28

85 8 0
                                    

Memilih obat penawar adalah keputusan yang jauh lebih baik. Obat penawar dapat mengobati kapan pun racun menyerang, tetapi memilih racun hanya akan perlahan membunuh diri sendiri.

🍫🍫🍫

"S-Seungwoo Hyung?"

"Seungyoun, kamu habis dari mana? Sama siapa? Ke sini sendirian? Kamu dari kemarin tinggal di mana? Bisa bicara sebentar sama Hyung?" Seungwoo menyerangnya dengan berbagai pertanyaan.

"Maaf, Hyung, aku harus cepet. Sejin udah nungguin," balas Seungyoun lalu dengan gerakan cepat berbalik arah. Menghindari pria berhati malaikat yang sebenarnya begitu disayanginya ini.

"Youn? Kita bisa bicarain apa pun itu baik-baik, kan? Like we used to be."

Derap langkah Seungyoun berhenti. Dengan tetap masih memunggungi Seungwoo, telinga Seungyoun bereaksi mendengarkan setiap ucapan Seungwoo.

"Kamu takut Byungchan? Seungyoun takut Hyung akan ninggalin Seungyoun dan pilih Byungchan? Seungyoun takut apa? Kita bisa omongin baik-baik, Youn..," ucap Seungwoo. Pada akhirnya, suaranya tercekat lalu pecah parau.

Seungwoo tak ingin kehilangan kesempatan kali ini. Seungwoo ingin berlari, meraih Seungyoun-nya dan mendekapnya erat, tak akan ia biarkan lepas. Seungwoo tak mau Seungyoun-nya hilang lagi.

Mendengar itu, bukanlah sebuah kesalahan bahwa kini hati Seungyoun remuk redam.

Seungyoun ingin berbalik arah, menatap Seungwoo, pria yang baru ia sadar begitu ia cintai, sebelum akhirnya berlari dan jatuh ringkih ke dalam dekapan hangat pria itu.

Namun, raganya menolak. Otaknya tidak bekerja sejalan dengan apa yang hatinya mau.

Benar-benar tidak sejalan hingga akhirnya ia langkahkan kakinya, berlalu cepat, semakin merentang jarak dengan Seungwoo di belakangnya.

"Youn!"

Langkah kaki Seungyoun berhenti tepat bersamaan dengan hentak kaki yang bertempat persis di hadapannya.

Sejin.

"Bisa, nggak, coba sekali aja ikutin kata hati kamu, Seungyoun? As your bestfriend, aku tahu kamu pengen banget peluk Seungwoo yang sekarang lagi berdiri nungguin di belakang kamu. I'm pretty sure about that. Bisa, nggak, turunin ego kamu dulu? Kamu nggak akan terlihat murahan cuma karena ngungkapin dan ngikutin apa yang hati kamu mau. Mungkin logika kamu masih enggan buat nerima penjelasan apa pun dari Seungwoo, tapi hati kamu? Apa hati kamu juga enggan buat dengerin penjelasan Seungwoo? Bahkan kalau itu berpeluang buat bikin kalian kembali?" cerca Sejin.

Tepat mengenai lubuk hati terdalam Seungyoun.

Setiap baris kata yang Sejin ucapkan ibarat mata pisau yang mengiris-iris relung hatinya tanpa ampun.

"Go back, Youn. Sebelum Seungwoo pergi dan kesempatan kamu hilang lagi. Kalau kamu coba bicara sama dia, aku memang nggak bisa jamin hubungan kalian bisa kembali, tapi aku bisa jamin kamu punya peluang untuk itu," ujar Sejin, tangannya menepuk pelan pundak Seungyoun. Memantapkan langkah pria itu.

Dan, berhasil.

Seungyoun berbalik arah dan berlari ke arah Seungwoo.

Seungwoo tersenyum hangat melihat Seungyoun yang berlari ke arahnya. Ia merentangkan tangannya lebar-lebar, bersiap menangkap bayi besar yang akan selalu menjadi kesayangannya.

Hap!

Satu kali lemparan tubuh yang Seungyoun lakukan dan satu kali tangkapan sempurna tangan Seungwoo berpadu indah di antara jajaran rak-rak tinggi pada supermarket itu, di tengah kemasan bahan masakan yang tadinya begitu membuat pusing pria yang lebih muda, di hadapan Sejin, si pria mungil berambut oranye yang kini tersenyum manis --menyadari bahwa sahabatnya tidak sebebal itu untuk diberi tahu.

Always In My SideKde žijí příběhy. Začni objevovat