Bagian 18

35 8 0
                                    

Semalam saat aku sedang belajar untuk persiapan semester baru, Kak Calvin tiba-tiba menelfonku. Padahal tiga hari setelah aku mengetahui dia mendaki Gunung Arjuno tidak ada kabar apapun lagi.

Sekalinya semalam memberi kabar malah dia bilang sedang sakit. Aku kira dia tidak serius dengan ucapannya karena sewaktu ditelfon pun dia masih bisa untuk menyulut emosiku. Tapi pada akhirnya aku percaya saat suara Bunda Kak Calvin terdengar -menyuruh Kak Calvin untuk meminum obatnya-.

Aku sempat berbicara dengan Bunda walau tidak sampai semenit mungkin, karena Kak Calvin mengambil alih kembali telfonnya.

Btw, Bunda menyuruhku datang ke rumah katanya untuk menengok keadaan Kak Calvin yang sangat sulit untuk meminum obatnya. Dasar orang satu itu yaa....untung Bunda sabar.

Maka, jangan heran kalau sekarang aku sudah ada di rumah Kak Calvin. Malah sudah sedari tadi jam 8 pagi aku sudah di sini. Saat itu si pemeran utama masih terlelap kata Bunda. Lalu aku memilih untuk membantu Bunda berkebun di taman belakang.

Sekitar jam 10 Bunda pamitan padaku karena beliau akan menjenguk temannya yang sakit. Bunda menyuruhku untuk menunggu di suatu ruangan.

Dan coba lihat, mana ada orang yang katanya sakit tapi sekarang malah asik main PS 5. Di ruang yang sepertinya memang khusus sebagai ruang main, terlihat presensi Kak Calvin yang sedang duduk bersila sambil sibuk menekan-nekan stick ps nya.

"Hah ? Siapa ?" tanyanya yang tampak bingung dengan kehadiranku.

"Pesut ancol" kataku.

Dia tertawa kecil "Ini surprise ?" tanyanya lagi.

"Ada ya orang sakit main ps" jawabku,  out of topic.

Tidak ada sahutan untuk menjawab pertanyaanku. Kak Calvin malah menepuk bagian kosong di sebelahnya, menyuruhku untuk duduk.

"Kok di sini ? Sama siapa ?" ucapnya sambil tetap fokus menekan stick ps.

"Di suruh Bunda jenguk orang sakit yang ga mau minum obat. Tadi bareng mas gojek" Kak Calvin mengangguk paham.

Karena Kak Calvin tak lagi melontar perntanyaan atau membuka sebuah obrolan akupun juga jadi diam dan memilih untuk membuka handphone ku yang sedari tadi di dalam kantong celanaku.

Dari mulai berselancar di IG, lalu mencari gambar-gambar aesthetic di pinterest dan berakhir di kolom chat WhatsApp bersama Haris Januar.

Aku mengatakan pada Haris, bahwa aku berada di daerah rumahnya sedang menjenguk Kak Calvin. Yang berakhir Haris merengek padaku agar aku mampir juga ke rumah nya. Aku mengiyakan dengan syarat dia mau untuk menjemputku di sini dan mengantarku nanti pulang ke rumah.

"Asik sendiri ya" celetuk Kak Calvin. Aku memfokuskan pandangan padanya seolah bertanya, kenapa ?. Namun bukannya menjawab dia malah beranjak mencabut kabel PS, lalu duduk kembali di tempat semula.

Melihat Kak Calvin yang kini memilih duduk diam tidak melakukan apapun, lantas aku juga langsung memasukkan handphone ku lagi ke dalam kantong celana.

Aku dan Kak Calvin pernah membuat kesepakatan untuk tidak memainkan handphone saat sedang bersama. Selain karena tidak sopan jika ada yang berbicara sedangkan yang lain malah asik dengan dunia lainnya, juga karena aku hanya ingin fokus pada dirinya.

"Lo sakit apa, sejak kapan ?" basa basi ku pada akhirnya.

"Demam biasa, sama pusing. Sejak..... terakhir gue telfon lo itu kayaknya"

Oh pantas tidak ada kabar, ternyata sedang sakit.....

"Pagi ini udah minum obat ?"

"Sebenarnya sudah sembuh total, semalam itu yang terakhir"

Hei, Calvin AntaresOnde histórias criam vida. Descubra agora