Bagian 26

36 7 2
                                    

Kalau dihitung, sudah lebih dari 2 minggu aku tidak berbicara dengan Kak Calvin. Di aplikasi chatpun hanya sesekali aku membalasnya jika itu nampak perlu, selain itu aku memilih untuk membaca saja pesan darinya atau mengarsip room chat dengannya.

Walau semesta nampaknya selalu mengajakku bercanda yang sialnya sangat tidak lucu. Iya, di sekolah aku selalu saja bertemu dengannya. Mati-matian aku menghindar atau sengaja pura-pura tidak melihatnya jika papasan di kantin atau di musholla ketika sholat dhuhur.

Hal itu kulakukan semata-mata untuk melindungi diriku alias melindungi perasaanku yang tak kunjung biasa saja jika dengannya.

Kadang kalo aku melihatnya dari kejauhan aku ingin sekali meneriakinya, kayak 'LO KENAPA GINI SIH SAMA GUE ICAL?'.

Dibilang aku menyesal pernah dekat dengannya? Tentu tidak. Karena selama itu dia juga menjadi bahagiaku dan orang yang aku syukuri telah masuk dalam kehidupanku serta membuat banyak perubahan di sana walaupun akhirnya sedikit membuatku kecewa. Tidak apa-apa namanya juga manusia.

Lagi-lagi semesta mengajakku bercanda. Mempertemukanku dengannya lagi di depan ruang sks tempat yang akan aku gunakan untuk pembelajaran sastra inggris.

"Hei hei Neng" Kak Calvin menahan lenganku yang terburu-buru masuk menghindarinya.

Aku diam menunggunya untuk lanjut bicara dengan wajah yang dibuat sebiasa mungkin.

"Minta tolong kasihin ini sama Nadin XI Ipa 2, orangnya yang putih--"

Aku memotong pembicaraan Kak Calvin "Tau, pacar kakak kan?" ucapku seraya menerima barang titipan Kak Calvin untuk Kak Nadin.

"Maafin gue" ucapnya yang membuatku bingung. Bukannya menjelaskan dia malah memilih pergi.

Selepas punggung Kak Calvin hilang dari pandangan aku tersenyum miris. Yasudahlah toh aku cuman bisa pasrah pada keadaan ini.

Belum aku melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam ternyata aku berpapasan dengan Kak Nadin yang ingin keluar dari ruangan.

"Eh Kak Nadin, ini tadi dari Kakak kelas" ucapku sambil tersenyum ramah memberikan titipan Kak Calvin.

Kak Nadin mengambil barang itu sambil tersenyum manis, cantik sekali...

"Orang yang ngasih ke mana?" tanyanya.

"Langsung pergi barusan" jawabku.

Kak Nadin tersenyum kembali hingga matanya menyipit "Makasih ya, maaf udah nyusahin kamu" katanya.

Aku menanggapi dengan senyuman kecil lalu pamit untuk masuk ke dalam.

©©©

"Woy...woy..bedok, sini dulu" suruh lelaki yang entah kenapa selalu ingin kuhindari walau dia tidak ada salah denganku. Oh-- salahnya dia yang selalu usil padaku.

Walau begitu aku tetap berjalan menghampirinya "Apaan deh" tanyaku yang jadi kesal karena harus menunda istirahat.

Tumben Kak Ino sendirian, lagipula ada di sekitar kelasku lagi.

"Lo gapapa?" tanyanya.

Aku menatapnya bingung "gue kenapa?" tanyaku balik.

"Gue tau lo deket sama Calvin dan dia pacaran sama orang lain"

"Oh, gapapa gue"

"Lo mau denger ga kalo gue cerita tentang Calvin?"

Batinku seperti lagi berperang. Otak mengatakan tidak tapi hatiku bilang iya.

Hei, Calvin AntaresWhere stories live. Discover now