part 23

112K 7.6K 95
                                    

Hari ini, Damian Rahardja berkunjung ke perusahaan. Menempuh perjalanan cukup jauh karena mansion nya yang terletak di tepi kota dengan pemandangan asri dan bangunan yang megah.

Ia merindukan cucu satu-satunya, Alfian. Damian sangat menyayangi Alfian meski tidak pernah ditunjukkan secara langsung. Apalagi, sejak orang tuanya meninggal sedari Alfian berumur 7 tahun. Membuat Damianlah yang merawat Alfian, Ia bersyukur setelah kepergian anaknya masih ada Alfian sehingga beban dan kesedihan itu dapat berkurang.

Mengingat bocah itu, Damian tersenyum. Ingatannya kembali ke masa lalu, dimana Alfian kecil yang bertubuh gempal dengan pipinya yang tembam dan memerah. Alfian sangat manja dan penurut dengan ibunya. Sampai hari dimana kedua orangtuanya pergi untuk selamanya, Anak itu tidak seceria dulu lagi. Lebih banyak bermain sendiri di kamar. Damian menghembuskan nafas lelah, dulu Ia jarang menemani Alfian bermain karena kesibukannya mengurus perusahaan seorang diri.

================================

Sesampainya di Rahardja's Corp, Damian melangkah menuju lift khusus petinggi. Ia disambut hormat oleh para karyawan yang nampak terkejut akan kedatangannya. Setelah berbasa-basi singkat, Ia segera menaki lift yang membawanya ke ruangan Alfian.

Tanpa mengetuk pintu, Damian menerobos masuk ke ruangan Alfian. Melewati Raka yang langsung bangun dari tempat duduknya dan menunduk hormat.

Ia bisa melihat Alfian sedang fokus dengan berkas di mejanya dan hanya melirik singkat ke arah Damian.

"Malam ini Aku menginap di mansion mu"

"Sepengetahuan ku tidak ada berita kebakaran semalam"Ledek Alfian tanpa memandang Damian

"Kau menyumpahiku mati?"

"Aku hanya bertanya. Sudah tua jangan mudah terbawa emosi"

Damian mendecih sinis "Tidak mungkin tidak emosi jika memiliki cucu dengan kelakuan seperti mu"

"Besok Aku akan pergi camping dengan Sara-"Belum selesai Damian berbicara, Alfian langsung mengangkat kepalanya dan menatap Damian.

Damian terbahak melihat tingkah Alfian. Sementara Alfian merutuk dalam hati dan mengembalikan wajah datarnya.

"Kenapa? Kau mau ikut? Tentu saja tidak boleh"

"Jangan asal bicara. Aku hanya mengkhawatirkan mu. Apa Kau kuat dengan angin malam? Saranku, sediakan ambulance untuk jaga-jaga"
Jawab Alfian sambil kembali menekuri pekerjaannya.

Bangkit berdiri, Damian berjalan mendekati kaca dibelakang kursi Alfian. Memandang kota lewat Kaca yang melapisi ruangan itu.

Mengehembuskan napasnya lelah
"Ku dengar, Kau sudah bercerai dengan Sara?"

Alfian berdeham dan mengangguk kecil.

"Mengapa kemarin malam, Kau berada di Apartment Sara?"

Mata Alfian terbelalak "Kakek mengawasi ku?"

"Mengapa? Tidak boleh?"

"Tenang, bukan Raka yang menjadi mata-mata ku. Bocah satu itu sangat setia padamu"Lanjut Damian yang dibalas dengan dengusan kesal Alfian.

"Hanya satu pesanku, Jangan mempermainkan Sara. Ia wanita yang baik dan tulus, Jika Kau tidak mau bersamanya lagi biarkan Ia mendapat laki-laki yang jauh lebih baik"

Setelah mengatakan itu, Damian berjalan menuju pintu. Ia akan pulang ke mansion Alfian. Meninggalkan Alfian yang termenung di mejanya.

Tak lama kemudian, handphone miliknya berdering menunjukan nama Tasya. Mengangkat panggilan itu, berbicara singkat dan menyetujui ajakan Tasya untuk kumpul di salah satu club elit.

Setelah panggilan berakhir, Alfian menelpon seseorang "Urus semuanya, jangan sampai diketahui orang lain"
Memutuskan panggilan itu, Alfian tersenyum mendengar rencananya yang berjalan mulus.


Next part 2000 vote
* biar lamaan ngasonya 🙈🙈

sara (END)Where stories live. Discover now