part 29

94.6K 7.1K 87
                                    

Di kediaman Rylance, Sara diperlakukan dengan sangat baik. Kehangatan keluarga Rylance sangatlah terasa sempurna bagi Sara yang tidak pernah merasakannya.

Sara sedang menimang Louis, keponakan Noah yang baru berusia 8 bulan. Bayi itu terlihat tampan dan menggemaskan dengan pipi kemerahannya. Noah mengusap pipi Louis yang berada di gendongan Sara.

Hal ini memunculkan tatapan menggoda ke arah mereka
"Kalian terlihat sangat cocok. Noah, cepat lamar Sara. Jangan sampai keduluan yang lain"

Mendengar celetukan Josh sepupunya, Noah menatap Sara penuh arti sambil memasang senyum lembutnya.

Sara menyadari maksud Noah, Ia merasa sangat berasalah kepada keluarga Rylance. Terutama Noah. Melihat kehangatan keluarga ini, membuat Sara terbuai sehingga Ia lupa akan batasan untuk tidak terlalu jauh masuk ke keluarga ini.

===============================

Setelah menikmati makan siang, Sara pamit untuk pulang. Dengan alasan bahwa Ia harus mengunjungi lokasi proyek. Setidaknya Sara tidak sepenuhnya berbohong, walau alasan utamanya adalah pesan yang Alfian kirimkan 30 menit lalu. Pria itu mengancam akan segera menyusul jika Sara belum kembali pukul 1.

Noah mengantarkan Sara kembali ke apartmen, ditemani oleh Ibu Noah yang menemani hingga ke parkiran mobil.

"Jika menikah nanti, lebih baik kamu keluar dari pekerjaan yang sekarang. Bukan bermaksud melarang, tetapi agar kamu memiliki waktu dengan keluarga nantinya"Ucap Ibu Noah sambil menepuk ringan lengan Sara

Sara hanya bisa tersenyum canggung, bingung mau menjawab apa. Noah yang melihat kecanggungan itu, hanya menghela napas dan membukakan Sara pintu.

===============================

Sesampainya di apartment, Sara langsung melihat Alfian telah menyelesaikan makan siangnya, yang diantarkan oleh Raka. Di ruang tamu juga sudah terdapat koper milik Sara.

"Kita pergi sekarang"Titah Alfian

"Kau yang menyiapkan koper milik ku?"

"Menurutmu? Aku akan terlambat jika harus menunggumu menyiapkannya lagi"

Sara berjalan ke arah koper miliknya dan berniat untuk mengecek kembali, sebelum Alfian menahan tangannya.

"Aku sudah terlalu baik, membiarkan kamu telat kembali 20 menit"

Alfian menarik tangan Sara dan juga kopernya. Supir pribadi Alfian sudah menunggu di lobby dan mereka langsung menuju bandara.

Sesampainya di bandara mereka langsung masuk pesawat dan menempati kelas utama. Maskapai ini juga merupakan anak perusahaan Rahardja. Sehingga Sara tidak heran melihat beberapa staff petinggi maskapai yang menyambut mereka. Dari gosip yang beredar juga Alfian tidak pernah menggunakan private jet sendiri.

"Tentu saja, untuk apa Ia menggunakan private jet, jika bisa pergi menggunakan maskapai miliknya sekaligus mendapat keuntungan dari penumpang lain" Gerutu Sara

===============================

Mereka tiba di hotel setelah 30 menit perjalanan dari bandara. Seolah tau kalau Alfian pastinya sudah mengatur semuanya. Sara hanya pasrah masuk ke kamar hotel yang diikuti Alfian.

Tentunya Alfian hanya memesan 1 buah kamar tipe luxury dengan view yang indah. Sara sudah terlalu lelah berdebat dengan pria itu. Ia hanya ingin mandi dan segera tidur.

Sara duduk di sofa dan Alfian menuang wine yang telah disediakan oleh pihak hotel. Ia membuka koper berniat untuk membersihkan diri.

Namun, kenyataan setelah koper itu terbuka hanyalah berisi pakaian-pakaian yang tidak layak digunakan didepan laki-laki ini.

Alfian terkekeh sambil menyesap wine memandangi Sara yang sebentar lagi akan meledak.

Buk

Sara melemparkan barang dikoper itu tepat di wajah Alfian. Bagaimana tidak berang, isi koper itu hanyalah bra, panty, tanktop dan celana pendek yang biasa Sara gunakan di apartmentnya. Tidak ketinggalan beberapa lingerie dan garter belt yang merupakan pemberian Nesya. Entah bagaimana laki-laki itu menemukannya di dalam lemari Sara.

"Apa maksud mu, brengsek?"

Alfian tertawa sembari memungut lingerie itu. Melebarkannya dan menciumnya dengan kerlingan usil kepada Sara.

"Aku suka model ini. Mengapa tidak pernah bilang jika Kamu suka mengoleksi baju dan aksesoris seperti ini?"Jawab Alfian yang sekarang memungut garter belt itu.

Sara berjalan mengambil koper milik Alfian, Ia akan menggunakan pakaian milik pria itu. Kepalanya akan pecah jika terus meladeni Alfian.

Setelah Sara tidak terlihat lagi, Alfian beranjak ke balkon kamar hotel tersebut. Menyalakan rokok dan menghisapnya. Ia merogoh saku celana, memandangi pulpen itu yang berukirkan nama miliknya. Menekan tombol kecil yang terletak di badan pulpen sehingga mengeluarkan suara yang selama ini dirindukannya.

"Selamat ulang tahun, kesayangan Sara"

sara (END)Where stories live. Discover now