You Are (Not) My Destiny Part 41

14 1 0
                                    

Siapkan pemutar musik kamu, cari lagunya dan dengarkan sementara kamu membaca bagian cerita dari novel ini.

1. THE BOYZ – Good Bye

2. MXM – Good Day

3. MONSTA X - Gravity

4. Im Hanbyul – Heejae

5. Chunji & Eunha – Hold Your Hand

6. BLACKPINK – Hope Not

7. SEVENTEEN - Hug

8. MONSTA X – I Do Love You

9. Ha Sungwoon – I Fall in Love

10. BIG BANG – If You

HWAN EUNYUL'S POV

"Aneh sekali."

"Apanya yang aneh, noona?"

Aku dan Dongsun sedang bersantai di kamar Min Brothers malam ini. Akhirnya libur Natal dimulai juga, aku jadi punya banyak waktu bersantai mulai hari ini. Apartemen Min Brothers cukup ramai, ada eomma dan appanya di depan menonton TV, jadi Dongsun mengajakku ke kamar mereka supaya bisa mengobrol dengan lebih leluasa. Donghyun sepertinya belum kembali dari Million Stars, begitu menurut Dongsun. Tadinya aku duduk di kursi di depan meja belajar Dongsun, tapi aku sekarang bergabung dengannya duduk di atas karpet, bersandar di ranjang.

"Aku merasa Choeun agak aneh belakangan ini. Kemarin aku mengajaknya keluar makan daging, tapi dia menolakku. Dan itu keempat kalinya dia menolakku ketika kuajak makan dan keluar. Kenapa sih? Apa Million Stars sangat ramai lagi?"

Dongsun menoleh perlahan kepadaku dan meletakkan buku yang sedang dibacanya di atas karpet.

"Apakah noona... tidak tau?"

"Hah? Apa? Tidak tau apanya?" tanyaku dengan nada curiga.

"Choeun noona menjadi begitu setelah... yah, kukira noona tau... aku tidak bisa memberitaumu karena Donghyun melarangku. Dia bilang dia takut noona terkejut."

"Apa sih? Sekarang aku memang tidak tau apa-apa. Dan apakah karena Donghyun melarangmu, kau tidak akan memberitauku apa itu?"

"Yah noona... bagaimana ya... aku tak yakin noona siap mendengarnya..."

"Apakah perasaanku benar," keluhku, "terjadi sesuatu pada Chungdae dan Choeun?"

Dari ekspresi terkejut Dongsun, aku bisa menebak kalau prasangkaku benar.

"Wah gila... aku bisa gila. Apakah cuma aku yang tidak tau soal ini?"

"Noona, maafkan aku, jangan marah dulu. Aku... kukira Choeun noona akan mengatakannya pada noona kalau dia siap..."

"Dan akhirnya aku merasa jadi yang paling bodoh karena aku yang terakhir tau soal ini."

"Maafkan aku noona!" seru Dongsun panik, "aku akan melakukan apapun itu yang noona mau, tolong maafkan aku!"

"Baik. Apapun ya?"

Dan aku dan Dongsun berakhir di restoran daging malam itu. Aku mengambil potongan-potongan daging yang sudah dipanggangnya. Aku tidak akan membantunya memanggang malam ini, itu perjanjiannya. Memang benar aku menikmati apa yang kumakan, tapi otakku bekerja sangat keras mencerna cerita Dongsun. Jadi rupanya ini adalah gabungan cerita yang Donghyun dapatkan dari Chungdae dan Bojin.

"Aku tidak menyangka... mereka memilih untuk menyerah."

"Ya. Dan sudah hampir dua minggu sejak kejadian itu... dan Donghyun juga sudah tidak berbicara dengan Choeun noona hampir sama lamanya dengan itu."

"Aku tidak menyangka Choeun sangat keras kepala soal Donghyun. Tapi kurasa," tebakku, "beri Choeun sedikit waktu lagi. Kurasa dia akan mulai bicara lagi kalau dia sudah merasa baikan."

"Apa noona yakin? Dia saja masih belum mau jujur pada noona, apalagi dengan Donghyun..."

"Yah, Donghyun harus lebih sabar sepertinya. Apa perlu aku yang membujuknya?"

"Ya... kalau dia sudah cerita pada noona, cobalah membujuknya. Bojin hyong sudah tidak berani membujuknya lagi. Katanya Choeun noona selalu cemberut jika Bojin hyong menyebut nama Donghyun."

"Baik, ayo kita tunggu, mau sampai kapan dia keras kepala begitu."

Kusodorkan daging ke mulut Dongsun dan dia mengunyahnya dengan senang.

"Apakah itu berarti aku sudah boleh mulai makan?" tanyanya senang.

"Ya, makanlah. Tidak mungkin kan aku membiarkan pacarku kelaparan?"

Aku memang menikmati malam itu bersama Dongsun, tapi pikiranku melayang pada Chungdae dan Choeun. setelah segala hal yang mereka lewati... mereka akhirnya menyerah. Kesibukan, kerinduan, kebohongan, perasaan yang terpendam, ucapan maaf yang kekuatannya sudah berkurang, memang benar... mereka sudah punya terlalu banyak masalah... tapi aku merasa aneh sekali, ketika memikirkan aku tak akan melihat mereka berdua bersama lagi... Lalu bagaimana dengan mereka? Dunia mereka pastilah sangat hancur. Chungdae masih sangat sibuk dan dia bisa memaksakan dirinya untuk tetap tersenyum. Wah... aku tidak bisa mengerti bagaimana dia bisa melakukannya. Baek Choeun... katakan apa yang harus kulakukan untuk menolongmu? Apakah kau tidak mengizinkan siapapun menolongmu sekarang? Apa kau baik-baik saja? Apa kau bisa melalui semuanya sendirian?

***

MIN DONGHYUN'S POV

Aku menunggu Bojin hyong turun dari lantai dua dengan cemas. Dan tak lama kemudian, akhirnya dia muncul di hadapanku.

"Bagaimana hyong, apakah noona mau makan?"

Bojin hyong menghela nafasnya panjang.

"Dia tidak membukanya. Aku tak tau apakah dia akan memakannya nanti... atau tidak."

Aku makin cemas. Choeun noona tidak makan dengan regular. Aku berusaha mengiriminya semua makanan kesukaannya selama lima hari terakhir, tapi menurut Bojin hyong (yang mengantarkannya ke kantornya) ada makanan yang dimakannya sangat sedikit, ada yang bahkan tak disentuhnya. Dia juga tidak pernah membawa mobilnya lagi, kalau menurut Bojin hyong, itu malah bagus, karena dengan dia yang makan tidak teratur, dia khawatir Choeun noona malah tidak berkonsentrasi kalau harus berkendara sendirian. Apalagi akhir-akhir ini salju semakin sering turun dan jalanan menjadi sangat licin. Choeun noona masih pemula, jadi Bojin hyong juga menyarankannya untuk menggunakan kendaraan umum saja.

"Apa yang harus kulakukan? Apakah dia tidak akan mau menemuiku lagi?" tanyaku lelah.

Bojin hyong mengajakku duduk di meja yang kosong. Aku duduk di hadapannya dan menghela nafasku sekali lagi.

"Kurasa aku punya ide. Apakah kau mau mencobanya?"

"Beritau aku, hyong. Kurasa segalanya pantas dicoba sekarang."

Aku mendengarkan usul Bojin hyong dengan seksama. Idenya mungkin bisa berhasil, tapi agak menyakitkan memikirkan mungkin aku tidak akan melewati Natal (tidak ada pesta Natal tahun ini, putusnya Choeun noona dan Chungdae hyong sudah menjadi rahasia umum di antara rombongan kami, jadi bahkan tak ada seorangpun yang berani mengusulkan ini) dan mungkin juga, Tahun Baru bersamanya. Tapi ide ini layak dicoba.

"Kalau begitu aku mengandalkan hyong untuk... menjaga noona," ujarku setelah menetapkan hatiku, "aku akan mencoba usul itu."

"Jangan khawatir, aku akan mengirimkan kabar untukmu sesering mungkin. Ayo kita berharap ide ini berhasil."

"Ya, aku juga berharap begitu hyong."

***

(Indonesian ver) You Are (Not) My Destiny // 넌 내 운명(안)입니다Where stories live. Discover now