The Man Who Rides Bicycle

16 4 4
                                    

Inspired by 4 O'clock (by BTS  V & RM)



Krrrrriiiiiiiiiiiiiinnnnngggg.....!!!!!

Suara alarm menjatuhkan seorang pria ke alam nyata. Membuatnya terjaga lantas tersadar sudah ada di bawah ranjang. Dengan malas, tangannya meraba nakas mencari sumber bunyi itu bermaksud mematikannya.

Matanya mengerjap pelan, masih terasa berat.  Inginnya bermalas-malasan bergulung di dalam selimut tebal mengistirahatkan diri di atas kasur hingga mentari terik. Cuaca mendung juga sangat mendukung kelangsungan hidup kaum rebahan ini untuk tetap terus bermanja-manja di tempat tidur.

Namun, nyatanya hal seperti itu tidak ada di dalam leksikon hidup seorang Arjuna Pradipta, sebut saja Juna. Juna itu ibaratkan sebuah sistem yang telah di-setting sedemikian rupa. Juna itu definisi dari kata disiplin. Bangun pagi, bekerja, pulang malam, lembur kerja, tidur. Selalu seperti itu setiap harinya. Bahkan akhir pekan pun ia habiskan untuk berolahraga dan pergi ke perpustakaan kota. Pria yang sangat monoton.

Walaupun monoton, bukan berarti kaku. Se monoton apapun kehidupan Juna, ia bukan seseorang yang dikategorikan sebagai orang yang kaku dan culun. Circle pertemanannya sangat luas dan dari berbagai kalangan. Dan yang paling utama yang menjadi daya tariknya adalah, Juna adalah seorang pria yang cerdas dan gentleman.

Kedua sifat Juna itulah yang membuatnya digilai oleh banyak wanita. Meskipun pada akhirnya, wanita yang berusaha mendekatinya itu mundur karena tak tahan dengan watak keras kepala dan workaholic-nya.

Itulah sekilas tentang kehidupan Juna dan percintaannya yang cukup, euuwwwhhh~

Hambar?! Entahlah.

Saat ini pria itu terlihat bahagia menjalani kehidupan single membosankan itu.

"Jangan lupakan sarapan pagi mu, son!" Teriak mamanya dari arah dapur setelah mengetahui putra bungsunya itu telah sampai di dasar tangga.

"Nanti saja, mom. Aku harus bergegas, takut keburu hujan." Kilahnya membuat sang mommy geleng kepala.

"Hufhh... Like father like son." Keluh wanita paruh baya itu sambil mengaduk sup setengah matang di dalam panci.

Sementara Juna sudah bersiap dengan setelan celana Jogger dan atasan tanpa lengan, menampilkan otot bisep nya yang kokoh.

Hmhm..... Jangan dibayangkan ya, ladies!

Tak lupa topi dengan brand nike menutupi kepalanya yang dihiasi rambut mullet berwarna coklat pirang. Dia cat sendiri di rumah dengan bantuan adik sepupunya, ngomong-ngomong.

Si tampan itupun mengambil sepedanya di dalam garasi, lalu melaju setelah memastikan pagar rumahnya terkunci rapat. Kawasan perumahan elit itu memang sedang rawan maling akhir-akhir ini.

Juna melesat membelah jalanan sepi, sambil bersenandung kecil memaksakan diri akibat minimnya kesadaran bahwa ia kurang cakap bernyanyi. Bukankah pria ini lebih cocok jika menyanyikan beberapa beat rap?

Baiklah, lupakan saja lagunya. Tak terasa Juna sudah mengendarai sepedanya sejauh sepuluh kilometer. Sebentar lagi tempat tujuannya sampai, taman kota.

Namun naasnya, Juna tak sempat sampai di tempat itu. Tiba-tiba langit yang sudah keabuan pekat itu menurunkan bulirnya rintik-rintik.

Tak dapat dibantah lagi, Juna harus putar balik sebelum hujan benar-benar turun deras.

Seiring perjalanan pulangnya, gerimis itu turun semakin lama semakin besar. Juna pun harus menambah kecepatan agar segera tiba di rumah. Bahkan saking cepatnya, ia tak peduli jika tetesan air itu mengenai kulit tangannya hingga terasa seperti tertusuk jarum.

Antologi KACAU✅Where stories live. Discover now