Kesedihan Lena

1.1K 144 33
                                    

***

Malam ini karena Ody tak kunjung pulang, sedangkan Heni dan Wira tengah pergi ke acara kondangan temannya, Lena akhirnya keluar rumah dengan menaiki motor untuk pergi ke minimarket. Mau naik mobil namun ia malas untuk menggunakannya, lagipula letak minimarket berada tak jauh dari komplek perumahannya, jadi lebih baik ia naik motor matic saja biar lebih cepat. Lena sudah tidak sabar ingin membeli es krim dan beberapa cemilan yang sudah habis.

"Akhir-akhir ini, kenapa perut gue sering nggak nyaman ya? Apalagi sejak gue ketemu sama om Reno. Nak... Apa kamu kangen sama papa makanya buat mama kayak gini? Masak sih? Ah nggak mungkin deh kayaknya." Keluh Lena sembari mengusap perut buncitnya. Hampir lima bulan janin itu tumbuh di perutnya tanpa sepengetahuan Moreno.
Saat bertemu dengan pria itu kemarin hati kecil Lena sempat menjerit, menjeritkan nama pria itu dengan tangisan pilu. Berat, sungguh sangat berat sekali beban yang Lena rasakan.

Ia hamil tanpa suami, kedua orangtuanya bercerai, mamanya selingkuh, keluarganya hancur, mamanya pergi dengan selingkuhannya, papanya juga pergi ke Amerika dengan segenap luka. Lena hampir putus asa, ia tak sanggup dengan segala beban yang datang secara bersamaan itu, jika tidak ada Heni, entah jadi apa hidupnya saat ini, mungkin Lena sudah bunuh diri.

Ia lelah sebenarnya, ia ingin bahagia, ia mencoba terus bangkit, pura-pura tersenyum dan tertawa, namun ia benar-benar sudah sangat lelah untuk membohongi dirinya sendiri dan orang lain. Ia lelah pura-pura bahagia padahal hatinya sedang menjerit kesakitan.

Lena aslinya adalah gadis lemah, gadis manja, gadis yang tak mampu sekuat sahabatnya Carol. Dan sekarang ia harus dipaksa menjadi wanita yang tegar, Lena benar-benar sudah sangat lelah menghadapi semua ini. Terlebih lagi sekarang ia tengah mengandung. Saat periksa ke rumah sakit, Lena selalu merasa iri dengan para ibu hamil lainnya yang selalu datang dengan ditemani oleh suami mereka, sedangkan ia malah selalu ditemani oleh Heni.

Saat melihat para suami itu begitu antusias mengusap-usap perut buncit istri mereka, Lena juga selalu ingin merasakannya, merasakan kasih sayang dari pria yang ia cintai dan mencintainya, merasakan dimanja, dikhawatirkan, diperhatikan dan disayang-sayang.

Lena iri karena mereka semua lebih beruntung dari pada dirinya, Lena memang memiliki segalanya, uang dan harta yang tak pernah ada habisnya, namun bukan itu semua yang ia inginkan, ia hanya ingin kasih sayang dan cinta, cinta yang tulus dari seseorang yang sudah membuatnya seperti ini.

"Hhh... Mau gimana lagi, harus tetep kuat ya sayang. Kuatin mama." Gumam Lena sembari menghapus lelehan airmatanya. Lena pun segera menstarter motor matic-nya, menoleh ke kanan dan ke kiri, sepertinya pak satpam sedang tidak ada di pos, sehingga Lena bisa dengan santai melenggang pergi seorang diri menuju minimarket.

***

Moreno belum kembali ke Jakarta, mungkin besok karena malam ini ia harus belanja oleh-oleh untuk anak dan cucunya, sedangkan Ifan juga tengah mengunjungi pusat oleh-oleh yang sudah ia incar sejak tadi pagi.

Saat ini Moreno tengah mengendarai mobilnya sendirian menuju hotel, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, ia sudah lelah berbelanja, dan saatnya kini ia kembali ke hotel untuk istirahat.

Akan tetapi saat ditengah perjalanan menuju hotel, mata Moreno tak sengaja menangkap sesosok wanita yang ia kenal, yah siapa lagi kalau bukan Lena. Kedua mata Moreno masih sangat sehat, penglihatannya masih sangat tajam, ia tak mungkin salah lihat, wanita yang tengah berdiri disamping motor dengan beberapa orang itu adalah Lena. Lenanya.

"Cewek bunting emang paling nikmat, udah sikat aja!"

"Diem ya manis... Sini sama Abang!"

Lena terus meronta ketika dua laki-laki itu mencoba untuk meraih tangannya, tubuhnya bergetar hebat, tangisannya pun pecah, ia benar-benar sangat takut, perutnya bahkan sampai kram namun ia abaikan.

Magdalena (Sequel of Passionate) Aktif Di Karyakarsa Donde viven las historias. Descúbrelo ahora