Jakarta

1K 125 13
                                    

***

Sebulan berlalu, tak terasa sudah selama itu Moreno menemani Lena di Bandung meninggalkan pekerjaannya di Jakarta. Pria itu beberapa kali harus meninggalkan rapat penting yang sebenarnya tidak boleh diwakilkan oleh siapapun, namun apa boleh buat, Lena masih belum bisa ia ajak pulang ke Jakarta karena masih trauma.

Namun kali ini, pekerjaan Moreno rupanya benar-benar sudah tak bisa ia tinggal lagi, meskipun ada Ifan yang sangat berkompeten dalam menangani seluruh pekerjaannya, namun Moreno tak bisa menyerahkan segalanya kepada Ifan begitu saja.

Pria itu jadi bingung sekarang, mau pulang tapi ia tak bisa meninggalkan Lena yang semakin bergantung padanya. Namun jika ia kembali meninggalkan meeting yang sangat penting ini, Citranya bisa saja hancur dimata para klien, setelah ini pasti tak akan ada lagi perusahaan yang mau bekerja sama dengannya jika ia tak bisa bersikap profesional dan menghargai orang lain.

Moreno sungguh bimbang, ia tengah berada di situasi yang sungguh sulit sekarang.

"Maaf ya lama nunggu." Ujar Lena pada Moreno yang tengah duduk di ruang tamu, sejak tadi Moreno sudah menunggunya, mereka berdua akan pergi ke rumah sakit untuk cek kandungan.

"Nggak apa-apa sayang." Balas Moreno dengan begitu entengnya, kalian tahu bagaimana wajah Lena saat ini, merona merah seperti kepiting rebus. Moreno pun tersenyum manis, lalu menarik tangan Lena dan menyuruhnya untuk duduk disampingnya.

"Udah makan belum?" Tanya Lena penuh perhatian.

"Makan siang belum, nanti aja kalau udah selesai dari rumah sakit kita makan diluar." Balas Moreno.

"Om agak pucet deh, pasti kecapekan selama disini. Suka telat makan juga kan? Aku udah sering bilangin tapi om kadang suka bandel gitu kalau dibilangin." Ujar Lena dengan nada sebal.

"Saya nggak apa-apa. Maaf kalau saya suka buat kamu cemas. Tapi beneran saya baik-baik aja." Moreno pun mengusap pipi Lena dengan sayang, mencoba untuk meyakinkan wanita hamil itu.

"Kalau om nggak mau jujur sama aku oke, aku nggak jadi mau nikah sama om." Lena pun memalingkan wajahnya, dan ucapan Lena barusan langsung membuat Moreno merasa terkejut.

"Jadi kamu mau menikah dengan saya? Kenapa nggak bilang dari dulu sayang?" Tanya Moreno dengan nada antusias. Selama ini Lena seolah menggantungkannya, dan Moreno masih setia menunggu jawaban dari Lena sampai saat ini.

"Om Reno sendiri kan juga diem aja, masak aku yang harus mohon-mohon sama om supaya om mau nikah sama aku? Om aku ini cewek, aku juga Lena bukan Carol." Seru Lena dengan nada kesal.

Moreno pun tersenyum gemas, Lena ini memang sangat beda dan bertolak belakang sekali dengan putrinya yang suka blak-blakan. Lena lebih suka memendam segalanya sendiri, gengsinya tinggi, dan Moreno benar-benar harus belajar menjadi pria yang lebih peka lagi.

"Iya... Saya mengerti, saya yang salah karena kurang peka." Gumam Moreno sembari merangkul pundak Lena dari samping. "Lena..." Panggil Moreno.

"Hm?"

"Saya... Harus kembali ke Jakarta." Ucapan Moreno barusan langsung membuat Lena terkejut dan melepaskan diri dari Moreno.

"Apa?" Tanya Lena.

"Rapat kali ini sangat penting, tidak bisa saya serahkan lagi pada Ifan. Saya harus pulang ke Jakarta." Ungkap Moreno.

"Jadi gara-gara ini makanya om dari tadi kayak nggak semangat gitu, om mikirin ini terus ya?"

"Hmm... Iya. Saya mungkin akan di Jakarta selama seminggu, lalu saya akan kembali ke sini lagi. Saya juga harus memantau beberapa property yang baru dibangun disana. Saya mungkin bisa bekerja melalui online seperti biasanya, tapi lama kelamaan juga rasanya sungguh membosankan. Jujur saya merasa tidak tenang jika tidak memantau pekerjaan secara langsung, yah meskipun hanya sesekali, tapi bagi saya meninjau secara langsung itu sangat penting." Jelas Moreno.

Magdalena (Sequel of Passionate) Aktif Di Karyakarsa Where stories live. Discover now