Percakapan Menyenangkan Terakhir

334 47 8
                                    

Setelah kelulusan, 2013

Saya pernah meragukan hidup saya jika dalam beberapa tahun tidak menghadapi sesuatu yang bisa dibilang cobaan atau masalah.

Tetapi sejak bagaimana Surya berjanji menjaga Pijar, saya cukup tenang dan kehidupan kami semakin membaik.

Bengkel saya juga mengalami kemajuan yang pesat, intinya hari-hari itu terasa ringan kami jalani. Meski ringan yang saya maksud tetap menghemat air, listrik akan dipadamkan jam 9 malam, dan juga perbaikan genteng bocor apabila hujan deras.

Intinya hal-hal seperti itu sudah lebih menyenangkan, sudah tidak terasa sebagai beban. Kami mensyukuri nikmat itu. Tahun-tahun yang kelam mungkin sudah bosan jika harus selalu menaungi hidup saya dan Pijar.

Ditahun terakhir Pijar bersekolah, saya sangat bangga padanya. Dia bisa lulus SMA dengan nilai yang memuaskan. Saya sangat ingat di hari kelulusannya saat itu, saya dan Surya datang untuk menikmati acara kelulusan yang diadakan sekolah Pijar. Dari awal saya begitu menikmati acara, apalagi ketika mendengar nama Pijar dipanggil untuk ke panggung. Saya cukup tersentak, apa yang akan anak itu lakukan?

Bisik-bisik tak nyaman saya rasakan mulai terdengar dari sekeliling saya.

Sudah menjadi hal yang tersebar jika gadis keriting itu tidak dpaat berbicara, mungkin itulah yang membuat mereka saling menanyakan apa yang akan Pijar lakukan. Sayapun sebenarnya juga penasaran, tapi saya tidak hanya bisa menunggu.

Alunan musik itu terdengar bersamaan dengan jemari lentik Pijar yang menekan piano. Seketika sekujur tubuh saya merinding, tiba-tiba suara dari salah satu teman yang saya tidak tahu namanya bernyanyi dengan iringan yang Pijar mainkan, saya tidak pernah tahu bahwa Pijar bisa memainkan piano. Hari itu saya benar-benar terpesona dengan kemampuan Pijar.

Engkaulah nafasku, yang menjaga di dalam hidupku..

Kau ajakan aku menjadi yang yang terbaik,

Kau tak pernah Lelah, sebagai penopang dalam hidupku..

Kau berikan aku semua yang terindah
Aku hanya memanggilmu. Ayah disaatku kehilangan arah.

Aku hanya mengingatmu, Ayah jika aku t'lah jauh darimu..

Binar mata gadis itu menatap saya, saya tidak tahu lagu siapa itu. Saya juga tidak tahu siapa yang sedang menyanyikan diatas panggung. Tetapi, binar mata Pijar pada saya saat itu ingin saya rekam baik-baik, ingin saya abadikan dalam ingatan. Pijar tersenyum dengan air mata yang mengalir. Sesekali dia tertawa kecil melihat saya.

Saya benar-benar tidak bisa melihat Pijar bersedih. Tapi tangisan di atas pangung itu membuat saya tersentuh. Saya tidak tahu apakah hubungan antara saya dan Pijar layak dikatakan sebagai ayah dan anak. Saya bukan ayah kandungnya, saya hanya orang yang kebetulan melihat dia tumbuh besar, dan Pijar bukanlah anak saya. Dia hanya kebetulan seorang anak yang menjadi alasan saya gagal bunuh diri.

Tetapi hari itu, hari dimana kami menyatukan jari kelingkin di depan panti asuhan, saya sudah merasa bahwa Pijar adalah bagian hidup saya, dia memiliki hak akan separuh nafas saya. Dan hari ini saya semakin yakin, bahwa hubungan saya dan Pijar lebih kuat dari hubungan seorang ayah dan anak perempuannya di luar sana.

Dengan iringan tepuk tangan, saya memejamkan mata saya. Saya berdoa pada Tuhan. Jika ada kesusahan hidup yang ingin Dia berikan pada Pijar, maka berikan saja pada saya. Jadikan dia manusia yang selalu berpijar dan tumbuh dari takdir-takdir baik-Mu.

Jaga Pijar dimasa sekarang dan masa yang akan datang. Sampai masa-masa dimana saya benar-benar tidak bisa lagi menatap bocah keriting itu.

Tuhan harus menepati doa-doa saya.

Sebuah Dandelion dari 056Where stories live. Discover now