part 43

81.8K 6K 103
                                    

Sepagi ini, Raka sudah tiba di loby apartemen Sara dengan sebuah tas kerja dan seorang asisten rumah tangga dari mansion Alfian yang membawa tas berisi aneka makanan bergizi untuk calon anak Tuannya dalam kandungan Nyonya Sara.

Sebenarnya sejak semalam Ia juga kehilangan waktu istirahatnya dimulai dari mengatur ulang jadwal Alfian, mempelajari dokumen kerja sama serta mengkordinasikan rapat bulanan dengan para staf.

Pekerjaannya yang sudah padat harus ditambah dengan menghandle pekerjaan Tuannya serta memastikan sarapan yang lebih dari kata layak tiba di apartemen Sara.

Raka sudah menunggu di loby selama 30 menit. Tetapi Bosnya itu belum juga menerima panggilan telponnya. Kemarin Alfian mengambil kartu akses apartemen Sara dan tidak memperbolehkannya untuk naik tanpa izin darinya.

...

Tidur pulas Sara harus berhenti karena bunyi dan getaran handphone dinakas. Ia tidak bisa menggerakan badannya karena Alfian menempel seperti lintah dibalik punggungnya dan kaki pria itu membelit kakinya. Sepertinya memang beban Sara harus bertambah, tidak hanya beban anaknya yang berada diperut.

"Hei.. Cepat bangun"

"Alfian"

Pria itu hanya menggeliatkan wajahnya dipunggung Sara.

"Alfian"Panggil Sara lebih keras yang direspon dengan lepasnya belitan kakinya hingga Sara dapat duduk sebelum berdiri.

"Matikan saja"Jawab pria itu serak sembari membelakangi Sara dan melanjutkan tidurnya

Sesampainya dimeja nakas, deringan telpon itu sudah mati dan terdapat 22 notifikasi panggilan tidak terjawab dari Raka.

Baru Ia akan membangunkan Alfian. Deringan itu kembali berbunyi dan Sara mengangkatnya.

Asisten Alfian mengatakan sudah berada diloby untuk mengantarkan sarapan. Yang membuat Sara turun kebawah untuk menjemputnya.

...

Sara mempersilahkan Raka beserta seorang wanita yang membawa tas cukup besar. Asisten dari mansion Alfian permisi ke meja makan untuk meletakan bawaannya. Sedangkan Raka menghampiri Sara untuk menanyakan Bosnya.

"Maaf Nyonya. Tuan Alfian masih dikamar?"

"Ya, Tuanmu itu masih tidur. Sedangkan Kau sudah kerepotan. Memang pria itu sangat suka menyusahkan orang"

Raka hanya tersenyum canggung mendengar kalimat sinis Sara.

"Boleh saya meminta tolong untuk membangunkan Tuan?"

"Silahkan, masuk saja. Kalau perlu seret Tuanmu itu keluar dari sini"

"Maksud saya. Kalau boleh, Apa Nyonya bisa membangunkan Tuan?

Sara mengernyitkan dahinya sebelum membalas "Masuk saja, tidak perlu sungkan"

"Bukan begitu, Nyonya. Tuan sudah mengatakan tidak akan mengurus pekerjaan selama 2 hari kedepan"

Raka berdehem singkat sebelum melanjutkan "Dan biasanya Tuan tidak suka jika Saya menganggu tuan untuk masalah pekerjaan seperti-"

"Baiklah, Aku bangunkan sebentar"Potong Sara mengerti, pastinya ada dokumen mendesak untuk ditandatangani si Tuan Rahardja itu.

...

"Alfian, Raka menunggu diluar"

"Alfiannn" Teriak Sara kesal ditelinga pria itu yang sedari tadi sama sekali tidak bergerak.

"Cepat bangun, ada yang perlu Kau kerjakan"

Sara menepis tangan pria itu yang sekarang bertengger dipinggulnya.

"Cepatlah, Aku lelah berdiri"

Setelah mengatakan itu, Alfian langsung membuka matanya. Ia duduk dan berusaha membawa Sara duduk dipinggir kasur.

"Cepat keluar sana"

"Kamu tidak apa-apa? Ada yang sakit?"

"Tidak, Mengapa aneh sekali?"

Alfian menghembuskan napas pelan sebelum mengelus perut Sara dan merangkul wanita itu untuk keluar.

"Ayo sarapan"

Dimeja makan sudah tertata makanan yang masih mengeluarkan uap panasnya.

Alfian menuntun Sara hingga duduk walau wanita itu berulang kali mencoba untuk menyingkirkan lengan Alfian.

Setelah Sara duduk, Alfian juga ikut duduk disebelahnya dan asisten rumah tangga Alfian dengan sigap mengambilkan piring untuk Nyonya dan Tuannya.

"Mana yang perlu Aku setujui?"

Raka tersentak dengan ucapan Alfian. Ia kira Tuannya itu akan memarahi dirinya. Takut mood Alfian berubah, Raka segera menyodorkan sebuah map dan langsung ditandatangani oleh Alfian.

...

Raka beserta asisten tersebut telah pergi sejak tadi. Alfian menyuruh Sara untuk bersiap pergi yang tadinya tidak dituruti oleh Sara. Alfian yang keras kepala langsung mengangkat Sara menuju kamar mandi.

Setelah siap, mereka turun ke loby dengan pria itu yang tidak melepaskan rakulan tangannya pada pinggang Sara.

Kali ini Alfian menggunakan supir yang sejak kemarin ditugaskan untuk mengantarkan Sara.

Entah kemana tujuan mereka kali ini. Sara malas untuk menanyakannya, tetapi yang pasti mereka tidak menuju rumah sakit karena sudah lebih dari 1 jam perjalanan sekarang Ia hanya melihat pepohonan dan bukit-bukit buatan.

"Kita akan mengunjungi sebuah tempat dulu sebelum melihat dia nanti"Ucap Alfian yang sedari tadi melihat wajah kesal wanita disampingnya sambil mengelus perut Sara.

Mereka memasuki sebuah komplek pemakaman dan mobil berhenti didepan gerbang itu. Sara hanya mengikuti langkah Alfian yang menggenggam tangannya.

Pemakaman ini sangat asri dan sejuk. Terdapat 2 orang penjaga yang membukakan gerbang itu.

Hingga Alfian berhenti disebuah makam dengan nisan bertuliskan 2 nama.

Pria itu membantu Sara untuk duduk. Sementara Sara sedari tadi menatap kedua nama itu dan menyadari salah satu nama yang tertulis disitu.

"Kalian memiliki nama yang sama"Ucap Alfian tiba-tiba setelah cukup lama keheningan melanda.

Sara menyadari kesenduan dalam suara Alfian.

"Ia cinta pertamaku"Tambah Alfian

"Dia cantik"Kata Sara

"Kakek pernah menunjukan fotonya kepadaku"Jelas Sara melihat kernyitan didahi Alfian.

"Jesselyn?" Tanya Sara yang penasaran melihat nama kedua di nisan itu.

"Jesselyn L Rahardja"Gumam Alfian

"Ia putriku, yang tubuhnya sudah dingin ketika Aku memeluknya untuk yang pertama kali"

Sara tidak bisa berkata-kata. Ia juga bingung untuk merespon seperti apa. Hingga yang Ia lakukan hanya mengelus pundak pria itu sambil menatap dua nama yang tertera disitu.

Rest in Peace
Sara Lubis
dan
Jesselyn L Rahardja

sara (END)Where stories live. Discover now