12. Leave and Goodbye

3.4K 848 98
                                    

Bila sudah bosan belajar, Kiara masuk ke kamar Oskar yang memang pintunya tak pernah terkunci, lalu memaksa kakaknya bangun mau selarut apapun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bila sudah bosan belajar, Kiara masuk ke kamar Oskar yang memang pintunya tak pernah terkunci, lalu memaksa kakaknya bangun mau selarut apapun. Gadis itu akan merengek meminta ditemani ke kolam renang yang terletak di belakang rumah.

Setelah berhasil membawa Oskar, Kiara membiarkan dirinya mengambang di tengah kolam renang sampai kurang lebih lima belas menit untuk mendinginkan kepala yang terasa berasap dipenuhi rumus dan hapalan.

Biasanya, Oskar mencibir kebiasaan sang adik yang berpotensi membuat masuk angin atau demam tersebut. Namun kini pemuda itu melakukan hal yang sama. Dengan hanya memakai celana pendek berbahan katun, ia merentangkan kaki dan tangan di tengah kolam. Sambil menatap lurus ke arah langit malam, ia merasakan sensasi anomali tatkala separuh tubuh berada di antara kecipak pelan air, lalu separuh yang lain terpapar angin. Membuat gigil, tapi juga menghangatkan.

Malam ini, Oskar melihat bintang-bintang nun jauh di atas sana berkerlap kerlip. Seolah benda langit tersebut turut berkumpul melepas kepergian Kiara sebelum besok diantarkan menuju tempat penuh kedamaian.

“Kak, udah sejam nih, nanti masuk angin lho,” terdengar suara Ary yang duduk menunggu di tepi kolam sambil memainkan ponselnya. Sudah sejak satu jam lalu gadis itu berada di sana memakai gaun hitam off-shoulder yang dilapisi kardigan warna senada.

Saat Oskar pamit untuk pulang lebih dulu dari acara ibadah penghiburan, Ary memilih ikut karena khawatir pemuda itu akan melakukan hal yang aneh-aneh. Benar saja dugaannya, setelah memarkirkan mobil secara asal di halaman rumah, Oskar langsung berlari masuk sambil terburu-buru melepas polo shirt serta celana jeans-nya,  lalu menceburkan diri di kolam.

“Lo pulang aja, Ar,” pinta Oskar yang enggan beranjak dari posisinya.

“Kalau kamu sakit gimana?” tanya Ary dengan raut muka khawatir.

“Gue malah pengin mati, Ar,” ceplos Oskar.

Ary memelotot mendengarnya. Terlebih saat mengatakan hal tersebut, ekspresi Oskar begitu datar. “Ih, jangan ngomong gitu!” bentaknya tak suka.

“Buat apa gue hidup, Ar? Percuma...” balas Oskar.

Lantaran gemas, Ary melepas kardigannya, lalu menceburkan diri ke kolam dan berenang mendekati Oskar. Gadis itu tak memedulikan rasa dingin yang seketika menusuk-nusuk kulitnya.

“Tadi katanya cuma bentar, kan? Ayo naik! Kiara bahkan nggak pernah sampai selama ini!” ajaknya sambil menarik lengan Oskar menuju ke pinggir kolam.

Awalnya Oskar tak mau memenuhi ajakan Ary. Namun, saat mendengar nama Kiara dibawa-bawa, pemuda itu akhirnya menuruti meski dengan setengah hati.

“Kak, pasti tahu kan kalau Kiara sayang banget sama kamu? Please... jangan kayak gini lagi ya,” pinta Ary begitu berhasil menyuruh Oskar duduk di tepi kolam. Gadis itu lalu mengambil handuk yang tersampir di kursi dan mengeringkan rambut sosok di hadapannya dengan telaten. Saking lebih mengutamakan Oskar, dia tak memedulikan tubuhnya yang gemetaran. Karena jauh di lubuk hatinya terasa hangat bisa seintens ini memberi perhatian pada pemuda yang sudah sejak lama disukai.

INTRICATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang