Touch Your Heart pt.2

21 13 1
                                    

"Jangan terlalu dingin jadi lelaki. Nanti kau akan susah mendapat pasangan. Apalagi wanita zaman sekarang lebih memilih yang pasti-pasti saja." Aku menjeda ucapanku sejenak menikmati perubahan ekspresinya.

"Dan good rekening pastinya," lanjutku membuat pria ini tersedak makanannya.

***

Author POV.

Pria itu menatapnya tajam, tersinggung dengan ucapannya. Sedetik kemudian pria itu tersenyum miring memikirkan suatu rencana picik.

"Hei, kau pikir ucapan terima kasih saja cukup untuk membalas kebaikanku?" tanya pria dengan suara rendah.

Corie mengernyit bingung. "Apa maksudmu?"

Pria itu memainkan sendok di tangannya, tatapannya tak lepas dari Corie.

"Oh, aku tau maksudmu..." Kedua mata berwarna amaranth itu memicing tajam.

Ia bisa membaca isi hati pria itu. Ternyata dia tak sebaik yang Corie pikirkan. Bagaimana mungkin jin dari klan bangsawan seperti dirinya berakhir menjadi budak manusia. Ini hal yang sulit disetujui karena menyangkut harga dirinya.

"Ayolah, tidak ada yang gratis di dunia ini, Nona," kata pria itu enteng.

"Iya, aku tahu!" kilahnya, lalu memalingkan wajah.

Sungguh, pria ini telah melukai harga dirinya. Namun, Corie juga bukanlah jin yang suka ingkar janji dan tidak tahu balas budi.

"Lagipula–" Pria itu sengaja menggantung ucapannya, memperhatikan aura Corie yang suram tak bersemangat.

"Manusia yang terikat perjanjian dengan bangsa kalian juga berakhir menjadi budak, bukan?"

"Jangan samakan kami dengan iblis!" sanggah Corie tak terima.

"Salah siapa yang ingin kaya lewat pesugihan? Suruh siapa yang ingin jimat pelet pemikat, dan lain-lain? Itu konsekuensi karena mereka menyimpang dari jalan Tuhan," ucapnya berapi-api, terpampang jelas raut kemarahannya yang entah kenapa membuat pria itu tertawa.

"Baiklah, baiklah... Kalau begitu, bagaimana kalau sebagai bayaran karena kau sudah menumpang di rumahku?" Pria itu memberikan penawaran.

Corie memutar bola matanya, mengapa pria ini rumit sekali? " Padahal hanya satu malam, tapi kenapa imbalannya sangat tidak manusiawi, sih?!" cibirnya kasar.

"Kalau begitu, detik ini juga aku akan enyah dari sini! "

Tiba-tiba pria itu memantrai Corie membuat gerakannya terkunci.

"Hei! Lepaskan aku, brengsek!!!" teriaknya murka.

"Aku tidak menyuruhmu pergi," ujar pria itu santai, meminum kopi yang entah kapan dibuat.

"Apa mau mu, hah!?" Kini Corie sadar bahwa pria itu mencoba memanfaatkannya.

"Mau ku? Bukankah kau sudah tahu?" tanya pria itu terkesan tengil dan minta dicekik.

Huh!!!

"Kukira kau pria yang dingin, ternyata kau pria brengsek dan picik."

"Dan tengil!"

Bukannya marah dikatai begitu, pria itu malah terkekeh. "Sakit jiwa!" sambung Corie mengakhiri tawa pria itu.

"Aish, Nona... Kau kasar sekali!" ucap pria itu dramatis.

"Persetan dengan perkataan ku. Aku ini bukan manusia, kalau kau lupa."

Pria itu hanya mengangguk seperti kucing viral di TikTok. Tak lupa dengan jari telunjuk di dagunya menambah kesan–

"Tengil," gumam Corie pelan.

"Jadi bagaimana, Nona? Kau bersedia kan, menjadi guide-ku?" tanya pria itu sekali lagi.

Corie menghela napas panjang, ia merasa bimbang dengan dirinya sendiri. Di satu sisi, ia harus mempertahankan kehormatan klan bangsawannya. Tapi di sisi lain ia tidak ingin mencoreng nama baiknya sebagai jin yang suka menepati janji.

"Baiklah, aku mau," putusnya setelah berpikir cukup lama.

Pria itu tersenyum penuh kemenangan membuat Corie ingin menendang raga sukmanya hingga alam barzakh.

"Tapi aku punya satu permintaan."

"Haruskah aku menurutinya?" tanya pria itu.

"Jika kau masih berperikemanusiaan, kau pasti menurutinya," jawab Corie sarkastik.

Alih-alih sakit hati, pria itu malah tertawa walaupun merasa tertohok. Corie semakin yakin bahwa pria ini sakit jiwa.

"Baiklah, katakan permintaanmu, Nona!"

Corie termenung sejenak permintaan apa yang paling menguntungkan baginya. Karena sebetulnya ia tak punya keinginan apapun untuk saat ini. Tapi ada satu hal yang membuatnya kepikiran setiap malam.

"Pulangkan aku ke negri asalku."

Pria itu tertegun sejenak, alisnya berkerut seolah merasa keberatan dengan permintaan Corie.

"Gerhana bulan." Suara Corie memecah atensinya.

"Pulangkan aku saat malam gerhana bulan tiba," lanjutnya sehingga pria itu pun menghela napas lega.

Waktu menuju gerhana bulan masih lama, pikirnya.

"Baiklah, aku setuju!" ucap pria itu mantap."Oh! By the way, aku belum tahu namamu, Nona?"

"Corie...." Pria itu mengangguk, lalu kembali berucap.

"Dan aku Melvin," balasnya, membuat Corie tertawa pelan.

"Khikhikhi... Aku sudah tahu."


TBC. ---->

Antologi KACAU✅Where stories live. Discover now