Bagian 5

99 18 2
                                    

Hari ini merupakan hari kedua aku belajar bersama untuk lomba Pancasila.

Namun hari ini berbeda aku sudah harus disekolah dari pagi hari sampai sore ini. Pagi aku harus mengurus tugas OSIS ku karena lomba tahunan yang selalu digelar sekolahku akan dilaksanakan kurang lebih seminggu lagi.

Menjadi OSIS memang sesibuk ini.

"Assalamu'alaikum" aku memasuki ruang kesiswaan, sudah ada kak Ayen dan kak Calvin disana.

"Kak udah mulai ya ?" Tanyaku pada kak Ayen.

"Belum, Bu Laili tadi dipanggil pak Daus. Kok telat lo ?" jelas kak Ayen.

"Ngurus OSIS dulu tadi kak, kan Porsda udah dekat"

"Yang bagus entar Porsdanya harus seru gak mau tau gue, kalo gak seru OSIS pasti diserbu sama Aliansi kelas 12" ucap kak Ayen lagi.

"Iya kak, senior pada bar-bar. OSIS insyaallah udah bekerja semaksimal mungkin semua aspirasi dari siswa Smada udah ditampung dan diajukan pada kesiswaan dan pak kepsek, ya tapi maaf memang ada yang ditolak. Semoga saja kakak-kakak semua senang dan tidak kecewa dengan kerja keras OSIS" ucap gue.

PORSMADA (Pekan Olah Raga dan Seni Smada) merupakan acara tahunan di sekolah ku dan acara itu bisa dibilang acara terakhir untuk kelas 12 sebelum perpisahan dan lulus. Maka dari itu tak heran para senior kelas 12 selalu mewanti-wanti pada OSIS selaku pengurus acara agar PORSMADA dibuat semeriah dan seseru mungkin.

Tapi terkadang mereka terlalu menekan OSIS, mereka meminta semua keinginan mereka dipenuhi pada saat PORSMADA. Padahal para pembina tidak menyetujui, dan OSIS lah yang jadi samsak mereka.

"Nah sudah kumpul semua ayo dimulai ya" Bu Laili tiba-tiba datang menginterupsi. Dan kita mulai membuka materi yang ada.

Setelah lebih 2 jam belajar kita semua mengakhiri pembelajaran untuk hari ini dan akan dilanjutkan besok dari pagi setelah sesi 1 PTS kelas 12 dan berlanjut sore setelah sesi ke 3 PTS kelas 10.

Benar-benar hari yang melelahkan. Tapi aku senang karena bisa lebih lama bersama dia, hehe.

"Ooh iya sebelum pulang kita bahas sebentar juru bicara di tim kita. Ayen mau jadi juru bicara atau Calvin ?" Tanya bu Laili.

Aku diam karena tidak tertarik untuk jadi juru bicara. Toh ada dua senior yang harus didahulukan dan tentunya mereka lebih pandai dariku.

"Kalo saya tidak PD bu bicara depan banyak orang, langsung blank saya. Nanti malah jadi salah-salah jawabnya" jawab kak Ayen.

"Jangan saya juga bu. Ini aja bu si anak OSIS kan biasanya udah sering bicara depan banyak orang. Nanti saya sama Ayen yang mendukung ngasih jawabannya" kak Calvinmalah menunjukku yang duduk di sebelah kak Ayen.

Memang, selama belajar bersama aku duduk di sebelah kak Ayen. Bukan karena apa aku lebih dekat sama dia memang sudah sering bicara dari kemarin. Sedangkan sama kak Calvin, dia tampak sulit untuk didekati dan terkesan dingin padaku.

Tapi aku tak masalah dengan sikapnya. Walau aku menyukainya aku selalu berharap agar rasa suka ku padanya tetap seperti ini saja. Menyukainya dalam diam, itu tampak lebih baik.

Aku benar-benar baik saja dengan semua ini. Dekat seperti sekarang saja sudah sangat membuat hatiku dag dig dug tak karuan.

"Kalau begitu kamu ya dek yang jadi juru bicara dan nanti kakak kakak mu yang akan menunjukkan jawabannya. Tapi walau seperti itu kita harus sama-sama belajar oke. Semangat besok terakhir kita belajar bersama. Sekarang pulang dan istirahat, lalu belajar untuk PTS juga"

Akhirnya kita pulang. Bu Laili pulang duluan tadi, sedangkan aku belum aku masih menunggu kak Ayen dan kak Calvin selesai sholat. Aku tidak sholat btw karena sedang berhalangan.

Selagi menunggu aku membelikan keduanya pop mie dan sudah ku masak sekalian. Aku menunggu di depan musholla sekolah.

"Kak saya belikan pop mie, dimakan ya" kataku menyodorkan cup pop mie pada mereka.

Kak Ayen menerimanya namun kak Calvin tidak karena ia sedang memasang sepatunya.

"Baik banget lu, tau aja gue lapar. Lu gak beli juga ? Btw ini mau diganti atau ngak uangnya ?" Ucap kak Ayen yang mulai menyuap mie nya.

"Aku kenyang kak. Gak usah diganti juga kali kayak ke siapa aja"

Kak Calvin mengambil cup mie di tangan gue.

"Makasih ya" Ucapnya singkat.

"Iya kak sama-sama, saya tidak tau kakak suka rasa apa jadi saya beliin yang saya suka" jelas ku, untuk mencoba membuka pembicaraan dengannya.

"Gak usah formal gitu sama gue kali. Santai aja pilihan lu gue suka kok" Ucapnya menyunggingkan senyum tipis--tipis sekali--padaku.

Hatiku apa kabar ?

Selesai makan pop mie gue ke parkiran untuk mengambil motor. Kak Ayen motornya diparkir di rumah pacarnya, rumah pacarnya kak Ayen itu persis di samping kiri gedung sekolah ini.

Jadi, aku ke parkiran bersama kak Calvin.

"Hhmmm..., Lo tiap hari pergi pulang sendiri ?" Tanyanya tanpa ku sangka-sangka.

"Iya kak sendiri kadang dianter, tapi kasian dah Bapakku kalo nganter jemput terus, capek pasti" jawabku dengan tersenyum kecil.

"Jauh rumah lo ? Kenapa gak ngekos ?"

"Daerah Angin Selatan dekat Smp 5 tau ngak ? jauh ngak sih kalo dari sana kesini, menurut saya sih ndak kak udah terbiasa"

"Jauh itu. Udah malem lo berani ? Mau gue antar ? Gue ikutin dari belakang" tawarnya padaku.

Ya Allah mimpi apa aku semalam. Rasanya aku tidak memiliki kekuatan untuk mendorong sepeda motorku sampai ke depan gerbang.

Damagenya gak main-main kak Calvin ini.

"Ngak apa kak, berani kok. Ngerepotin sekali nanti. Btw kakak dimana rumahnya emang ?"

"Gue di daerah Barupasan" jawabnya.

"Lawanan arah sama aku kak, jauh juga ya" ucap ku menanggapi.

Kita sudah sampai di gerbang, jadi agak lama sampainya karena kita malah mendorong sepeda motor masing-masing dengan sangat pelan.

Aku men starter sepeda motor matic ku dan memasang helm.

"Hati-hati lo. Lain kali pakai jaket kalo malem" ucap kak Calvin.

"Iya kak, kakak hati-hati juga ya nanti. Duluan ya kak" ucapku sambil tersenyum lebar.

Kulihat dia dari kaca spionku, dia masih diposisi yang sama. Kurasa ia melihat kepergian motorku sampai diujung jalan mungkin.

Aku senang sekali hari ini.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.











.
.
.
Hei kak Calvin, hari ini aku senang karena bisa berbicara lebih banyak padamu, apa kamu juga senang berbicara denganku ? Ayo jawab iya, kalo tidak aku marah. Oh aku lupa, aku tak sanggup kiranya marah padamu.

Hei, Calvin AntaresWhere stories live. Discover now