28. Quiescent

2.1K 482 24
                                    

Inspektur Aldebaran Said sedang merokok seorang diri di smoking room yang terletak di bagian belakang kantornya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Inspektur Aldebaran Said sedang merokok seorang diri di smoking room yang terletak di bagian belakang kantornya. Embusan asap berwarna putih yang keluar dari bibirnya berhasil meringankan lelah setelah berkas penyidikan kasus pembunuhan salah satu koruptor yang ditangani telah diterima oleh kejaksaan dan siap menunggu proses sidang.

Ponsel di saku jaket kulitnya berbunyi menandakan pesan masuk. Ada wartawan dari Maradeka.com yang menanyakan perkembangan kasus dugaan pembunuhan di sekolah elit Araminta International School. Inspektur Alde sempat menjauhkan layar ponsel itu dari jangkauan matanya berharap bukan sekolah itu yang ditanyakan. Namun apa yang tertulis tidak berubah.

Setelah berpikir beberapa jenak, Inspektur Alde pun memberi jawaban yang menurutnya sudah cukup aman untuk diinfokan kepada masyarakat.

Kasus ini masih didalami. Apakah
benar perilaku agresif terduga
pembunuh KK dikarenakan pengaruh
obat-obatan atau faktor lain. Banyak
pengguna narkoba, tapi tidak melakukan pembunuhan.

Inspektur Alde paham benar jawaban tersebut masih bisa dikorek lebih lanjut oleh para wartawan yang lihai bertanya. Namun ia memilih untuk tidak membahas lagi saat mendengar ponselnya berbunyi. Sudah kebiasaan wartawan untuk mengorek informasi sampai ke akar-akarnya, namun sebagai narasumber juga memiliki hak untuk tidak menjawab semuanya.

Pintu ruang smoking room terbuka. Muncul Tyas bersama beberapa orang lain yang langsung membungkukkan sedikit badan sebagai tanda sapaan begitu melihat sosok sang atasan. Sambil memegang jambangnya, Inspektur Alde lantas mengingat-ingat sesuatu hingga kemudian sadar bila Tyas sempat melakukan interogasi pada Oskar.

"Tyas, perkembangan terbaru anak sekolah itu bagaimana?" tanya Inspektur Alde.

Tyas langsung tahu anak sekolah mana yang dimaksud karena baru sekali ia diperbantukan menangani kasus dugaan pembunuhan yang dilakukan oleh di bawah umur. "Pihak keluarga sudah mengajukan rehab dan saat ini Oskar sudah berada di tempat rehab walau belum ada penilaian dari BNN," jawabnya.

"Masih susah diminta pengakuan?" Inspektur Alde bertanya lagi.

"Iya, Inspektur. Dia membantah membunuh adiknya. Tapi saat diminta mengingat apa yang terjadi, dia langsung tantrum seperti anak kecil."

Inspektur Alde membuang batang rokok yang tersisa setengah ke lantai dan mematikan bara dengan cara menginjaknya. "Tyas, sebelum pulang tolong kamu taruh berkas Oscario Klein ke meja saya," perintah pria itu seraya tergesa keluar ruangan.

Begitu sudah sampai di halaman depan kantor kepolisian yang lengang, Inspektur Alde mengambil ponselnya dan menelepon seseorang. Setelah terhubung, obrolan dengan nomor yang dituju berjalan sekitar sepuluh menit lamanya. Sambungan disudahi dengan pijatan di kening. "Keluarga sialan!" umpat Inspektur Alde sambil menendang botol bir kosong yang secara kebetulan tergeletak di depan kakinya.

*

Ujung rambut Tea yang dikuncir kuda bergerak ke kanan dan ke kiri seiring langkah kakinya menuju parkiran motor. Gadis itu menyusuri lorong rumah sakit yang berkelak kelok seorang diri setelah menemani Magda menunggu sopirnya menjemput di lobi depan.

INTRICATEWhere stories live. Discover now