Bagian 27

27 6 5
                                    

Pulang sekolah aku sudah menemukan Haris berada di ruang tamu rumahku sendirian tanpa soulmatenya alias si Jinendra. Dengan santainya dia tiduran di lantai beralaskan kasur lipat sambil nonton tv lengkap dengan camilannya.

Sudah ku katakan kalo Haris dan Aji itu udah seperti anak kandung Mama ku?. Jadi ya ga heran kalo mereka sudah bertindak sebagai tuan rumah sendiri.

"Eh udah pulang cantik" sapanya saat aku memasuki ruang tamu. Lekas ia berdiri menyambutku.

"Contak cantik contak cantik mulu lo, ngapain ke sini" omelku seraya tetap berjalan menuju kamarku. 

Haris mengikutiku "Kan beneran cantik hey,  gue panggil jelek entar lo bunuh gue"

Ku tarik nafas dalam menghembuskannya pelan, mencoba meredam kekesalan yang tiba-tiba terpancing. Harus jadi anak yang sabar kalo di rumah, kalo ngak bisa di ceramahin sama mama.

Aku membuka kamarku, meletakkan tas ditempat sebagaimana mestinya. Haris duduk diatas kasurku sambil memangku boneka berbentuk kepala Alpaca pemberian Anara di hari kelulusanku waktu SMP dulu.

"Yis, lo ga niat keluar dulu gitu? Gue mau ganti baju" suruhku. Namun laki-laki ini menggeleng sambil menyembunyikan wajahnya di balik boneka "udah pw gue, lo aja keluar" katanya.

Aarrrgh.....,sopankah begitu wahai Haris Januar?.

Dari pada berdebat panjang yang membuat bumi dan seisinya gonjang-ganjing aku lebih memilih keluar kamar untuk ganti baju, sekalian mandi deh biar nanti malam ga perlu mandi lagi.

Sehabis mandi serta berpakaian lengkap aku kembali lagi ke kamar dan menemukan Haris rebahan di kasurku di sampingnya ada beberapa buku.

"Haris, lo mau apa ayo bangun" panggilku.

Lelaki yang kupanggil tersebut langsung bangun namun dengan wajah kesal.

"Apa tadi?"

"Lo ada perlu kan sama gue Ris, ayo cepet sekarang" ucapku mengulang. Setelah ini aku ada kerjaan lagi, yaitu membungkus kado.

Bibir memblenya menekuk "Ris? HARISS?!"

"Ya iyaa?? Ada yang salah?" ucapku.

"Enggak enggak udah Ayis aja udah apaan Haris Haris ihh" dia bergidik sendiri, lalu menarikku buat duduk di depannya.

"Serah lu Yis" ucapku.

"Nah kan enak dengernya" Haris mulai membuka buku yang dibawanya. "Tolong ajarin gue matematika persamaan sama pertidaksamaan variabel" ia menyodorkan bukunya yang berisi angka dan beberapa grafik.

Aku tidak terlalu bisa sebenarnya untuk menjelaskan. Aku mengerti cara mengerjakannya tapi kalau untuk menjelaskan pada seseorang aku tidak terlalu mahir.

Anara, Haris dan Aji tau itu. Tapi tetap saja Haris dan Aji selalu bertanya tentang soal matematika padaku.

"Jadi lo harus mindah ruas dulu ke sebelah kanan atau kirinya, baru bisa dijumlah/dikurang. Nah habis itu cari X1 dan X2 nya dengan cara faktor atau pakai rumus abc. Habis itu baru deh buat garis bilangan dan selesai. Ngerti ga sama penjelasan gue?" 20 menit sudah aku menjelaskan pada Haris. Dia selalu minta diulang penjelasannya entah karena dia ga fokus atau emang aku yang benar-benar tidak pandai menjelaskan.

"Anjir lo dengerin gue ga sih Yis ih" bukannya mendengarkan dan fokus pada apa yang aku jelaskan dia malah senyum-senyum sendiri kayak orang waras.

"Iya cantik iyaa paham Allahuakbar jangan ngegas gitu dong"

"Yaudah kerjain coba tugasnya, entar gue koreksi. Yang ga paham tanyain lagi. Gue mau ngerjain sesuatu dulu" setelahnya aku beranjak dari dudukku. Mengambil bahan-bahan yang akan aku kerjakan.

Hei, Calvin AntaresWhere stories live. Discover now