3.

313 47 11
                                    

Cuaca siang hari menerpa Kota Pulau Rintis. Tetapi, awan kelabu menutupi sinar Matahari hingga hujan pun akan segera terjadi di Kota Pulau Rintis. Gelap, mendung dan kilatan petir menandakan akan terjadinya hujan lebat disertai angin yang berkekuatan besar.

Kafe Cokelat Elemental masih dipenuhi oleh beberapa pelanggan yang ingin menikmati cemilan hangat di cuaca yang sedang tidak mendukung. Beberapa Barista sedang beristirahat di lantai atas Kafe karena di lantai itu sudah tidak ada lagi pelanggan. Pelanggan di Kafe itu hanya memenuhi di lantai dasar saja serta di pelataran Pantai.

Kecuali Blaze, Ice dan Frostfire yang sedang melayani pelanggan di lantai dasar dan pelataran Kafe. Bos pemilik Kafe, Gempa manggut-manggut sambil tersenyum melihat usaha dari Barista barunya itu.

"Baru mendapatkan pekerjaan saja, para pelanggan sudah menyukai hasil usahamu. Aku salut padamu, Frostfire!", gumam Gempa melihat hasil kerja keras dari Barista barunya itu.

"Barista baru kamu itu hebat juga ya! Para pelangganmu selalu memberikan uang tips kepada dia!", kata seseorang yang bersama dengan Gempa.

Orang itu memakai pakaian yang sama dengan Gempa, namun berbeda warna. Orang yang bersama dengan Gempa itu memakai pakaian yang berwarna merah muda dan dia adalah perempuan. Berhijab merah muda dan terlihat cantik bagaikan mutiara yang hingga di dalam cangkang kerang adalah ciri khas dari perempuan itu.

"Tentu saja! Dia sudah menunjukkan espektasinya selama dia bekerja. Hmmm... Yaya?".

"Apa?".

"Dimana Suamimu?".

"Oh... Dia sedang ada pekerjaan di luar negeri. Besok malam, dia akan pulang".

"Oh... Begitu...".

"Gempa, My Honey! Your sweety has come!".

Mereka berdua melihat kedatangan seorang istri dari Gempa yang membawa banyak sekali barang belanjaan. Barang-barang itu merupakan barang-barang yang dibeli dari Mall di Kota Pulau Rintis.

"Astaga... Banyak sekali barang-barang belanjaan kamu! Kan dah aku bilang! Kita harus hemat kebutuhan! Mendapatkan uang bukan hal yang mudah, Honey!", kata Gempa geleng-geleng kepala melihat Istrinya yang boros.

"Biarin aja! Kan kamu sudah sukses! Jadi kamu gak perlu khawatir untuk mencari uang!", kata Istri dari Gempa itu.

"Ying? Kamu memang gak pernah berubah ya!", kata Yaya yang melihat kebiasaan sahabatnya itu.

"Eh! Yaya! Astaga...! Bisa-bisanya aku gak sadar kalau ada kamu disini! Aduh...", kata Ying, Istri dari Gempa yang terkenal suka menghambur-hamburkan uang demi kebutuhan hidupnya. "Oh ya? Mana Suami kamu si Taufan?"

"Taufan sedang bekerja di luar negeri. Besok malam, dia akan kembali kesini", kata Yaya.

"Wih... Enak tuh! Kamu bisa jalan-jalan ke luar negeri ama Suami kamu! Kalau Gempa sih... Yah... Gitu deh!".

"Hmmm... Mulai deh...", gumam Gempa yang mulai mengetahui maksud dari istrinya, Ying. "Tidak tidak dan tidak! Kita gak bakal ke luar negeri, Ying!".

"Ih... Kamu kok jadi pelit sih! Kan kita ke luar negeri demi mempererat ikatan keharmonisan hubungan kita!".

"Iya sih... Tapi aku tetap gak mau! Kita jalan-jalan disekitar sini aja! Gak perlu ke luar negeri! Negara kita banyak kok tempat wisata yang bisa dinikmati!".

"Ih... Kamu mah terlalu nasionalis sekali! Tidak bisakah kamu menghibur Istrimu yang sedang hamil ini?", kata Ying yang sedang meraba-raba perutnya. "Bayi kita pasti senang sekali melihat kenangan kita bersama di luar negeri!".

My Vengeance (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang