Mungkin Lain Waktu

132 21 2
                                    


Inspired by : Ragu Semesta (Isyana Saraswati)


*
*
*
*

    Mataku berpendar menyapu seisi ruangan. Ada apa gerangan? Gedung ini lebih ramai dari hari-hari biasa, atau ini hanya perasaanku saja?

    Aku pun melesat ke arah spanduk di pojok kanan panggung yang menarik perhatianku.

    "Tampan!" seruku sambil menatap foto pria yang terpampang di spanduk bertuliskan The Grand Piano Concert.

     Oh, aku lupa tidak membaca namanya. Yasudah lah, aku hanya perlu menunggu MC memanggilnya. Aku sudah tak sabar ingin menyaksikan bagaimana jari-jari panjang nan lentiknya menari-nari di atas tuts piano.

     Tibalah saatnya si tampan untuk menunjukkan performanya. Namun, saat instrumen yang pertama dimainkan, lampu mendadak mati membuat semua orang yang ada di gedung pertunjukan ini panik. Beberapa saat kemudian, terdengar seseorang berteriak sambil menunjuk ku.

    Tunggu!!!!

    Menunjuk ku?!

    Bagaimana bisa?!

    Aku, kan......

   Oh celaka! Satu persatu penonton mulai tak sadarkan diri, sehingga perlahan-lahan suara-suara itupun kembali senyap.

   Tak ingin ambil pusing, aku segera pergi ke depan panggung untuk melihatnya bermain piano. Dia tak merasa terganggu sedikitpun dengan penonton yang aneh itu. Ia terus fokus pada permainannya.


***


***

    Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya permainanya selesai. Membuatku bertepuk tangan tanpa sadar. Sungguh permainan piano yang indah sekali!

    "Terima kasih!" ucapnya, lalu tersenyum sendu.


    Oh Tuhan! Mengapa dia seperti ini?

   "Kau?!" Aku menatapnya tak percaya.

   Seolah mengerti dengan ketidak tahuanku, ia mengangguk dengan senyum kotaknya itu, membuat hatiku meleleh.

    "Mengapa kau bisa berada di sini?" Aku kembali bertanya melampiaskan rasa penasaran.

    Ia beranjak dari kursi pemainnya, lalu berjalan perlahan menghampiriku.

    "Aku tak tahu," jawabnya, mataku masih tak lepas darinya.

   "Kau sendiri, bagaimana?" Kini ia sudah berada di depanku, menunduk menatapku.

   Aku mengerjap sebentar, "Entahlah. Saat itu aku sedang koma, dan tiba-tiba saja sudah berada di sini," jawabku berterus terang.

Antologi KACAU✅Where stories live. Discover now