Robbin Loov

21 5 3
                                    













SMU xx adalah sekolah menengah umum terbaik seluruh Asia. Sekolah multinasional berbasis hybrid learning ini menjadi incaran para siswa berprestasi dan berfinansial memadai. Persaingan antar siswa yang ketat, ditambah persyaratan masuknya yang kelewat sulit tak membuat para siswa hilang minat untuk berusaha semaksimal mungkin agar mereka diterima menjadi bagian dari peserta didik di sana. Tak heran jika yang berhasil menduduki kursi sekolah itu hanyalah siswa-siswa berotak cerdas, finansial kuat, dan ambisi tinggi. Hal itu membuat citra sekolah menjadi bergengsi di mata dunia, ditambah dengan perilaku murid-muridnya yang terkenal sopan dan berbudi pekerti luhur, karena kebanyakan yang bersekolah din sana berasal dari keluarga terhormat.

Namun kenyataannya, tidak ada gading yang tidak retak. Sebaik apapun sekolah menerapkan pendidikan karakter yang baik, se keras apapun sekolah membangun citra baik itu di mata dunia, tetap saja akan ada beberapa siswa yang kurang patuh dengan peraturan super ketat itu. Ada saja oknum-oknum siswa brandal yang suka berbuat onar di sekolah. Namun pihak sekolah tidak pernah menindak lanjuti kasus-kasus tersebut karena dikhawatirkan jika sampai diketahui publik maka akan menurunkan citra baik sekolah.

  Seperti halnya kasus yang baru-baru ini terjadi di suatu kelas, tepatnya kelas 11 jurusan Bahasa Inggris ini. kasus itu awalnya dianggap sepele, ketika seorang siswa kehilangan sebuah pulpen (tentu saja harganya mahal). teman-temannya hanya beranggapan bahwa siswa itu mungkin lupa menaruhnya atau jatuh di jalan.

  "Guys, did you see my expensive pen?" tanya siswi bernama Mihoshi yang berasal dari Jepang.

  Para murid hanya menggeleng sambil menyahut 'tidak'. Mihoshi merasa sedih lantaran di pulpen itu terdapat tanda tangan penyanyi idolanya OMI ketika ia melakukan jumpa fans minggu lalu.

"Maybe you left it somewhere?" Jesica, teman sebangkunya memastikan.

Namun Mihoshi bersikeras yakin bahwa ia tidak meninggalkan pulpen itu di manapun karena pulpen itu selalu ia simpan baik-baik di dalam tasnya beserta fotocard sang idola.

  "But I'm not sure. we know that she is not some type of careless person." ujar Mila si sekretaris kelas menimpali yang dibalas anggukan oleh siswa lainnya.

"Lalu jika tidak jatuh atau lupa menaruh, kemana perginya?" Mihoshi tampak berkaca-kaca meratapi pulpen kesayangannya.

Para siswi mulai mengerumuni Mihoshi yang mulai menangis. mereka berusaha menghiburnya dengan kata-kata akan membelikannya pulpen yang lebih bagus, atau hanya sekedar kalimat positif untuk menenangkan bahwa pulpen itu akan kembali ke tangannya.

Di kelas lain, tepatnya di kelas 10 jurusan Matematika dan Sains. Para siswa tampak serius mengerjakan beberapa lembar soal essai dan mencoba berbagai rumus untuk mencari jawabannya. tidak ada satupun yang bersuara, yang ada hanya suara pensil menari di atas kertas, suara lembar kertas yang dibalik halamannya, serta suara jam dinding yang berdetak menggema di seisi ruangan bernuansa biru-kelabu itu.

Suasana berubah begitu bel istirahat berbunyi. si pendiam jadi cerewet, si kalem jadi aktif, si culun jadi badas, si galak ya tetap galak, seperti si bendahara kelas  yang satu ini. Namanya Naomi.

"Bayar uang kas!" Ujar Naomi kepada para siswa yang baru saja hendak keluar kelas.

Begitulah pekerjaan Naomi setiap hari Rabu, berdiri di pintu kelas dan menahan para siswa untuk membayar kas wajib kelas. Gadis cantik itu rela menyita waktu istirahatnya asalkan kolom centang di buku keuangan kelas terisi penuh di hari itu juga.

Antologi KACAU✅Where stories live. Discover now