Bag. 2

1.2K 174 5
                                    

Kata andai cuma bisa dipakai saai berandai-andai. Ya udah namanya juga seandainya.

🍃

Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 17

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 17.00 PM membuat Aran langsung berpamitan pada Dheo dan Chandra karena ia sudah memiliki janji dengan salah satu temannya.

Tentu saja bukan, Arvizan.

Pada kenyataannya mereka memang sudah tak menjalin komunikasi lagi yang tersisa hanyalah sebuah kenangan, seperti saat Aran masuk ke dalam sebuah kedai kopi.

Tempat dimana Arvizan selalu berkumpul bersama.

"Akhirnya lo datang juga, Ran." ucap seorang laki-laki yang cukup Aran kenal ini.

Satya Handarun.

Kakak kelas yang selalu menjadi tempat ternyaman bagi anak-anak Arvizan untuk berkeluh kesah tentang apapun, sosok di depannya ini sudah Aran anggap seperti kakak kandung sendiri.

"Iya, ada perlu apa kak?" tanya Aran sedikit canggung.

Semenjak Arvizan bubar ia sudah jarang berkunjung ke kedai kopi ini, tempat dimana Satya bekerja. Tak banyak yang berubah dari tempat itu sejak tiga tahun yang lalu, semua masih sama.

"Ngopi bareng lah kita, masa gue nyuruh lo dateng kalau ada perlu doang? Kangen nih gue sama lu." ucap Satya tersenyum menatap salah satu adiknya itu.

Satya sangat menyayangkan hubungan persahabatan antara keempat adik kelasnya itu harus terputus hanya karena cinta, tetapi Satya sadar permasalahan di antara mereka memang cukup rumit. Jadi ia hanya bisa membiarkan mereka untuk memiliki waktu masing-masing, saling mengobati hati yang terluka.

Terutama, Aran.

Satya tau Aran lah yang paling terluka dari semua kejadian tersebut. Tetapi ia tak akan menyalahkan Vito karena perasaan memang tak bisa dipaksakan.

Dan Aran harus belajar untuk mengikhlaskan seseorang yang hatinya sudah tak lagi ia miliki.

Arvizan.

Keempat sekawan itu mencetuskan nama geng mereka di ambil dari gabungan nama masing-masing.

Aran, Vito, Mirza, dan Febian.

Mereka memiliki kesamaan yang tak terbantahkan, mau tau?

Ya, sama-sama memiliki sifat aneh, konyol, tukang rusuh. Namun persahabatan mereka cukup membuat banyak orang iri.

"Kak.. lo kenapa?" pertanyaan Aran berhasil membuat lamunan Satya buyar seketika.

"Ah.. gapapa, lo mau kopi apa?" buru-buru Satya mengalihkan perhatiannya.

Aran mengerutkan dahinya sedikit heran dengan tingkah Satya, ''Aneh.. latte aja kak."

"Oke tunggu ya."

Hiraeth [Fiora]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang