20

198 28 10
                                    

Tidak ada yang salah, tidak ada yang keliru. Semuanya hanya butuh waktu.

🍫🍫🍫

Seungyoun perlahan memapah Seungwoo masuk ke dalam apartemennya. Seungwoo masih terlihat lemah, membuat Seungyoun akhirnya membawanya ke kamar dan membaringkannya.

"Hyung, maaf, ya. Gara-gara aku di sini hyung jadi kayak gini sekarang," Seungyoun menunduk. Tangannya bergerak gelisah.

Ingat, kan, bagaimana niat awal Seungyoun ketika mereka pulang ke rumah? Iya, memarahi Seungwoo. Namun, kini, alih-alih memarahi Seungwoo, Seungyoun justru meminta maaf pada Seungwoo dengan wajah yang memerah hampir menangis. Menggemaskan sekali.

"Kamu udah minta maaf sama hyung berapa kali, sih, Youn? Nggak papa. Lagian bukan apa-apa kok ini. Hyung  dulu waktu SMA, pernah kok baku hantam sampai jadi lebih bonyok daripada ini. Hehe," Seungwoo terkekeh pelan. Mengingat masa-masa kelam namun menyenangkan ketika ia menduduki bangku SMA.

Seungyoun mengangkat kepalanya cepat lalu membolakan matanya, "Hah?! Bertengkar sama siapa, Hyung?"

"Biasa, musuh bebuyutan sekolah Hyung dulu. Hyung sampai masuk rumah sakit, sekitar tiga hari kalau nggak salah inget. Muka hyung bener-bener bonyok," Seungwoo terkekeh kecil.

"Hyung nakal, ya, dulu ternyata," canda Seungyoun.

"Ih, bukan nakal, Youn. Membela nama sekolah itu," elak Seungwoo.

Seungyoun terkekeh pelan lalu menepuk pelan lengan Seungwoo, "Hah mana ada. Hyung aneh!"

***

Jinhyuk terlihat masih pulas terlelap di atas sofa empuknya. Oh iya, satu hal yang perlu kalian tahu, Jinhyuk belum kembali ke negara tempat kerjanya. Sengaja. Ia akan tahan di sini untuk menyelesaikan masalahnya dengan sang adik secara tuntas.

Trriiinggg...

Jinhyuk tergugah dari pulasnya. Mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu dengan cepat mengambil ponsel yang berada di atas meja di hadapannya.

Eomma.

Antara iya dan tidak, Jinhyuk menimang-nimang. Jika ia menjawabnya, pasti akan terdengar cerocos eomma-nya. Bertanya berada di mana ia sekarang. Ya, semenjak kejadian perkelahian di apartemen Seungwoo, Jinhyuk memang tidak kembali ke rumah orang tuanya. Ia menginap di sebuah hotel yang masih terhitung dekat dengan apartemen Seungwoo.

Namun jika tidak diangkat, bukankah itu berdosa? 'Astaga, masa bodolah dengan dosa. Aku masih pusing!' batinnya.

Apa yang membuat Seungyoun, adiknya, sebegitu sayangnya kepada Seungwoo yang dikenalnya baru saja?

Apa yang membuat Seungyoun, adiknya, lebih memilih pria putih itu ketimbang dirinya?

Apa yang membuat Seungyoun, adiknya, bahkan berani menghardiknya untuk kali pertama?

Empat hari, tiga malam, Jinhyuk memutar-mutarkan pertanyaan itu di benaknya. Semuanya begitu terasa aneh dan janggal baginya.

"It is impossible. Nggak mungkin Seungyoun lebih milih orang yang enggak dia kenal ketimbang aku. Pasti ada yang salah."

Tapi apa yang salah?

Jinhyuk buntu. Benar-benar buntu. Ia ingin sekali bertanya pada orang tuanya. Hanya sebatas perihal mengapa Seungyoun bisa terlihat begitu membutuhkan pria tinggi bernama Seungwoo itu. Namun, semua selalu berujung pada Jinhyuk akan membatalkan niatnya untuk pulang ke rumah dan bertanya pada orang tuanya. Jinhyuk yakin, 99 persen, orang tuanya tidak akan pernah mau lebih jelas menerangkan apa yang sejatinya terjadi. Pulang ke rumah dan bertanya kepada orang tuanya hanya akan menjadi sebuah kesia-siaan. Tidak akan berhasil.

Tiba-tiba ingatan Jinhyuk melesat ke beberapa tahun yang lalu. Sebelum ia berangkat ke Jepang, negara tempatnya bekerja. Ia ingat betul, Seungyoun punya sahabat baik yang sering sekali datang ke rumah Seungyoun --sekaligus rumah Jinhyuk tentunya--

Lee Sejin.

Ia ingat dengan pasti pria mungil berambut oranye itu. Sejin pasti tahu betul bagaimana dan apa yang terjadi pada Seungyoun yang notabene sahabatnya sendiri.

Sayangnya, Jinhyuk tidak mengenal Sejin sama sekali. Punya kontaknya pun tidak. Ya buat apa? Toh, mereka tidak pernah kenal.

Kadang menyimpan nomor orang terdekat dari keluargamu juga perlu, Cho Jinhyuk.

Sulit sekali. Jinhyuk pusing. Semuanya terasa seperti jalan buntu. Dia tidak mungkin bertanya kepada orang tuanya, tidak mungkin bertanya kepada Sejin yang bahkan ia tak punya kontaknya, makin tidak mungkin lagi dia mendatangi apartemen Seungwoo untuk kedua kali. Bisa habis dia oleh tetangga berandal Seungwoo yang bernama Yuri itu. Pukulan Yuri sekali saat kemarin mengusirnya saja, masih cukup membuat bibirnya ngilu sampai sekarang. Lagi pula ia tidak yakin Seungyoun akan mau menemuinya lagi.

Hingga kupu-kupu ingatan Jinhyuk hinggap pada sesuatu.

Lee Sejin, bukanlah hanya sahabat baik Seungyoun.

Jinhyuk ingat. Ia ingat dengan pasti.

Sejin juga adalah teman baik dari seseorang.

Kim Wooseok, mantannya.

To Be Continue

Haiii?

Hihi, i'm back!

Karena masih ada yang mau lanjut bacaaa, ofc aku lanjutin story inii hehe❤

Tapi aku minta maaf kalo ada beberapa kata yang mungkin kurang pas, aku uda lama ga nulis😭 mungkin aku butuh penyesuaian sedikit lagi buat bisa nulis dengan format yang sama kaya tulisanku dulu:')))

Terima kasih semua yang masih mau bacaa!❤❤ Kita tetap hidupkan kapal Seungzz bersama sama!

ANYWAY KALIAN JANGAN HUJAT AKU... Aku weishin hardshipper kok... Ini bagian dari plot, jadi nikmatin dulu aja yaa hehe

Semoga suka yaaa
See you💜

Always In My SideWhere stories live. Discover now