Je Ne Regrette Rien

26 5 5
                                    

Inspired by ''Aku Milikmu Malam Ini" (Iwan Fals)

"Kata orang, wanita harus kuat. Karena, tidak semua wanita memiliki sandaran ketika rapuh. Harus menjadi sandaran untuk diri sendiri."

*

"Aku telah mengalami tahun-tahun paling menyedihkan sepanjang sejarah hidupku. Semua rasa sakit, kesedihan, kekecewaan, kehilangan, kebencian, telah aku lalui. Semua hal kelam itu telah ku kubur dalam-dalam, ku tutup rapat-rapat seolah tak pernah terjadi."

*

"Tak ada lagi dendam, tak ada lagi kebencian. Namun hanya satu yang perlu diingat."

*

"Aku tidak sama seperti yang dulu."

***

***

Hening.

Sudut kafe yang ditempati oleh dua insan yang terpaku dengan alam pikiran masing-masing.

Yang satu hanya memasang wajah datar tanpa beban, seolah mereka tak pernah saling mengenal. Sedangkan yang satu lagi nampak tegang dan gugup. Entahlah, rasanya campur aduk. Antara merasa bersalah dan rindu bergabung menjadi satu. Rasa cinta yang masih begitu besar, namun nyaris terkalahkan karena berperang dengan rasa malu.

Seharusnya Ares bersyukur, setidaknya Reine masih mau menemuinya. Meskipun awalnya ia mengira jika wanita itu akan memukul dan memakinya habis-habisan. Namun nyatanya Reine santai-santai saja, bahkan kelewat tenang. Itulah yang membuat Ares khawatir.

"Apa kabar?" tanya Ares kikuk.

Reine yang sedang mengaduk jus lemon dengan sedotan menatap Ares sekilas, lalu tersenyum simpul.

"Baik," jawabnya lalu menyeruput sedikit cairan sitrus itu.

Asam.

Ares meneguk saliva nya. Ingin mengungkapkan sesuatu, namun terlalu takut.

"Rein." Nama itu akhirnya berhasil terucap dari lidah kelu Ares, membuat gadisnya mendongak menatap lurus.

"Ada apa?" tanya Reine mengerutkan alisnya, seperti orang kebingungan.

Dengan sekali tarikan napas Ares berucap, "Aku minta maaf."

Reine bergeming, terdiam seribu bahasa. Sesaat kemudian ia mengerjap, masih memasang wajah bingung.

Apakah ia tidak tahu, jika ekspresi yang ia tampilkan membuat hati pria itu tercubit sakit. Ia memandang Ares seperti orang asing.

"Untuk apa? Apakah kita pernah bertemu sebelumnya??"

Demi Tuhan, hati Ares benar-benar hancur sekarang.

"Rein..." panggilnya lirih seraya meremat jemari
sang gadis yang tergeletak bebas di atas meja.

"Kau pasti membenciku, bukan? Aku terima itu. Kau tidak memaafkan ku? Tidak apa-apa, tapi–" Tatapannya berubah sendu.

"Tolong jangan seperti ini, Rein..."

Antologi KACAU✅Donde viven las historias. Descúbrelo ahora