Bag. 19

955 136 19
                                    

Sudah terlalu lama asing, hingga lupa kalau kita pernah saling menyapa sambil tersenyum.

🍃

Setelah satu hari penuh dengan kesibukannya di sekolah, akhirnya Aran sampai juga di rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah satu hari penuh dengan kesibukannya di sekolah, akhirnya Aran sampai juga di rumah. Hari ini tanpa permintaan dari Mamanya, Aran pulang sendiri ke rumah.

Suasana di rumahnya selalu tampak hidup sebenarnya, karena ayahnya mempekerjakan banyak orang. Ditambah Shania yang merupakan mantan idol dari sebuah idol grup terkenal di Jakarta pada masanya itu memilih untuk tetap terjun ke dunia entertain dan kini sudah memiliki rumah produksi sendiri.

Tetapi tetap saja ada batasan tertentu dimana ada beberapa tempat yang menjadi area khusus dan hanya bisa di kunjungi oleh keluarga inti atau kerabat dekat.

Salah satu alasan yang membuat Aran tenang meninggalkan adiknya sendiri di rumah juga karena memang rumahnya tak pernah sepi.

"Malam, Ma." sapa Aran saat melihat Shania yang sedang asik menonton drama korea di televisi ruang keluarga.

Shania menoleh, "Tumben banget?"

"Pulang salah, ngga pulang salah banget nih aku?" tanya Aran dengan dengusan kecil di akhir kalimat.

Shania terkekeh pelan, "Jangan salahin Mama dong, 'kan kamu sendiri yang susah banget disuruh pulang. Kalau Mama ngga suruh, mana inget kamu buat pulang ke rumah."

"Iya-iya maaf deh." Aran memilih untuk mengalah, laki-laki itu membaringkan tubuhnya hingga kepalanya menjadikan paha Shania sebagai bantal.

"Apa nih maksudnya?" tanya Shania sedikit heran dengan tingkah anak pertamanya yang kelewat cuek itu.

"Ngga ada maksud apa-apa," Aran menjawab sambil memejamkan matanya, "Aran cuma mau istirahat aja."

Shania tersenyum kecil memandang wajah putra sulungnya yang kini sudah beranjak dewasa. Putra kecilnya yang dulu memiliki wajah menggemaskan itu kini sudah berubah menjadi sangat tampan. Dengan lembut Shania mengelus kepala Aran, memberikan pijatan kecil untuk menyalurkan kenyamanan pada anaknya itu.

Ibu dari dua anak itu mengetahui jelas bahwa akhir-akhir ini anak sulungnya sedang dilanda kecemasan yang berlebih. Terkait pendidikan, kesenangan, bahkan sampai masalah hati.

Namun Shania membiarkan Aran untuk terlebih dahulu menyelesaikan semua masalahnya sendiri. Biarlah anaknya itu belajar untuk menilai sesuatu dari sudut pandangnya. Shania tak ingin terlalu ikut campur dengan kisah remaja anaknya yang sedang menggebu-gebu itu.

Hiraeth [Fiora]Where stories live. Discover now