29

92 10 0
                                    

Tidak perlu menyesali apa yang sudah terjadi, tetapi berusahalah mencetak akhir kisah yang indah bagi setiap relung hati.

🍫🍫🍫

Wooseok tergopoh-gopoh keluar dari mobilnya. Tangannya dengan sigap meraih kantong plastik berisi ricebowl dari dalam bagasinya. Lalu berlari kecil menuju pintu rumah bercat cokelat jati.

Tok, tok, tok!

Sedikit tak sabaran, Wooseok terus menolehkan kepalanya dan berusaha menembuskan penglihatannya dari jendela. Cukup berjeda, terdengar bunyi kunci pintu.

"Wooseok? Ayo masuk," Eomma menyambut Wooseok begitu ramah.

Ya, Wooseok berada di rumah Jinhyuk, temannya-- tidak, mantannya lebih tepatnya. Kemarin, Jinhyuk membalas whatsapp-nya, mengatakan bahwa ia butuh teman. Hanya itu, tiada kata yang tersurat kembali. Hingga setelahnya Wooseok menghubunginya pun, Jinhyuk tidak mengangkatnya.

Berdasarkan sebuah jawaban bahwa Jinhyuk butuh teman itulah, di sini Wooseok berdiri. Di depan kamar Jinhyuk, yang Wooseok lihat pun begitu menguarkan aura suram. Entahlah, mungkin hanya sugestinya saja.

"Eomma tinggal, ya, Nak? Wooseok langsung masuk saja. Jinhyuk mungkin masih belum mau bicara dengan Eomma," ujar eomma. Ada rasa iba terselip di hati Wooseok. Bagaimana eomma tidak mau mengganggu Jinhyuk dan membiarkannya pulih sendiri seperti sedia kala.

Tetapi, mengingat perkataan Sejin bahwa orang tua Jinhyuk-lah yang mengusir Seungyoun, membuat Wooseok sedikit ragu. Melihat perangai eomma kala tadi, begitu lembut dan peduli pada Jinhyuk, sangat kontras dengan perlakuannya yang katanya mengusir Seungyoun. Wooseok merasa aneh. Apakah mungkin eomma pilih kasih? Atau mungkin hanya menyukai Jinhyuk karena sudah sukses bekerja di luar negeri? Sedikit tidak masuk akal, sih. Tidak mungkin eomma pilih kasih atau lebih menyayangi Jinhyuk karena ia sudah bekerja. Bahkan lihatlah eomma yang sedari dulu begitu menyayangi Wooseok sama rata dengan Jinhyuk.

Bahkan ketika hubungan Wooseok dan Jinhyuk kandas pun, eomma tetap berhubungan sangat baik dengan Wooseok. Eomma sering menghubungi Wooseok, untuk sekadar mengobrol masalah pot tanaman depan rumah yang digelindingkan kucing liar, atau masalah resep soft cookie yang selalu Wooseok tanyakan pada eomma, sang ahli kukis. Tidak mungkin eomma pilih kasih, mengingat eomma bahkan membagi adil perhatiannya pada Wooseok yang notabene hanya lawan relasi anaknya.

Yang ia tahu dari dulu, kedua orang tua Jinhyuk bahkan Jinhyuk --pada awalnya-- sangat menekan Seungyoun dalam masalah pendidikan. Tetapi Wooseok tidak berpikiran tentang apa pun kala itu karena ia pikir, itu penekana itu merupakan hal yang wajar pada orang tua mempunyai karakter tegas.

Tetapi kini, dalam benaknya, tertera jelas pikiran bahwa ada sesuatu yang sedikit salah. Apakah Wooseok melewatkan sesuatu?

Tak mau berpikir sendiri lebih lama, Wooseok segera mengetuk pintu kamar Jinhyuk. Beberapa ketukan ia lakukan, hingga terlewat di rungunya suara langkah kaki dan bukaan kunci pintu.

Pintu dibuka. Dilihatnya Jinhyuk --lelaki yang pernah dan masih sangat dicintainya-- begitu berantakan. Berbalutkan piyama abu-abu yang begitu kusut, rambut yang sungguh lebih mirip dijadikan sarang untuk burung, tak lupa bawah matanya yang legam berwarna arang. Benar-benar kacau.

Wooseok segera memasuki kamar Jinhyuk. Jinhyuk lalu menutup pintu kamarnya kembali dan juga menguncinya. Wooseok memperhatikan semua itu.

Kamar Jinhyuk tidak berubah, tetap sangat luas untuk ukuran sebuah kamar, tetap terisi oleh satu buat single bed berukuran king size, tetap terpenuhi oleh sebuah meja kerja, sebuah big wardobe untuk pakaian, sebuah meja tempatnya melakukan perawatan tubuh, dan satu lemari sepatu besar. Yang berbeda hanyalah kondisinya. Kamar ini begitu berantakan daripada kala Wooseok terakhir datang ke sini. Handuk ditinggalkan di sembarang bagian lantai, sprei ranjang yang hampir terlepas, guling dan bantal yang entah bagaimana terjun bebas ke lantai, bodycare milik Jinhyuk yang tersebar jatuh di lantai, dan jangan lupakan gorden kamar yang bahkan tak dibukanya untuk sinar mentari. Pengap, kotor, dan kacau mungkin menjadi kesan pertama yang terdapati dari kamar ini.

Always In My SideWhere stories live. Discover now