Bagian 22

41 6 0
                                    

Ternyata menjadi aktif berorganisasi bukan suatu pilihan yang cukup baik setelah kupikir lagi. Itu menjadikan diriku udah seperti budak proker yang hampir tiap hari ada saja yang harus dibuat, dari mulai proposal, surat undangan, rundown acara, dekorasi dll. Belum lagi juga tugas sekolah yang menumpuk minta dijejerin biar ga numpuk.

Jika aku boleh memberi saran. Berorganisasi boleh tapi jangan banyak-banyak, maksimal 3 saja. Toh kalau tidak aktif disemuanya itu percuma, cuman numpang nama doang. Satu sebenarnya juga sudah cukup asal ikut aktif berperan di organisasi yang dimasuki itu udah sangat bagus. Seimbangkan antara berorganisasi dengan kewajiban sebagai murid dan jangan lupa juga main sesekali buat merefresh diri.

Kalo kata Mas Bayu dulu "Semua yang sudah kita pilih itu harus dipertanggung jawabkan, terima konsekuensinya walaupun ga enak. Setidaknya ada lah hal positif yang diberikan oleh kita pun oleh hal yang kita pilih itu."

Btw, Mas Bayu udah balik lagi ke Mojokerto. Dia cuti cuman 3 hari.

Tok
Tok

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku, membuatku kembali sadar ada hal yang harus kukerjakan di laptop yang telah kubuka hampir 2 jam.

"Ndak dikunci." jawabku seraya membetulkan letak kaca mata yang bertengger di pangkal hidungku.

Mama yang tadi mengetuk pintu "adek ada tamu buat kamu."

Aku bingung "Hah siapa ? Ayis, Aji atau Anara?" tebakku. Siapa lagi emang yang tiba-tiba kerumah di sabtu malam begini kalau tidak 3 jomblo itu. Eh ga tau ya, Haris jomblo atau tidak ? nanti aku tanyain.

Mama menggeleng lalu tersenyum jenaka yang membuatku tambah bingung sekaligus penasaran.

"Diapelin nih, bilangin Mas Bayu yaa....Calvin tuh yang dateng."

Mataku membulat sempurna dengan otak yang tak habis pikir. Memang sih Kak Calvin udah sering ke rumah, orang tuaku saja sudah sampai hafal sama dia tapi kan ini udah jam 8 malam. Maksudnya, dia ga pernah tuh ke rumah di jam-jam saat ini dan bertepatan pula pada malamnya orang pacaran.

Nanti hatiku bisa salah paham Kak Calviiin.....

Tak butuh waktu lama untuk ku keluar dari kamar menuju ruang tamu. Di sana Kak Calvin sudah duduk di salah satu sofa sambil memainkan ponselnya.

"Kak Ical perlu sama gue?." aku mendudukkan diri di sofa satunya. Kak Calvin cuman diam menanggapi pertanyaanku.

Dilihat lagi ada yang aneh dengan Kak Calvin malam ini. Tidak ada lagi senyum jenaka, tengil ataupun manis yang menghiasi wajah rupawannya kala aku menyapanya. Tidak ada sapaan darinya pun tak ada suasana yang sekiranya membuatku berbunga. Yang ada malam ini adalah Calvin yang bermuram. Calvin yang sedang memasang wajah datar dengan suasana layaknya ada kabut hitam di sekelilingnya.

Ada apa ?

"Are u okay? Gue pikir lo lagi mendung" tanyaku dengan halus, tidak se nyablak biasanya.

Karena dia tak kunjung menjawab akupun jadi tidak tau apa yang sedang lelaki ini pikirkan pun dalam suasana hati yang sedang bagaimana.

Berakhir aku mengajaknya keluar dan duduk di ayunan kayu yang tersedia di samping kanan rumahku dekat dengan pohon jambu yang dihias dengan lampu berkelip hasil karya Mas Bayu.

"Kak Ical lo kalo diem terus gue takut looh, entar kesambet gimana" Yang dilakukannya malah menepuk kepalaku sambil tersenyum. Yaaa setidaknya dia menanggapiku.

"Lo mau cerita sama gue ga ada apa ? Yaaa...mungkin gue ga bisa kasih solusi banyak tapi setidaknya gue tau lo kenapa dan lo jadi ga ngerasa sendiri. Tapi kalo ga mau gapapa, hak lo"

Hei, Calvin AntaresWhere stories live. Discover now