Bagian 2

272 23 1
                                    

Semenjak pertemuan di depan gerbang itu aku tak pernah lagi bertemu dekat dengannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Semenjak pertemuan di depan gerbang itu aku tak pernah lagi bertemu dekat dengannya. Tak masalah juga karena ya aku hanya kagum.

Kagum berlebihan tapi hehe.

Aku masih belum tau siapa namanya, yang ku tau teman-temannya memanggilnya pak ketu, karena dia ketua kelas

Aku termasuk jarang bisa berjumpa dengannya salah satu penyebabnya karena kelasku dan dia berjauhan.

Jarak saja sudah tak mendukung
antara aku dengannya, sedih sekaliii...

Namun tak apa terkadang aku bertemu dengannya di kantin. Dia bersama teman-temannya duduk sambil asik bersenda gurau. Sedangkan aku menatapnya dari balik sepeda motor mamang pentol. Dia tak menyadari eksistensiku karena aku sebisa mungkin tidak menampakkan diri.

Saat tertawa matanya yang bulat kecil itu menyipit. Tawanya tak memikat seperti seringainya kala itu tapi lebih ke lucu, gemas sekali.

Aku juga bertemu dengannya di Mushollah sekolahku pada saat sholat dhuhur. Tiap aku ke Mushollah pasti dia sudah bersiap pergi atau paling tidak lagi memasang kaos kaki. Atau juga lagi tertawa bersama teman-temannya di luar mushollah.

Kalau Dewi Fortuna berada dipihakku maka aku bisa melihatnya mengacak rambutnya yang basah karena air wudhu, dan itu TAMPAN.

Rambut jambulnya basah dan dua kancing paling atasnya selalu sengaja dia buka, menampilkan kaos yang dia pakai. Gila kamu kak mau buat aku kejang-kejang ya, tidak ada akhlak.

Dari tadi pagi, istirahat pertama di kantin, sampai di musholla aku tak melihat batang hidungnya sama sekali. Padahal aku sudah mempersiapkan hatiku untuk melihatnya hari ini. Tapi apalah daya aku saja pergi ke musholla tadi lambat, pantas saja jika tidak bertemu.

Saat ini aku dan Fitri berada di kantin mumpung tidak ada guru kita pergi ke kantin, setiap siswa/i pasti pernah melakukan hal ini pastinya pergi kekantin kalau tidak ada guru.

Oh, dan lihat di pintu depan kantin orang yang dari tadi pagi selalu ku cari-cari.

Dengan salah satu tangannya yang ia masukkan di kantong celana. Tampak dia sedang membahas sesuatu dengan temannya, mukanya terlihat serius walau biasanya sih memang mukanya tampak selalu serius seperti itu tapi entah kenapa itu terlihat cool.

Haduuh nampaknya aku jatuh terlampau dalam padanya. Bagaimana ini ?

Dari tadi aku tak jemu melihatnya dari tempatku berdiri. Aku lagi menunggu Fitri memesan sosis gorengnya sedangkan dia sedang memesan es.

"Heh berhenti dong jangan natapin dia mulu kondisikan, segitu sukanya lu ya" Fitri menyenggol lenganku sambil mendelik memperingati.

Aku merenggut sebal "Gimana lagi dong, mataku yang mau menatapnya"

Tolong dong teruntuk mataku jangan menatapnya terus nanti dia sadar, aku yang malu sendiri.

"Lu jadi beli pentol, gue udah nih sosis aja"

"Iya Fit gue mau pentol, yuk"

Jantungku langsung berdetak lebih cepat seperti ada marawisan didalamnya. Saat aku sampai di mamang penjual pentol dia dan salah satu temannya juga sampai disana. Fyi, aku mengenal teman dia namanya Kirino Jehirman, kakak senior di ekskul pramuka dan aku lumayan dekat dengannya karena kak Ino itu orangnya asik, humble, suka berdebat, usil dan aku yang jadi bahan usilannya dia.

Aku diam mematung. Maksudnya aku membiarkan dia untuk memesan duluan dan biar dia lekas balik. Tak baik buat kesehatan jantungku jika dia selalu di dekatku seperti sekarang.

"Ladies first" ucapnya tiba-tiba.

Tolong....dia berbicara padaku.

Tatapan matanya lembut namun juga tetap ada rasa dinginnya gitu. Ini kali kedua dia berbicara padaku. Aku hanya mengangguk lalu mulai memesan.

"Kadok diem aja lu gak biasanya" ucap kak Ino.

Padahal aku punya nama tapi dia selalu memanggilku kadok, entah kenapa. Dan sekarang dia mulai menarik-narik kecil jilbabku.

"Kak aku lagi menjaga image didepan temanmu ini kak, tolong sifat setanmu itu diredam dulu sementara" tidak aku tak mengatakan itu, aku hanya menggerutu dalam hati saja.

Aku hanya tersenyum sinis pada kak Ino dan mengambil pesanan pentol.

"Jangan diganggu No anak orang" apalagi ini kak, kamu membelaku sekarang ?

Hei aku berhasil mencuri kesempatan aku tau namanya. Aku melihat nama di dada kananya "Calvin Antares".
.
.
.
Hei kak Antares, aku jatuh padamu. Bisakah kamu bertanggung jawab atas ini ?

Hei, Calvin AntaresWhere stories live. Discover now