Memiliki sebuah kesamaan membuat Aran tertarik dengan perempuan cantik yang tak sengaja ia kenal melewati gosip yang beredar di radio sekolah.
Sama-sama kehilangan rumah karena sahabatnya.
Sungguh takdir yang sangat kejam bagi mereka, tetapi apakah...
Sudah aku bilang bahwa kebahagiaan ku itu ada di kamu. Makanya kalau kamu hancur aku juga ikut hancur.
🍂
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Fiony berlari kencang mencari ruangan yang sudah diberitahu oleh Vito lewat chat beberapa waktu lalu. Matanya terus berlari ke sana sini untuk mencari ruang ICU.
ICU-ruangan yang membuat kecemasan Fiony semakin meningkat akan keadaan Shani saat ini. Berkali-kali perempuan itu merapalkan banyak doa dan harapan agar kondisi sang Mami tidak seburuk itu.
Fiony memejamkan matanya saat berhasil sampai di depan ruangan. Di sana terdapat Gracio, Anin, dan Vito yang kondisinya terlihat sama kacaunya.
"Gimana keadaan Mami?"
Anin menghampiri Fiony memeluk erat keponakannya itu, "Kamu yang sabar ya sayang."
Perasaan takut langsung menghantui dirinya, tangisannya yang memang belum berhenti sejak tadi semakin menjadi.
"Mami kamu koma," ujar Gracio yang sejak tadi hanya bisa menundukkan kepalanya.
Mendengar satu kalimat itu membuat Fiony menangis semakin kejar. Membayangkan Shani kini yang tengah berjuang di antara hidup dan mati membuat Fiony sangat terpukul.
Terlebih mengingat hubungannya dengan sang Mami yang tidak baik akhir-akhir ini membuat perasaan bersalah menghantuinya.
Fiony membalas pelukan Anin dengan tidak kalah erat, menyalurkan semua perasaan sedihnya pada tantenya itu.
"Papi kamu udah sampai Bandara, mungkin sebentar lagi dia akan sampai." ujar Gracio.
Kondisi pria itu tidak terlihat baik. Tentu saja, Shani adalah Kakak kesayangan Gracio. Adik mana yang akan baik-baik saja mendengar Kakaknya sedang bertaruh nyawa?
Aran yang sejak tadi mengikuti Fiony pun ikut terpukul melihat betapa pilu tangisan sang kekasih. Namun, saat ini tidak ada yang bisa ia lakukan selain bantu merapalkan doa untuk kesembuhan Shani.
"Ran,"
Vito yang tadi hanya duduk diam berjalan menghampiri Aran, "Ikut gue sebentar."
Keduanya berjalan menuju ke kantin rumah sakit. Aran yang memang hanya mengikuti Vito memandang heran pada laki-laki itu.