36. Stab

1.8K 345 51
                                    

Tea mengembuskan napas kesal mendapati seorang pemuda tengah serius bermain Free Fire di atas motor matic-nya yang terparkir paling ujung di bawah pohon rindang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tea mengembuskan napas kesal mendapati seorang pemuda tengah serius bermain Free Fire di atas motor matic-nya yang terparkir paling ujung di bawah pohon rindang. Pemuda itu adalah Drey yang tak berhenti merecoki seharian ini.

Saat bel tanda recess time berbunyi, Tea kabur dibantu Magda begitu Drey memunculkan batang hidungnya di muka pintu kelas. Lalu usai lunch time, gadis berkuncir kuda itu berhasil menyelinap di antara tubuh jangkung para siswa ketika pergi meninggalkan kantin. Tapi kali ini jam pulang sekolah, mau tak mau, suka tak suka, ia harus menghadapinya seorang diri.

“Gue lagi nggak mau ngomong sama lo,” tegas Tea sambil mendorong lengan Drey supaya pemuda itu turun dari motornya. Tapi dorongan tersebut tak berarti apa-apa karena badan Drey bahkan tidak bergeser sedikit pun.

“Ini lagi ngomong sama gue kan?” Drey bertanya sambil mengangkat kedua alisnya.

“Terserah! Sana, turun, Drey, gue mau pulang!” kali ini Tea mendorong punggung Drey. Lagi-lagi, usahanya tidak membuahkan hasil.

“Kenapa sih Te lo nggak mau ngomong sama gue?” tanya Drey seraya memasukkan ponselnya ke saku celana dan memberikan tatapan serius pada Tea.

“Drey, lo punya pacar, dan kalian lagi berantem. Ngerti, kan, di mana posisi gue sebagai orang luar?” Tea menarik napas lalu mengembuskannya. “Dari pagi lo juga bertingkah aneh sampai gue bingung ngejelasin gimana sama Magda. Kenapa nggak mending beresin dulu masalah lo sama Faye?”

 “Kata siapa gue nggak ngeberesin?” Drey balik bertanya.

“Kata fakta setelah Faye left group semalem dan sampai detik sekarang lo nggak inisiatif minta Magda supaya invite dia balik,” jawab Tea.

“Apa itu bisa jadi acuan?” Drey tak habis pikir.

“Terserah, apa kata lo Drey. Jujur, sikap lo kemarin aneh banget nyudutin Faye kayak gitu. Dia lagi butuh lo, anjir!” Pikiran Tea memutar situasi ketika Drey tiba-tiba menyudutkan pacarnya. Hal itu jelas membuat siapapun yang berada di sana kaget bukan main.

“Butuh lo bilang? Dia yang ngejauh dari gue, Te.” Drey teringat kembali penolakan yang dilakukan Faye tempo hari saat pemuda itu datang ke rumahnya. Penolakan yang membuatnya lantas berkesimpulan. “Di luar statusnya sebagai pacar gue, seriusan, emang lo nggak curiga kenapa semua story Kiara mengarah ke dia?”

Tea memancangkan pandangannya pada sosok Drey. “Justru gue lebih curiga sama lo. Apa yang lo lakuin sebelum Faye datang ke Ruang Organisasi Khusus?”

“Lo nuduh gue?” tanya Drey tak percaya.

“Gue nggak nuduh lo, gue cuma curiga. Lo orang pertama yang ada di sana sebelum kami semua datang,” jelas Tea sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Drey mendecih. “Kalau gue balikin, apa lo ngerasa nggak punya motif buat ngelakuin ini ke Kiara?”

“Maksud lo?” tanya Tea sambil mengernyitkan dahi.

INTRICATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang