INTRICATE

08. Thomas

Sebagai pengguna aktif, Faye cukup jarang melihat instagram story segelintir orang yang dia follow. Baginya, potongan kehidupan yang dibagikan dalam beberapa detik tersebut identik dengan sesuatu dibuat-buat guna menutupi masalah hidup. Gadis itu masih ingat ketika sepupunya bernama Cecilia baru putus dari pemuda yang sudah dipacari dua tahun. Selama seminggu penuh, story Cecil berisi aktivitas dan pose bahagia berlatar keindahan Raja Ampat. Padahal selama di sana, tiada hari dilakukan tanpa menangis dan meratapi diri.

Sejak terbangun karena mimpi buruk pada pukul tiga pagi, Faye kesulitan memejamkan matanya. Sehingga ia terpaksa melihat bola-bola story demi membunuh waktu. Namun kemudian ia menyesal kenapa melakukan hal tidak berguna ini setelah melihat apa yang diunggah oleh Thomas Satya, kakak laki-laki berusia dua tahun lebih tua. Thomas yang sekarang menetap di Melbourne tampak sedang berpesta dengan teman-temannya. Dalam mode close friend-di mana Faye termasuk dalam daftar itu-terunggah dua video kakaknya sedang french kiss dengan bule berambut pirang. Karena gemas, gadis itu pun memberikan komentar.

Dammit! Berani ya lo seneng-seneng tanpa gue!

Thomas membalas komentar itu.

Chill... Jakarta Melbourne deket kali, Fay. Kenapa nggak nyusul sini aja?

Faye mendecih membaca apa yang ditulis oleh Thomas. Dengan cepat, ia pun mengirim balasan.

Fuck off!

Bisa jadi Thomas tipe kakak laki-laki yang diidamkan oleh semua adik perempuan di dunia. Selain faktor good looking yang sejajar dengan kecerdasannya, dia sangat baik, mudah dicintai dan seru diajak gila-gilaan. Maka tak heran bila Faye sangat mengidolakan kakaknya tersebut. Hampir sepanjang hidup gadis itu, Thomas yang mengawal saat mencoba apapun untuk pertama dari menyetir mobil, membohongi Benjamin dan Bianca, membolos, berpacaran, merokok sampai minum bir.

"Gue jelas bukan kakak yang baik. Tapi gue wajib ngasih contoh kebebasan berbuat salah karena jadi orang bener itu ngebosenin. Senggaknya sekali," begitu Thomas pernah berkata saat Faye bercerita tentang ciuman pertama dengan teman sekelas yang dipacari atas izin kakaknya itu.

Namun setelah masuk kelas akselerasi dan mendapat beasiswa di University of Melbourne, Faye menjadi kesal karena itu artinya ia dan Thomas tidak akan lagi tinggal di bawah atap yang sama. Rasa kehilangan yang teramat sangat membuat gadis itu kesal sehingga melampiaskan kemarahan kepada Benjamin dan Bianca yang dianggap pilih kasih. Seharusnya mereka tidak mengizinkan Thomas kuliah di luar negeri, seharusnya ini, seharusnya itu. Kekesalan Faye semakin menjadi-jadi setelah tidak diperbolehkan bersekolah di Araminta.

"Dad, aku pengin sekolah di Araminta. Aku pengin satu almamater sama kakak dan Daddy juga," rengek Faye.

"Mutiara Bangsa bagus juga lho untuk kamu. Mommy juga udah setuju kamu sekolah di sana." Benjamin memberi pengertian.

"Nggak Dad, aku pengin di Araminta. Aku janji nggak akan nakal lagi. Aku janji bakal belajar lebih giat, kalau bisa masuk kelas aksel kayak kakak. Please..." Pinta Faye sambil memeluk perut Benji yang meski usianya sudah hampir memasukki kepala lima namun badannya masih terbentuk sempurna.