High School Luv Affair

5 1 0
                                    

Disclaimer Alert!!!

Karya ini murni ya, bukan hasil jiplakan! Eh, emang sejak kapan aku suka jiplak?? 🤭

Jadi, cerita ini tuh merupakan cerpen yang aku tulis waktu kelas 12 SMA. Ini tuh sebenernya tugas sekolah. Cuma, aku pengen publish di sini biar jadi kenang-kenangan kalo masa sekolah waktu pandemi ku tidak segabut itu loh... (maklum angkatan covid😭)

Aku revisi juga karena karya yang aslinya masih berantakan banget. Bacanya bikin emosi editor (Apa Bu Saroh nggak sakit mata ya bacanya? 🤔)

Anyway, begitulah ceritanya. So, tunggu apa lagi sekip lah jangan dibaca terus bacotan akunya... 😆😆😆

Happy reading lah pokona mah! 🤗


Pagi itu, lorong sekolah sudah ramai dengan gerombolan siswi yang sedang mengerumuni seseorang.

"Heh Kebo!!" hardik seorang siswi yang diketahui sebagai ketua geng mereka.

Jari-jari lentiknya ia gunakan untuk mendorong siswi itu hingga terjerembap  di lantai.

"Woy woy, gempa bumi!!" teriak siswi lain sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya seolah benar-benar terjadi gempa.

"Masih pagi kok udah gempa bumi?!" sahut yang lain, lalu semua orang ikut heboh.

Stevi tak bisa untuk tidak tergelak. Lalu meledak lah tawanya disambung tawa teman-temannya yang lain. Setelah cukup puas mereka terbahak-bahak, Stevi beralih kepada siswi berbadan gendut itu lagi.

"Lo tau gak sih harusnya lo nggak sekolah di sini, hahaha..." Stevi menangkup kedua pipi tembam itu lalu menamparnya pelan.

Namun seorang siswi di sebelahnya malah menyalahkannya. "Lo kasar banget sih Queen! Harusnya lo perlakuin dia kayak gini nih--"

Ia menampar lebih keras hingga tubuh gempal itu jatuh terduduk.

Gadis itu menunduk, air mata mulai meluruh dari sudut mata kecilnya.

Sedetik kemudian ia mulai terisak sambil berkata, "Apa salah aku sama kalian!? Kenapa kalian tega melakukan ini!?"

Stevi dan teman-temannya tertawa menanggapi ucapan gadis itu. Ia pun berjongkok untuk mensejajarkan tingginya dengan gadis itu. Tangannya sudah bersiap menjambak rambut gadis malang itu, namun tiba-tiba sebuah tangan menahan pergerakannya.

Ternyata itu adalah Yuri, satu-satunya gadis berambut kriting di sekolahnya. Tentu saja Stevi dan kawan-kawannya mengenali gadis itu.

" Ck ck ck.. Drama apa lagi ini?" tanya Yuri tak habis pikir, ia memijat pelipisnya frustasi hingga alis tebalnya juga ikut berkerut samar.

"Ooohh... Berani bener lo, udah ngaca hah?! Liat muka lo yang burik itu!!"

Stevi melemparkan sebuah cermin kecil tepat di depan wajah Yuri, namun secepat kilat ia menghempasnya hingga terpecah belah di lantai.

Mata mereka terbelalak melihat pecahan kaca itu. Cari masalah, pikir mereka. Tak dihiraukannya tatapan tajam itu, Yuri berjalan ke arah gadis gendut yang sempat mereka abaikan tadi.

"Nama lo siapa?" tanya Yuri sambil mengulurkan tangannya.

Gadis itu mendongak menatap Yuri, "Wendy," jawabnya lalu meraih tangan Yuri dan bangkit.

"Jangan gangguin dia lagi. Kalian gak mau kan, batang idung kalian bernasib naas kayak cermin itu?" ancam Yuri membuat mereka menatap ngeri pecahan kaca tak berbentuk itu.

Antologi KACAU✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang