23

194 21 4
                                    

Ketika harus memilih, haruskah yang pertama, atau yang utama?

🍫🍫🍫

Seungwoo menggaruk kepalanya frustasi. Entah apa yang pernah ia perbuat di kehidupan terdahulu sehingga kini ia harus disiksa dengan pilihan yang tidak ada mudah-mudahnya.

Byungchan yang meninggalkannya dahulu, tiba-tiba datang kembali dengan membawa alasan yang sebenarnya. Yang mana alasan itu sebetulnya bisa diterima oleh Seungwoo bahkan sejak dahulu.

Yang menjadi masalah, Byungchan datang kembali setelah ada seseorang yang menjadi bagian baru dalam hidup Seungwoo. Seungyoun, pria yang kini sudah tertidur pulas di atas ranjang kamarnya --semenjak ia berbicara dengan Byungchan--. Seungwoo sudah membawa Seungyoun dan ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, bahwa ia akan membahagiakan Seungyoun dan pantang membuat Seungyoun menangis.

Namun, entahlah setelah kedatangan Byungchan kembali...

🍫🍫🍫

Jinhyuk menatap gedung apartemen bermotif bata cokelat yang berada di hadapannya.

"Ayo masuk," Wooseok menyenggol tangan Jinhyuk, lalu berlari kecil membuka pintu utama gedung apartemen itu.

Jinhyuk tersenyum kecil. Apa pun yang Wooseok lakukan tetap saja terlihat menggemaskan di matanya.

Hingga sekarang.

Wooseok berhenti di sebuah pintu bernomor delapan belas. Ia mengetuk pintunya pelan, dan entah untuk apa sembari menempelkan telinganya ke daun pintu.

Mungkin untuk mengecek apa ada pacar Sejin di dalam, batin Jinhyuk.

HEI?! Untuk apa Wooseok menguping kalau memang ada pacar Sejin? Jinhyuk mengangkat alisnya heran, menatap Wooseok dengan air muka kebingungan.

"Nggak ada apa-apa, kok. Cuma pengen aja, hehe," balas Wooseok. Jangan lupakan tawa gelinya di akhir kalimat itu.

Belum sempat Jinhyuk mengumpatinya --dalam hati tentu saja--, pintu berwarna cokelat jati itu terbuka. Menampakkan seorang pria berukuran mungil yang masih saja berambut oranye.

"Wooseok!"

"Sejin!"

Wooseok dan Sejin berpelukan erat. Tepat di depan Jinhyuk yang linglung tak tahu harus berbuat apa.

Menyadari ada orang lain di sebelah Wooseok, Sejin melepas pelukannya.

"Jinhyuk hyung?" Sejin membungkuk kecil pada Jinhyuk. Sejin cukup tahu Jinhyuk, kakak dari Seungyoun, sahabatnya.

Ah, iya. Mungkin beberapa dari kalian mempertanyakan mengapa Wooseok tidak memanggil Jinhyuk dengan embel-embel hyung padahal faktanya Jinhyuk lebih tua dari pada Wooseok, itu semua karena terbiasa.

Dulu ketika masih bersama, Jinhyuk dan Wooseok memang sudah bersepakat bahwa mereka akan menganggap satu sama lain berumur sepantaran. Jinhyuk sangat tidak masalah jika Wooseok memanggilnya tanpa embel-embel. Pun Wooseok yang akhirnya terbiasa memanggil Jinhyuk langsung dengan namanya. Semua itu mereka lakukan semata-mata untuk membuat mereka dekat, tanpa jarak.

Rupanya Wooseok masih terbiasa sampai sekarang.

🍫🍫🍫

Sang rembulan bersusah payah merangkak naik, menembus debar hujan yang seakan memaksanya untuk terlelap diam tanpa memancarkan sinar. Awan hitam pun ikut mengungkung posisi sang rembulan kini. Semakin membuat redup sinar yang sudah semaksimal mungkin coba rembulan pancarkan.

Seungyoun menggeliat perlahan. Meregangkan badannya yang terasa pegal setelah tidur.

Gelap. Itu kata pertama yang terlintas di pikiran Seungyoun ketika bangun. Titik-titik banyu hujan yang terdengar begitu kerap menghantam tanah, cukup menjawab pertanyaan Seungyoun mengapa binar rembulan begitu redup malam itu.

Tetapi, bukannya ada lampu? Kenapa Seungwoo tidak menyalakan lampu kamar untuknya?

Apa dia pergi...?

Hati Seungyoun tiba-tiba memanas ketika mengingat alasannya tidur tadi sore. Byungchan. Mantan Seungwoo itu tiba-tiba datang dan mendeklarasikan ingin mengobrol dengan Seungwoo. Jadilah ia dan Seungwoo mengobrol di ruang tamu. Seungyoun yang berada di kamar tentu saja tidak bisa mendengar jelas apa yang mereka bicarakan, tetapi tangkapan netranya cukup meyakinkannya bahwa mereka berdua membicarakan kembali hubungan lalu mereka yang telah kandas.

Dan Seungyoun cukup tahu, dia bukanlah siapa-siapa di sini. Seungyoun hanya seorang asing yang tak sengaja si empunya kamar ini temui di tepi Sungai Han.

Mereka tak sengaja bertemu hanya karena sedang terjatuh dan terluka.
Bukan karena sengaja berbagi rasa ataupun gemercik asmara.

Kalau begitu, bukankah tugas masing-masing mereka hanyalah saling mengobati? Bukan saling mencintai.

Jika saja kau harus memilih. Antara cairan racun yang pernah menyakitimu atau cairan penawarnya yang membantu menyembuhkahmu, mana yang akan kau pilih selanjutnya?

Satu yang Seungyoun tahu, cairan penawar tidak akan ada gunanya tanpa cairan racun yang bekerja.

Seungyoun tidak ada gunanya tanpa Byungchan. Bukankah begitu?

DUAAR!!!

"Aah, Hyung!"

🍫🍫🍫

Yayy i'm backk
Ga banyak bacot yah malem ini intinya ini ngelantur bgt asli😭

But anw semoga kalian tetep dapet feelnya yaah

Semoga suka yaa
See you💜

Always In My SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang