You Are (Not) My Destiny Part 58

14 0 0
                                    

Siapkan pemutar musik kamu, cari lagunya dan dengarkan sementara kamu membaca bagian cerita dari novel ini.

1. Mc Kay – Month of June

2. VERIVERY – My Beauty

3. Jeong Sewoon – Oh My Angel

4. Yoo Seonho – One Blue Star

5. Junggigo – Only U

6. Seulgi & Wendy – Only You

7. PRODUCE X 101 CRAYON – Pretty Girl

8. Elaine – Rain or Shine

9. SEVENTEEN – Say Yes

10. RED VELVET – See The Stars

BAEK CHOEUN'S POV

Aku berlarian menuju apartemen keluarga Min. Aku menelepon Donghyun setengah jam yang lalu, tapi yang menyambut teleponku malah Dongsun. Dongsun bilang Donghyun tidak bangun dari sejak siang tadi ketika dia selesai makan siang (dan menurutnya, Donghyun makan sedikit sekali). Dongsun mengecek keadaannya dan dia yakin Donghyun demam. Dongsun harus pergi menjalani pemotretan malam ini dan dia tidak bisa membatalkannya, sedangkan seperti biasa, appa dan eomma mereka disibukkan dengan kegiatan gereja, entah mereka akan pulang jam berapa (atau bahkan tidak pulang lagi). Memang sejak aku pulang dari Jeju, aku belum bertemu secara langsung dengan Donghyun, dan itu artinya nyaris seminggu kami belum bertemu. Aku tidak perlu bersusah payah membunyikan bel apartemen, aku hanya langsung memasukkan kode pintunya dan cepat-cepat masuk, bahkan aku tidak mengganti sepatuku dengan sandal rumah, aku hanya mencopot sepatuku dan membiarkannya berserakan. Pintu kamar Min brothers dibiarkan terbuka, kukira oleh Dongsun, yang sosoknya sudah tidak terlihat di rumah. Aku duduk di lantai, di dekat sisi ranjang dimana Donghyun tertidur. Sosoknya saat tidur tetap terlihat tampan, tapi dia berkeringat lebih banyak dari biasanya, padahal pendingin ruangan menyala dan wajahnya terlihat agak pucat. Aku meletakkan telapak tanganku di dahinya, dan suhu tubuhnya cukup tinggi. Aku membersihkan keringatnya dengan tisu dan menggenggam tangannya.

"Donghyun... ayo bangun. Kau sakit, biar aku merawatmu."

Aku merasa bersalah aku tidak memperhatikannya dengan baik akhir-akhir ini. Dahinya berkerut dalam tidurnya. Apakah dia sedang bermimpi? Apakah mimpinya buruk?

"Aku harus mengompresnya. Kalau demamnya bertambah, mungkin aku harus membawanya ke rumah sakit."

Aku berdiri dan baru saja akan meninggalkannya, ketika dia balik menggenggam tanganku dengan erat.

"Noo... na... Choeun..."

Aku menoleh dan memandanginya. Matanya masih tertutup rapat, tapi dia tampak makin gelisah. Aku tidak bisa meninggalkannya dalam keadaan begini.

"Donghyun... ini aku. Bangunlah, hmm?"

Aku kembali ke posisiku berdiri di sisi ranjangnya dan menggerakkan lengannya dengan tanganku yang bebas.

"Donghyun... Min Donghyun..."

Biasanya akan sangat sulit membangunkannya, dan aku agak terkejut ketika dia akhirnya membuka matanya.

"Donghyun, kau tidak apa-apa?"

"Choeun... noona?"

"Ya, ini aku. Aku disini."

Aku terkejut ketika Donghyun duduk dan memelukku. Dia membenamkan kepalanya di bawah daguku dan memelukku sangat erat. Aku balik memeluknya. Tubuhnya hangat dan basah oleh keringat.

"Noona... jangan tinggalkan aku. Jangan biarkan aku mencarimu. Aku tidak bisa tanpamu."

"Donghyun, apa sih yang kau katakan? Siapa yang akan meninggalkanmu? Untuk apa kau mencariku? Aku selalu disini untukmu. Oke, maksudku, maaf aku sibuk beberapa hari ini, tapi aku sudah disini lagi," jelasku panjang, "aku jauh lebih takut kehilanganmu, meskipun mungkin aku tak pernah menunjukkannya padamu."

(Indonesian ver) You Are (Not) My Destiny // 넌 내 운명(안)입니다Where stories live. Discover now