About Winter, Me, and My Snowman 2

9 2 2
                                    

Sequel from (About Winter, Me, and My Snowman)

Welcome to :
The fourth anniversary of
Me and My Snowman

New season, with a little angel between us...

*
*
*

*
*
*

"Annyeonghaseyo..."

"Sudah setahun berlalu ya. Masih bersama produser jenius, Hwang Jaerim imnida."

Begitulah kira-kira kalimat pembuka dari siaran langsung Jaerim yang menyapa semua fansnya. Kebetulan siaran kali ini aku bisa menyaksikan nya dari awal. Tentu saja pria itu yang memberitahu, tumben sekali.

Aku akan melakukan siaran, kau harus menonton atau uang belanja akan berkurang...

Pesan suara macam apa itu? Aku mengerti maksudnya adalah ancaman, tapi nada bicaranya sungguh membuatku geli.

Arasseo harabojie...

jawabku sambil terkekeh.

Sejujurnya aku bosan terus memandanginya di layar ponselku. Apa yang dilakukannya sedari tadi hanya duduk manis, berkedip, dan sedikit berbicara menanggapi komentar fans yang menurutnya menarik, sisanya hanya bernapas.

Ingin sekali aku menegurnya, 'Hei lakukanlah sesuatu jangan diam saja seperti batu,' misalnya. Tapi aku tak yakin dia akan me-notice itu, mata kecilnya tidak sejeli itu menemukan komentarku yang tenggelam dalam komentar 'Jae marry me...'

Tak jarang aku menemukan komentar buruk yang aku yakini adalah ujaran kebencian dari haters atau fanatic fans yang masih tak terima idolanya menikah.

Terkadang aku merasa bersalah pada mereka, tapi daripada itu aku lebih merasa kasihan dengan Jaerim. Pasti dia mendapat lebih banyak lagi tekanan karena menikah.

Walaupun dia terlihat cuek dan cenderung tak peduli dengan orang-orang yang membenci nya, tapi sejujurnya dia sangat perasa. Sekecil apapun perkataan yang menyakiti hatinya pasti akan menjadi beban pikiran untuknya.

"Apa aku ke kantornya saja ya..."

Aku pun memutuskan untuk pergi, tapi tidak menghubungi nya terlebih dulu karena sudah pasti dia melarang ku.

Yah, karena sekarang aku sedang membawa satu nyawa, pergerakan ku jadi terbatas. Tapi tidak apa-apa, yang penting sekarang adalah aku harus memastikan keadaannya.

"Baiklah, mari kita jenguk ayahmu, buntalan kecil!"

"Eh--sekarang sudah membesar, ya?" Aku memperhatikan perutku yang semakin membesar seperti bola salju.

Antologi KACAU✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang