'Sayang'

1.5K 143 110
                                    

***

Moreno sedang menemui dokter yang menangani Lena, untung waktu belum menunjukkan pukul sembilan malam, jadi Moreno masih punya kesempatan untuk berbicara dengan dokter tersebut.

"Suaminya ibu Magdalena?" Tanya dokter tersebut pada Moreno yang tampak bingung harus menjawab apa, meski mereka belum resmi menikah, tidak mungkinkan Moreno berkata jujur pada dokter itu. Lebih baik ia mengiyakannya saja.

"Iya dokter." Jawab Moreno.

"Akhirnya, yang saya tunggu-tunggu sejak lama datang juga. Bu Magdalena selalu bilang kalau anda sedang sibuk."

"Ah itu... Iya dokter, saya baru pulang dari Amerika. Ada masalah bisnis disana." Dusta Moreno dengan terpaksa. Ia sangat bersyukur karena Lena tak mengatakan yang sebenarnya pada dokternya, entah apa jadinya jika Lena mengatakan jika ia hamil tanpa suami, mungkin Moreno sudah mendapat banyak protes dari dokter yang ada di hadapannya saat ini.

"Oh begitu. Jadi begini Pak, kondisi istri anda saat ini bisa dikatakan sangat sangat mengkhawatirkan. Selain terkena Typus, sepertinya ibu Lena juga sedang mengalami depresi dan stres berat. Dia hampir saja kehilangan nyawanya jika kemarin sampai terlambat dibawa kemari. Sebagai suami, saya mohon mulai sekarang tolong perhatikan betul-betul istri dan calon anak kalian, dukungan dan perhatian dari suami sangat berarti sekali bagi ibu Lena. Saya tidak mau hal seperti ini terulang kembali." Jelas dokter tersebut membuat Moreno benar-benar merasa sangat bersalah.
Sudah berulang kali ia selalu menyalahkan dirinya atas semua penderitaan yang menimpa Lena, entah dengan apa Moreno bisa membalas itu semua, yang jelas ia akan mengerahkan seluruh rasa cinta dan jiwa raganya untuk membuat Lena bahagia setelah ini.

"Pasti dokter, hal itu tidak akan terulang kembali. Mulai sekarang saya akan terus berada disampingnya." Ungkap Moreno dengan sungguh-sungguh.

"Baguslah kalau begitu pak. Ya sudah saya jelaskan yang lainnya ya!"

"Baik dokter." Angguk Moreno.

Dokter pun lantas menjelaskan yang lain-lain secara mendetail, tentang kesehatan fisik dan mental Lena, tentang perkembangan bayi dan penjelasan lainnya tentang kehamilan Lena. Lama mereka berbincang hingga waktu menunjukkan pukul sembilan malam, dimana dokter tersebut dijadwalkan untuk pulang.

***

Sedangkan di ruangan Lena, Heni, Ody dan Wira saat ini berada disana. Ody dan Wira tengah menonton TV, sedangkan Heni kini tengah menemani Lena yang sedang bersandar.

"Kok lama ya?" Tanya Lena entah pada siapa. Sejak tadi perasaannya benar-benar tak tenang, ia takut Moreno akan meninggalkannya lagi, sudah empat jam namun pria itu tak kunjung kembali. Katanya cuma mau menemui dokter, tapi kok lama sekali.

"Lena..." Panggil Heni, namun Lena tak kunjung merespon panggilannya. "Len... Kamu kenapa lagi?" Tanyanya sembari menyentuh tangan Lena, Lena pun langsung tersentak dan menatap wajah Heni dengan gugup.

"Aku... Aku nggak apa-apa Tante." Jawab Lena penuh dusta.

"Jangan sedih terus dong, Tante juga sedih lihatnya. Kan sekarang Moreno udah ada disini."

"Aku..."

"Makanannya juga belum disentuh sama sekali, kamu masih makan sekali doang lho Len. Perutnya masih nggak nyaman?" Heni pun mulai cemas.

"Sedikit Tante." Ucap Lena, Heni pun kembali menghela nafas berat, menghadapi Lena yang tengah hamil, memang harus membutuhkan kesabaran yang ekstra.

"Perut Lo nggak nyaman itu karena Lo nggak mau makan, udah deh jangan egois terus. Kalau gue punya bini childish kayak Lo, udah gue emhhh... Gue nggak tahan sama sikap Lo, calon ibu tapi ampun deh." Seru Ody dengan nada kesal, sedangkan Heni kini malah menatapnya dengan tajam. Kesal dengan ucapan sang putra barusan, Ody selalu saja seperti ini, tak bisa mengontrol ucapannya dan membuat kakak sepupunya sedih.

Magdalena (Sequel of Passionate) Aktif Di Karyakarsa Where stories live. Discover now