihat So Piljo melukai adik Yoonjung dan dirinya hingga berhubungan dengan Babel, orang yang termasuk dilewatkan olehnya dengan Vincenzo akibat tidak terlihat batang hidungnya mengharuskannya dia kembali melakukan aksinya.

Sang ayah memang sudah lama pergi tapi bukan berarti ia bisa melewati So Piljo begitu saja. Sekalipun berhubungan dengan pembunuh berantai, jika dia masih bisa kenapa tidak bisa?

"Halo, saya pengacara Hong Chayoung. Sebelumnya saya minta maaf telah mengganggu waktu anda, ini sedikit menguras waktu tidak apa-apakan?" ucap Chayoung usai ia berhasil duduk bersebelahan dengan salah satu suster tertua di panti asuhan.

"tidak apa-apa, aku akan membantumu sebisa mungkin." jawabnya begitu ramah, tak lupa senyumannya yang terpatri jelas meski kerutan umur begitu terlihat jelas.

"apakah anda mengenal orang ini?" tanya Chayoung hati-hati bersamaan dengan ia menunjukan foto So Piljo. Tak lama ia melihat sang suster menganggukan kepalanya.

"tentu, dia So Piljo. Satu bulan yang lalu dia berkunjung kemari, dia begitu berbeda tapi sekarang ia tidak terlihat."

"apakah anda tahu kabarnya sekarang?"

Sekali lagi, beliau mengangguk. "saya sudah tahu, hati saya begitu sedih mendengarnya."

"saya ingin mengetahui masa kecil So Piljo, apakah anda bersedia? saya akan menutup mulut ke media massa."

"silahkan, saya akan memberitahunya."

"malam itu, disaat Piljo melakukan hampir melakukan aksinya. Apakah ada sesuatu yang terjadi diantara mereka?"


----


Hawa mencengkam menyapanya lagi saat Yoonjung hanya duduk di tempat pertemuan sel tahanan. Meskipun ia duduk bersama Vincenzo, bukan berati selama ada disisinya, rasa takutnya menghilang. Jantungnya berdebar cukup kencang kala sudah tiga menit lamanya, orang yang mereka ingin temui tak kunjung datang. Akan tetapi pintu di seberang sana terbuka, menampilkan pria yang ia tonjok beberapa hari yang lalu, ia mulai merasa marah.

Dihadapannya sekarang adalah So Piljo. Duduk manis tanpa ada rasa bersalah yang tersirat dari matanya. Tetap menaikkan dagunya dengan senyuman remehnya.

"aku pikir nona tidak akan mengunjungiku." katanya, mengarah pada Yoonjung yang sudah meremas tangannya kuat. "lagipula adikmu perlu kejelasan bukan?"

"KAU!" Vincenzo menarik lengan Yoonjung untuk menahan emosinya. Matanya sudah memanas hebat, Vincenzo jelas tahu bahwa Yoonjung marah.

So Piljo tersenyum, "aku tidak akan memberitahunya sama sekali. Haruskah aku membuatmu berlutut?"

TOK

TOK

TOK

Dengan keras, Vincenzo mengetuk kaca pembatas mereka. Matanya mendelik tak suka pada So Piljo tapi ia kembali melihat pria tua itu kala ia mendapatkan tatapan yang sama seperti Yoonjung.

VINCENZO II : The Last Tower [-]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang