You Are (Not) My Destiny Part 53

15 0 0
                                    

Siapkan pemutar musik kamu, cari lagunya dan dengarkan sementara kamu membaca bagian cerita dari novel ini.

1. GOT7 – Confession Song

2. K.Will – Day 1

3. SF9 – Different

4. Chen & Punch - Everytime

5. Sondia – First Love

6. Yook Sungjae – From Winter

7. Plastic – Gangnam Exit 4

8. THE BOYZ – Good Bye

9. MXM – Good Day

10. MONSTA X - Gravity

HWAN EUNYUL'S POV

Aku terbangun sangat pagi, aku mengecek ponsel yang kuletakkan di samping ranjang, masih jam tiga dini hari saat ini, tapi kerongkonganku kering sekali. Aku bangun perlahan dari ranjang supaya tidak membangunkan Dongsun, aku bahkan membuka pintu kamar dengan sangat perlahan. Aku mengisi gelas kesukaanku dengan air dan minum perlahan dengan perasaan lega.

"Noona?"

Aku nyaris menjatuhkan gelas yang kupegang saat aku melihat Donghyun muncul di dapur. Kukira Dongsun bilang padaku semalam bahwa Donghyun dan kedua orangtuanya tidak akan pulang, tapi apa yang kulihat sekarang? Semacam hantu Donghyun? Tapi dia terlalu padat untuk disebut hantu. Donghyun berdiri di ambang dapur dan tidak bergerak sama sekali, matanya menatapku lurus, tampak bingung.

"Ada apa sih Donghyun? Aku disini, tak perlu teriak..." Choeun muncul dari sisi tubuhnya dan sama seperti pacarnya, dia juga menatapku terkejut sekaligus bingung, "EUNYUL EONNI?"

Suaranya jelas lebih keras dari suara Donghyun. Aku tak tau mengapa pasangan ini bisa muncul di apartemen di jam yang sangat tidak terduga ini.

"Ha... hahaha... Donghyun, Choeun..."

Tawaku terdengar sangat garing. Aku tidak tau harus melakukan apa, akupun terpaku di tempatku berdiri.

"Ada apa sih ribut-ribut ini?"

Yang membuat keadaan makin runyam, Dongsun muncul dari dalam kamar sambil menggosok-gosok matanya dan menguap. Dan ketika dia menatap Donghyun dan Choeun, tampaknya perasaan kantuknya menghilang.

"DONGSUN HYONG! APA YANG KAU LAKUKAN?"

Donghyun tidak berusaha menahan teriakannya sama sekali, dan dia menunjuk Dongsun secara terang-terangan. Aku baru sadar kalau Dongsun hanya memakai celana training-nya dan dia tidak memakai kaos. Ditambah lagi aku yang sekarang memakai kaos Dongsun... Ini akan menimbulkan kesalahpahaman...

"AKU BISA JELASKAN!"

"TIDAK PERLU JELASKAN APA-APA!"

"Kenapa kalian ramai sekali di jam segini?"

Andaikan ada sesuatu yang bisa membuat keadaan lebih runyam lagi, adalah kehadiran mendadak eomonim dan abonim dari balik tubuh Choeun. Kami berempat tampak terkejut: aku mencengkeram gelas dengan sangat erat; Dongsun merentangkan tangan kirinya dengan pose "tidak" yang mengarah ke Donghyun; Donghyun menunjuk Dongsun dengan jarinya; Choeun menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Yang baru saja mengajukan pertanyaan adalah abonim, dan ekspresi eomonim sangat mirip dengan Choeun saat menatap kami.

"Woof..."

Keadaan canggung kami diakhiri dengan gonggongan lemah Minki.

Aktivitas di apartemen keluarga Min dimulai sangat pagi. Sekitar jam empat pagi, kami berenam sudah duduk di sekitar meja makan, tapi karena meja makannya hanya muat untuk lima orang, Donghyun akhirnya duduk di lantai, dan Choeun menemaninya, mereka berdua duduk di dekat keranjang kecil yang dilapisi kain berbulu hangat, ada Minki disana. Aku dan Dongsun duduk bersebelahan dengan wajah ngantuk, abonim dan eomonim yang duduk di seberang kami tampak lelah, tapi mereka tampak agak lebih segar setelah meminum teh yang diseduh Choeun. Aku juga sudah berganti pakaian ke baju yang dipinjamkan eomonim, yang ukurannya sudah lebih pas untukku. Agak ketat sih, tapi lebih baik daripada memakai kaos Dongsun.

"Jadi, apa yang terjadi?" tanya abonim memecah kesunyian.

"Karena sudah malam, aku tidak mengizinkan Eunyul noona pulang..." jawab Dongsun, menghindari menatap mata abonim.

"Ya tapi kan kau bisa pinjamkan pakaian eomma, masa kau pinjamkan dia kaosmu yang kebesaran untuknya begitu?" tanya eomonim bingung.

"Aku... merasa tidak enak masuk ke kamar appa dan eomma karena kalian tidak ada di rumah..."

"Alasan macam apa itu. Biasanya juga kau masuk begitu saja," potong abonim.

Donghyun mengangguk-angguk puas, "iya... hyong membuat alasan yang tidak masuk akal. Mana pernah hyong merasa canggung masuk ke kamar appa dan eomma..."

"Kau kan juga biasanya seenaknya begitu," ucap abonim, eomonim dan Dongsun pada saat yang bersamaan.

Donghyun berhenti tersenyum. Lucu sekali ekspresinya yang kalah karena diserang anggota keluarganya.

"Tapi appa, eomma, Donghyun juga tidak pulang semalaman. Tolong tanyai dia juga."

"Lho kenapa aku? Kita kan sedang mengadakan sidang untukmu, hyong."

"Jadi begitu," ujar abonim yang sekarang menoleh ke anak bungsunya, "dan kau bahkan tidak mengirimkan pesan pada appa dan eomma tentang itu."

"Aku... yah, aku lupa..." ucap Donghyun terbata, "tapi kami minta maaf ya Dongsun hyong, kami mengganggu kalian dengan pulang pagi-pagi. Minki sakit dan aku perlu mengambil peralatan untuk memeriksanya."

"Omo... apa yang terjadi dengan si kecil yang lucu ini?" eomonim sekarang sudah berlutut di lantai, bergabung dengan Choeun dan Donghyun.

"Dia tidak mau makan sejak semalam... jadi ketika Choeun noona ke toilet pada dini hari, dia mendengar Minki terus mengeluh. Aku tidak berani mengambil resiko menunggu sampai pagi, jadi kami pulang," jelas Donghyun panjang, "dan begitu pulang, aku melihat Eunyul noona dan... hyong! Mereka tampak mencurigakan!"

Merasa menang, Donghyun menunjukku dan Dongsun lagi. Abonim menoleh ke Dongsun lagi, dahinya terlihat berkerut, sepertinya berpikir keras sekali.

"Bagaimana kalau kalian berempat menikah secepatnya?" tanya eomonim sambil lalu.

"APA?" kami berlima berteriak kompak.

"Woof! Woof!" seakan mengiyakan, Minki menggonggong bersemangat.

Mungkin Minki sudah sehat sekarang.

***

(Indonesian ver) You Are (Not) My Destiny // 넌 내 운명(안)입니다Where stories live. Discover now