Kesempatan Moreno

1.3K 156 60
                                    

***

Moreno baru saja tiba di rumah sakit, pria itu langsung masuk dan mencari letak kamar rawat Lena, dan setelah berhasil menemukannya, Moreno langsung masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu karena saking paniknya.

"Lena!" Panggil Moreno pada Lena yang entah kenapa tidak ada di tempat tidurnya, paru-paru Moreno rasanya sudah kembang kempis, ia terus berlari menerobos sampai tak peduli dengan dirinya sendiri.

"Udah datang." Seru Heni yang ternyata tengah berada di depan toilet.

"Heni." Moreno yang melihat Heni tengah memegangi tiang infus Lena pun langsung mendekat dengan wajah yang begitu terlihat khawatir.
"Lena gimana?" Tanyanya pada Heni.

"Masih belum dikatakan baik, tapi dia udah sadar. Kata dokter Lena kena Typus dan dehidrasi, nyawanya hampir aja nggak ter-"

"Hoek!" Kata-kata Heni langsung terhenti ketika ia mendengar muntahan Lena dari dalam toilet. Moreno yang mendengarnya pun merasa terkejut, tak peduli dengan Heni, ia langsung masuk begitu saja ke dalam toilet yang tengah terbuka itu. Ternyata disana Lena sedang memuntahkan isi perutnya di depan closet. "Tan-" ucapan Lena juga langsung terhenti, dihadapannya saat ini adalah Moreno bukan Heni, tentu saja wajahnya langsung terkejut bukan main, apalagi penampilannya sungguh berantakan sekali, Lena benar-benar sangat malu.

"Hen! Kenapa bisa begini? Lena kenapa?" Tanya Moreno pada Heni dengan nada khawatir.

"Sejak kemarin-kemarin dia ngeluh perutnya nggak nyaman, sering mual muntah, padahal kata dokter nggak apa-apa, udah minum obat tapi tetep aja begini. Makanya dia susah banget makannya sampai dehidrasi. Padahal di awal-awal kehamilan, Lena nggak pernah mual kan Len?" Pertanyaan terakhir Heni hanya dijawab anggukan pelan oleh Lena. Memang benar apa yang Heni katakan, Lena juga tidak paham kenapa gejala hamil seperti mual dan muntah baru sekarang ia rasakan, padahal usia kehamilannya sudah memasuki bulan ke lima.

Moreno pun lantas mengamati wajah Lena yang tampak sangat pucat, bibirnya bahkan kering, rambutnya agak kusut, tubuhnya kurus, lebih menyedihkan dari pada yang Carol alami dulu. Moreno pun menghela nafas berat, merasa bersalah, sangat. Ingin menangis, tapi ini bukan saatnya untuk menangis. Ia tak menyangka jika dirinya bisa berbuat sebrengsek ini pada Lena.

"Aku tinggal dulu ya Ren, titip Lena, dari siang aku disini terus jagain Lena, mau pulang sebentar ambil keperluan Lena nanti aku balik lagi." Ujar Heni pada Moreno, Lena pun langsung menatap tajam kearah Heni. Heni yang melihatnya hanya tersenyum, ia ingin memberikan kesempatan pada Moreno dan Lena untuk bicara.

"Tentu, kamu bisa pulang dulu. Biar saya yang menjaga Lena." Ucap Moreno.

"Tante!" Lena tampak tak rela jika Heni pergi, ia bingung jika harus berdua saja dengan Moreno.

"Sayang... Tante nggak lama kok. Sebentar aja ya! Kamu butuh baju dan yang lain-lain, tadi Tante nggak sempet bawa, nggak mungkin kan Tante nyuruh Ody."

"Ya udah tante." Lena pun akhirnya mengangguk setuju.

"Ya udah tante pulang ya! Ren kalau ada apa-apa kamu kabari ya!"

"Iya pasti, kamu tidak perlu khawatir."

Heni pun akhirnya pergi meninggalkan ruangan lena, dan saat ini hanya tinggal Lena dan Moreno saja yang berada di dalam ruang rawat tersebut.

"Masih ingin muntah?" Tanya Moreno tiba-tiba, wajah Lena pun langsung memerah. Sok-sokan marah tapi jika sudah berhadapan dengan perhatian Moreno, wajahnya selalu saja memerah karena malu.

"Enggak." Lena menggeleng pelan. Suaranya yang agak serak menandakan jika tenggorokannya pasti sakit karena keseringan muntah.

"Ada yang sakit? Perlu dipanggilkan dokter?" Tanya Moreno.

Magdalena (Sequel of Passionate) Aktif Di Karyakarsa Where stories live. Discover now