Ketakutan Moreno

1.2K 137 56
                                    

***

"Saya taunya waktu itu tuan mabuk dibawa pulang sama Bu Devina, abis itu tiba-tiba Mbak Lena datang, mbak Lena langsung nyuruh saya buat bikin Bu Devina keluar dari rumah, setelahnya saya nggak tau apa-apa tuan, tapi mbak Lena masih di kamar tuan sampai saya pulang. Besoknya saya datang dan papasan sama dia yang buru-buru pergi. Kayaknya mbak Lena nginep disini semalaman."

Setelah mendengarkan segala penjelasan Mumun kemarin, hati Moreno semakin tidak karuan, rasa bersalah dan menyesal terus menggerogoti perasaannya. Masalahnya jadi semakin pelik, apalagi Lena sama sekali tak mau bicara dengannya. Devina yang kembali mengganggunya menjadi masalah baru untuk Moreno, meskipun sudah ia usir dan ancam, wanita berbisa itu masih tetap tak mau menyerah. Kini Moreno sudah mengetahui segala kedok dan rencana busuk Devina. Penyesalan memang datangnya selalu diakhir, jika tahu akan begini, mungkin sejak awal Moreno tak akan menjalin hubungan dengan wanita ular itu. Namun nasi sudah menjadi bubur, menyesal pun percuma saja. Saat ini Moreno harus berusaha keras untuk menaklukkan hati Lena dan membuyyat wanita itu menjadi miliknya untuk selamanya.

"Gimana Pi? Jadi ke dokternya?" Tanya Carol pada Moreno.

"Tentu, papi sudah membuat janji dengan dr. Rifat."

"Devina masih ganggu papi?"

"Papi sudah memblokir segala bentuk hal yang berkaitan dengannya. Tapi dia terus saja datang, bahkan mengancam akan menghancurkan Lena. Devina tentu sudah tau siapa Lena."

"Jika dulu Lena nggak dateng buat nolongin papi, mungkin sejak dulu papi udah jatuh ke perangkap wanita Medusa itu. Yang hamil anak papi pasti dia bukan Lena, aku tentu aja lebih nggak rela."

"Papi juga sama nggak rela sayang. Untung saja ada Lena, dia... Adalah malaikat penyelamat hidup papi." Moreno kembali berkaca-kaca, rasa rindu yang teramat sangat pada Lena membuat pria itu merasa sangat tertekan, terutama rasa bersalah yang ia rasakan begitu sangat besar.

"Biar masalah Devina aku yang atasi, wanita itu harus dikasih pelajaran biar jera buat gangguin papi."

"Memangnya apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Moreno penasaran.

"Papi nggak perlu tau sekarang, tunggu hasilnya aja nanti." Carol pun tersenyum licik, Moreno bahkan sampai takjub, putrinya ini memang sangat mirip dengan almarhum istrinya, pemberani, pemberontak, penuh intrik, namun hatinya sangat baik. "Sekarang fokus papi hanyalah Lena, papi harus berjuang apalagi dia sedang hamil adikku. Papi jangan pesimis, Lena itu wanita yang lembut, sangat beda sama aku, jangan tunggu terlalu lama lagi, aku takut dia akan semakin hancur."

"Iya sayang setelah menemui dr. Rifat besok papi akan segera pergi ke Bandung. Papi juga kangen banget sama Lena, papi khawatir, sepupunya bilang Lena susah banget disuruh makan, setiap hari yang dia lakukan hanya menangis, papi benar-benar merasa sangat bersalah. Papi takut Lena dan adik kamu kenapa-kenapa. Jika hal itu sampai terjadi, papi nggak akan bisa maafin diri papi sendiri." Moreno tampak begitu sedih, Carol pun langsung memeluk sang ayah, ia bisa merasakan jika ayahnya begitu sangat mencintai Lena.

"Udah dong Pi... Jangan sedih..."

"Papi selalu lemah jika dihadapkan dengan orang yang papi cintai, papi ingin memeluk Lena dan mengatakan jika papi sangat mencintainya, ada papi disisinya dia nggak sendiri, tapi papi belum bisa melakukannya sayang." Ungkap Moreno dengan nada lirih.

"Setelah ini papi pasti bisa lakuin hal itu, meski papi ingat atau enggak dengan kejadian itu, papi harus tetap kejar Lena sampai dapat, yakinin dia, perhatiin dan curahkan segala rasa cinta papi, Lena pasti luluh kok Pi. Dia itu paling suka diperhatiin dan dimanja." Jelas Carol pada Moreno.

Magdalena (Sequel of Passionate) Aktif Di Karyakarsa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang