part 41

92.6K 5.6K 72
                                    

Begitu tiba di apartemen milik Sara, Nesya mematung melihat mantan suami sahabatnya itu ada disini. Namun, pria itu hanya menatapnya sekilas dan keluar melewati dirinya begitu saja.

Sedangkan, Sara. Temannya itu sudah duduk dimeja makan dengan tenang dan mulai menyantap makanannya seperti tidak ada yang terjadi.

Setelah terdengar bunyi pintu tertutup, Nesya langsung melangkah dengan cepat menghampiri Sara.

"Kau baik-baik saja? Oh, tidak tidak. Harusnya Aku tidak perlu menanyakan itu"

"Jadi bagaimana selanjutnya?"

Sara hanya menggedikan bahunya dan mengulurkan sendok yang berisi potongan daging itu kearah Nesya.

"Kau mau?"

Nesya hampir menjatuhkan rahangnya melihat respon Sara. Respon sahabatnya ini sangat diluar dugaan. Ia yang ketahuan hamil oleh mantan suaminya hanya bersikap biasa saja. Sedangkan dirinya seperti hampir kehilangan napas saat melihat Alfian ditempat ini.

Kemudian Nesya duduk dikursi makan disebelah Sara dan menepuk dadanya untuk meredakan detakan jantung miliknya.

"Kau tau? Ini Aku beli direstoran iga bakar yang ramai itu. Antriannya panjang sekali, tapi Aku didahulukan karena membawa dia bersamaku"Jelas Sara sambil mengelus perutnya dengan mata berbinar.

"Kau tau Sara? Ini bukan waktu yang tepat untuk membahas Iga bakar mu itu"

....

Pagi ini Sara terbangun lebih dulu dibanding Nesya yang masih pulas disampingnya. Ia mengernyitkan dahinya mendengar suara berisik seperti suara mangkuk dan piring diluar kamar.

Ia mengikat asal rambutnya dan berjalan keluar. Menghembuskan napas lelah melihat siapa yang merusuh ditempatnya pagi ini.

Raka sedang menata makanan yang dibawanya di meja makan. Sedangkan Alfian terlihat sedang mengerjakan sesuatu disofa dengan posisi membelakangi Sara.

Menyadari kedatangan mantan istri Tuannya itu. Raka menyapa Sara "Selamat pagi Nyonya Sara"

"Selamat pagi, Raka. Tuan mu sangat tidak sopan menyuruhmu bekerja sebelum jam kerja dimulai"

Alfian yang mendengar percakapan dibelakangnya. Meletakan pekerjaannya dimeja dan membalikan badan.

"Raka, sebaiknya Kau kembali ke kantor sekarang. Aku akan menyusul sendiri nanti"

Melihat penekanan kata-kata sekarang oleh bosnya. Raka mengerti dan segera meletakan mangkuk dimeja. Ia pamit pada Sara tanpa melihat Nyonya nya itu dan segera keluar.

Alfian menghampiri Sara yang tengah melenggang santai ke arah kulkas. Mengapa wanita ini begitu sembarangan dalam berpakaian.

Apakah Ia tidak berpikir kalau baju tidur sialan itu yang berwarna merah muda terlihat sangat menggairahkan? "Sial" Umpat Alfian pelan.

"Apalagi kali ini?" Tanya Sara sebal begitu Alfian sudah berada didepannya.

"Jangan pernah menggunakan pakaian. Tidak, itu tidak dapat disebut pakaian"

"Jangan berani menggunakan dalaman seperti ini jika keluar dari kamar" Sambung Alfian sambil menekankan setiap katanya

Sara hanya memutar matanya malas. Ia mengambil selembar roti dan baru saja akan menggigitnya, pria itu sudah menarik Sara untuk duduk.

"Makanlah"

Berpura-pura malas menyantap makanan didepannya. Sara mengarahkan sendok ke mangkuk sup kepiting yang terlihat sangat menggoda itu. Sebenarnya, Ia sudah sangat tergoda melihat semua makanan dimeja makannya. Hanya saja enggan untuk menunjukan dihadapan pria ini.

Alfian ikut duduk dan mulai sarapan. Ia meminum teh yang tadi sudah Raka buat untuk menenangkan emosinya.

Hanya ada suara dentingan sendok selama hampir 40 menit berlalu. Kemudian Sara meletakan sendok miliknya dan bersandar pada kursi makan. Ia mengelus perutnya sambil menguap, kekenyangan membuatnya tak mampu berdiri dan mengantuk.

Alfian yang melihat hal itu, tersenyum tipis. Ia bangun dan berdiri disebelah kursi Sara. Berjongkok kemudian mengelus perut dimana anaknya sedang bertumbuh dari luar pakaian tidur yang mencetak jelas bentuk perut Sara.

Sara sedikit terharu dengan sikap pria itu. Ia harap setidaknya mereka dapat berdamai dan menjadi orang tua yang baik untuk bayinya.

Lama pria itu mengelus perutnya, hingga suara pintu kamar dibuka mengalihkan perhatian Sara.

Nesya melebarkan matanya melihat Alfian sedang mengelus perut temannya itu.

Alfian berdeham singkat kemudian bangkit berdiri.

"Mulai saat ini, Aku akan tinggal disini"

"Dan temanmu akan tinggal diunit depan agar bisa menjagamu kalau Aku bekerja"Sambung Alfian sebelum Sara membuka mulutnya untuk melayangkan protes.

"Mengapa tidak Kau saja yang tinggal di unit depan?" Protes Nesya

Nesya memang suka menggoda Sara dengan harta kekayaan mantan suaminya itu. Tetapi Ia adalah orang yang paling bersyukur ketika mereka benar-benar berpisah. Menurutnya, perselingkuhan tidak dapat dimaafkan walaupun pria itu memiliki pulau sekalipun. Ia berusaha untuk tidak takut akan sorot tajam pria itu kepadanya.

"Terserah Kau saja. Asal Kau tidak masalah untuk melihat hal-hal yang tidak senonoh disini"

Kali ini, Sara yang melebarkan matanya. Apa maksud pria ini? Ia membiarkan pria itu untuk mengelus perutnya karena ada bayi pria itu didalamnya. Bukan untuk kembali berhubungan dengan Alfian.

"Aku tetap tinggal disini dengan Nesya"Bentak Sara sambil menatap Alfian. Walaupun bentakan atau makian apapun yang dilayangkan Sara itu percuma saja. Tidak mungkin didengarkan apalagi dituruti oleh Tuan Muda Rahardja itu.

Tbc

Sara's sleepwear

Ps : Masih tersedia 3 hidden chapter di karyakarsa

sara (END)Where stories live. Discover now